Lagu Indonesia Raya Membuatnya Tetap Bertahan

Minggu, 07 Desember 2014 - 09:34 WIB
Lagu Indonesia Raya Membuatnya Tetap Bertahan
Lagu Indonesia Raya Membuatnya Tetap Bertahan
A A A
Mengenakan topi putih, jaket hitam, dan celana pendek selutut, Kanti Mahayanti nampak serius memberikan semangat pada salah satu pemain yang cidera di pinggir lapangan.

Sesekali tangannya memapah, kali lain dia mengikuti berjalan dan berlari kecil. Kanti Mahayanti, yang akrab dipanggil dengan Mbak Dingding ini, merupakan seorang fisioterapi pertama yang dimiliki oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pusat. Hingga kini, ia pun menjadi satu-satunya fisioterapi yang paling cantik, baik di KONI maupun di Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) organisasi olahraga terbesar di Indonesia.

Mengabdikan diri kepada negara sudah menjadi pilihannya, meskipun dengan kondisi yang dirasa tidak lebih dari cukup. Apalagi setiap kali mendengarkan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan di suatu ajang olahraga. Hal itulah salah satu faktor yang membuat Kanti Mahayanti tetap bertahan hingga saat ini. Ia memang tak mengira menjadi seorang fisioterapi dalam mengabdikan diri ke bangsa. Sebab, keluarganya menginginkan dia serius di bidang olahraga.

Sejak kecil dia dibina ayahnya untuk meneruskan karier sebagai atlet atletik. Namun, menginjak remaja, kemampuan Dingding dalam bidang atletik diragukan. Maksimal, kata ayahnya waktu itu, kalaupun berprestasi, hanya bisa mengikuti ajang sampai PON saja. Lebih baik saya keluar dari dunia atletik. Beliau (ayah) sudah ragu, kalau ikut ajang hanya tingkat PON. Itu pun kalau dapat medali. Kalau tidak, yasama saja kan, kata Dingding menceritakan awal perjalanan kariernya.

Setelah keluar dari dunia atletik, dirinya meneruskan sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi. Dia mengambil jurusan fisioterapis di Akademi Fisioterapi Surakarta. Lulus di 1996 silam, dia pun mulai meniti karier. Waktu itu, saya disuruh untuk melanjutkan kuliah di kampus negeri. Kalau tidak di negeri, tidak boleh karena tidak ada biaya. Di situlah (Akademi Fisioterapi Surakarta) saya diterima, tuturnya.

Setelah lulus, selang beberapa bulan saja, Dingding sudah mendapatkan kepercayaan untuk menjadi fisioterapis di KONI Pusat dan menjadi yang pertama di sana. Dirinya pun tak pernah absen, ketika kontingen atlet Indonesia ikut berlaga di ajang tingkat internasional, baik SEA Games, Olimpiade, maupun lainnya. Saat mengikuti ajang itulah, ketika diperdengarkan lagu kebangsaan, Indonesia Raya, perasaannya campur aduk. Hingga tak bisa diungkapkannya.

Yang pasti, walaupun ibarat gaji kecil. tapi pengabdian kepada bangsa ini tidak bisa terganti. Apapun keadaannya di KONI, yang membuat saya bertahan saat itu hanyalah (diperdengarkan) lagu Indonesia Raya. Perasaannya, kalau nangis ya pastilah, ujarnya. Meskipun, sudah belasan tahun mengabdi, pekerjaan ini tetap ia lakoni.

Kalau sukanya, lihat F1. Masak wanita main bola. Tapi, kalau untuk pekerjaan, saya kira sama saja. Baik menghadapi atlet bulutangkis atau sepak bola, cederanya tak terlalu banyak perbedaan. Hanya, di timnas U-23 ini saya memang baru pertama kali. Dan memang akan lebih fokus, karena hanya untuk satu tim saja. Tidak seperti dulu, yang memang seluruh cabang olahraga, ucapnya.

Waktunya untuk total mengabdikan diri ke bangsa pun pastinya mengurangi intensitasnya bersentuhan fisik dengan ketiga anaknya. Karena buah hatinya yang tinggal di Jakarta ini, masih anak-anak, yaitu umur 7, 6, dan yang terakhir baru 2 tahun. Namun, dengan konsep intens berkomunikasi dengan anaknya, dia tidak terlalu khawatir. Dirinya didik anaknya, seperti saat ia dididik kedua orang tuanya.

Sama seperti ayah saya mendidik saya. Saya tanamkan kedisiplinan. Contoh saja, ketika waktunya renang,yaharus renang. Tak peduli saat itu juga sedang hujan, ucap wanita yang lahir 1973 silam ini.

Ridho hidayat
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6964 seconds (0.1#10.140)
pixels