Cinta LBM Berbalas Pisau Belati
A
A
A
BALIGE - Ketika wartawan KORAN SINDO MEDAN datang, Kamis (4/12), LBM belum bisa banyak bicara. Dia masih tampak trauma setelah mengalami peristiwa mengerikan, yakni ditusuk pisau belati oleh kekasihnya sendiri, PHB, 15, pada Senin (1/12). Perempuan yang genap berusia 20 tahun pada 3 Desember lalu, mengaku masih tidak percaya dengan perbuatan kekasihnya.
Apalagi selama beberapa bulan menjalin tali asmara, LBM tidak pernah menerima perlakuan kasar terhadap PHB yang lebih muda lima tahun darinya. “Entah dari mana dia berpikir berusaha menghabisiku, membunuhku, dan membuangku dari atas jembatan,” tutur LBM yang dirawat di ruangan Zaal A, RSU HKBP Balige.
LBM yang baru menamatkan pendidikan dari salah satu SMK di Taput itu mengaku tidak pernah memiliki masalah dengan PHB. Dia hanya berusaha mencintai PHB dengan setulus hati. Karena itu, dia tak curiga ketika pada Senin (1/12), diajak PHB ke Siborongborong naik sepeda motor.
“Di tengah jalan, persis di atas jembatan itu, kami berhenti. Bolak-balik dia melihat kiri kanan. Ternyata dia hanya ingin memastikan agar tidak ada orang yang melintas saat hendak menghabisi saya,” kata LBM. Merasa situasi sepi, PHB tanpa bicara langsung memukul ulu hati hingga LBM roboh. Tidak berhenti sampai di situ, PHB menginjak-injak tubuh LBM di parit dekat jembatan.
Disusul tikaman pisau berkalikali ke tubuh perempuan yang sudah tak berdaya itu. Menurut LBM, dia mendapat tikaman dan sabetan belati hingga 33 kali. Sebab di tangan kanannya ada 11 luka bacokan, tangan kiri 6 bacokan, di perut 10 luka tikam, dan dada 6 luka sabetan belati. “Beruntung ada pengendara lewat dan saya menjerit-jerit minta tolong. Pengendara yang ingin menolongku juga diancam akan dibacok. Kemudian pengendara itu memintaku menunggu agar dia memanggil warga kampung,” katanya.
Beberapa saat kemudian, sejumlah warga datang ada ke lokasi menggunakan mobil dan sepeda motor. Sebagian menyelamatkan LBM dan sebagian mengejar PHB yang berusaha kabur. “Kalau menurutku, dia akan membuangku dari atas jembatan ke sungai. Setelah diselamatkan, baru saya sadar isi perut saya sudah terburai keluar. Dan saya bisa hidup karena anugerah Tuhan,” ujar LBM.
Baringin Lumban Gaol
Apalagi selama beberapa bulan menjalin tali asmara, LBM tidak pernah menerima perlakuan kasar terhadap PHB yang lebih muda lima tahun darinya. “Entah dari mana dia berpikir berusaha menghabisiku, membunuhku, dan membuangku dari atas jembatan,” tutur LBM yang dirawat di ruangan Zaal A, RSU HKBP Balige.
LBM yang baru menamatkan pendidikan dari salah satu SMK di Taput itu mengaku tidak pernah memiliki masalah dengan PHB. Dia hanya berusaha mencintai PHB dengan setulus hati. Karena itu, dia tak curiga ketika pada Senin (1/12), diajak PHB ke Siborongborong naik sepeda motor.
“Di tengah jalan, persis di atas jembatan itu, kami berhenti. Bolak-balik dia melihat kiri kanan. Ternyata dia hanya ingin memastikan agar tidak ada orang yang melintas saat hendak menghabisi saya,” kata LBM. Merasa situasi sepi, PHB tanpa bicara langsung memukul ulu hati hingga LBM roboh. Tidak berhenti sampai di situ, PHB menginjak-injak tubuh LBM di parit dekat jembatan.
Disusul tikaman pisau berkalikali ke tubuh perempuan yang sudah tak berdaya itu. Menurut LBM, dia mendapat tikaman dan sabetan belati hingga 33 kali. Sebab di tangan kanannya ada 11 luka bacokan, tangan kiri 6 bacokan, di perut 10 luka tikam, dan dada 6 luka sabetan belati. “Beruntung ada pengendara lewat dan saya menjerit-jerit minta tolong. Pengendara yang ingin menolongku juga diancam akan dibacok. Kemudian pengendara itu memintaku menunggu agar dia memanggil warga kampung,” katanya.
Beberapa saat kemudian, sejumlah warga datang ada ke lokasi menggunakan mobil dan sepeda motor. Sebagian menyelamatkan LBM dan sebagian mengejar PHB yang berusaha kabur. “Kalau menurutku, dia akan membuangku dari atas jembatan ke sungai. Setelah diselamatkan, baru saya sadar isi perut saya sudah terburai keluar. Dan saya bisa hidup karena anugerah Tuhan,” ujar LBM.
Baringin Lumban Gaol
(ftr)