PRT yang Dibunuh di Medan Diduga Bernama Nunung
A
A
A
SEMARANG - Satu dari dua korban pembunuhan yang menimpa Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Medan, Sumatera Utara, diduga bernama Nunung.
Dia merupakan kakak kandung Cicik Istiyanti (47), yang sebelumnya dinyatakan tewas namun ternyata masih tinggal bersama suaminya di Candi Penataran Timur II, Kalipancur, Ngaliyan, Semarang. Polisi semula menduga PRT yang tewas adalah Cicik, berbekal identitas yang melekat pada korban.
Informasinya, belakangan diketahui bahwa korban meminjam KTP Cicik untuk keperluan bekerja. Untuk memastikan jenazah korban pembunuhan itu benar-benar Nunung, Cicik ditemani suaminya Masrul dan seorang anaknya Jumat (5/12) pagi terbang ke Medan menggunakan Sriwijaya Air via Bandara Ahmad Yani Semarang.
"Ibu katanya akan dites DNA. Sudah berangkat tadi pagi-pagi," kata Aulia, 20, anak pertama Masrul-Cicik saat ditemui di rumahnya.
Menurut Aulia, kepergian orangtuanya untuk memastikan korban yang meninggal di Medan adalah bibinya. "Bu Dhe katanya meninggal di Medan," ucapnya.
Selama ini, kata dia, bibinya tidak tinggal di Semarang, melainkan di Bekasi.
Bu Dhenya yang ia kenal biasa dipanggil Nunung itu melakukan kontak terakhir dengan ibunya setelah Lebaran lalu. "Saat itu masih di Jakarta. Tapi tidak tahu, kok tiba-tiba ada di Medan," terangnya.
Sebelum di Jakarta, bibinya tinggal di Tegal bersama suaminya, namun sekarang sudah bercerai. Mantan suaminya juga sedang perjalanan menuju Semarang dari Tegal.
"Sudah ya Mas, saya dibilangin ibu tidak boleh omong jika ditanya-tanya, biar polisi saja, takutnya nanti salah," pungkasnya.
Salah satu anak laki-laki Masrul juga membenarkan orangtuanya ke Medan karena bibinya dikabarkan tewas. "Bapak di Medan, Bu Dhe meninggal."
Dia merupakan kakak kandung Cicik Istiyanti (47), yang sebelumnya dinyatakan tewas namun ternyata masih tinggal bersama suaminya di Candi Penataran Timur II, Kalipancur, Ngaliyan, Semarang. Polisi semula menduga PRT yang tewas adalah Cicik, berbekal identitas yang melekat pada korban.
Informasinya, belakangan diketahui bahwa korban meminjam KTP Cicik untuk keperluan bekerja. Untuk memastikan jenazah korban pembunuhan itu benar-benar Nunung, Cicik ditemani suaminya Masrul dan seorang anaknya Jumat (5/12) pagi terbang ke Medan menggunakan Sriwijaya Air via Bandara Ahmad Yani Semarang.
"Ibu katanya akan dites DNA. Sudah berangkat tadi pagi-pagi," kata Aulia, 20, anak pertama Masrul-Cicik saat ditemui di rumahnya.
Menurut Aulia, kepergian orangtuanya untuk memastikan korban yang meninggal di Medan adalah bibinya. "Bu Dhe katanya meninggal di Medan," ucapnya.
Selama ini, kata dia, bibinya tidak tinggal di Semarang, melainkan di Bekasi.
Bu Dhenya yang ia kenal biasa dipanggil Nunung itu melakukan kontak terakhir dengan ibunya setelah Lebaran lalu. "Saat itu masih di Jakarta. Tapi tidak tahu, kok tiba-tiba ada di Medan," terangnya.
Sebelum di Jakarta, bibinya tinggal di Tegal bersama suaminya, namun sekarang sudah bercerai. Mantan suaminya juga sedang perjalanan menuju Semarang dari Tegal.
"Sudah ya Mas, saya dibilangin ibu tidak boleh omong jika ditanya-tanya, biar polisi saja, takutnya nanti salah," pungkasnya.
Salah satu anak laki-laki Masrul juga membenarkan orangtuanya ke Medan karena bibinya dikabarkan tewas. "Bapak di Medan, Bu Dhe meninggal."
(zik)