Mengisi Malam Minggu dengan Aktivitas Sosial
A
A
A
SEMARANG - Semangat berbagi tidak perlu menunggu kaya harta. Dengan kesederhanaan, berbagi bisa dilakukan kapan saja dan di mana pun berada dengan segenap kemampuan yang ada.
Semangat itu yang terus ditanamkan oleh Komunitas Berbagi Nasi Semarang sejak dua tahun terakhir. Dengan komitmennya itu, setiap pekan mereka membagi-bagikan nasi bungkus kepada orang yang membutuhkan di kota ini. Ketua Komunitas Berbagi Nasi Semarang Hisyam Basyeban menceritakan, komunitas ini terbentuk di Semarang pada 9 Februari 2013 lalu.
Awalnya terinspirasi dengan komunitas serupa yang ada di Bandung. “Komunitas ini awalnya terbentuk dari tiga orang, mereka ingin mengisi malam minggu dengan cara-cara jalan-jalan tapi bermanfaat,” katanya kepada KORAN SINDO di Semarang kemarin.
Memulai aktivitas komunitas ini, mereka mampu mengumpulkan 11 bungkus nasi. Kemudian dibagikan ke para gelandangan dan pengemis di sekitar Kampung Kali. “Kami biasanya mengadakan kegiatan ini secara rutin pada malam Minggu,” ujar Hisyam.
Seiring perjalanan waktu, anggota komunitas ini terus bertambah, saat ini jumlah anggotanya sekitar 30 orang. Mereka rata-rata mahasiswa perguruan tinggi dari berbagai kampus di Semarang. Setiap malam Minggu, anggota komunitas berkumpul di Jalan Pahlawan Semarang untuk mengumpulkan donasi.
“Kalau sudah terkumpul, baru dibelikan nasi untuk dibagikan kepada gelandangan di daerah Pasar Johar,” papar mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini. Setiap malam Minggu, ratarata bisa mengumpulkan 30-40 nasi bungkus yang dibagikan. Nasi itu diperoleh dari iuran para anggota, baik langsung berbentuk nasi bungkus maupun uang.
Menurut Hisyam, anggota Komunitas Berbagi Nasi sengaja mencari sasaran orang yang homeless (tidak memiliki tempat tinggal). Walau hanya nasi bungkus, tapi bagi orang-orang itu sudah sangat berarti. “Di daerah Johar kalau malam hari banyak ditemukan orang yang homeless ,” ujarnya.
Walau dengan cara sederhana, semangat berbagi dan peduli kepada orang yang membutuhkan harus ditanamkan kepada anak-anak muda. Saat ini semangat gotong royong yang sebenarnya menjadi ciri khas kebadayaan masyarakat Indonesia kian memudar.
“Memang dengan sebungkus nasi, tidak bisa memberikan perubahan ekonomi secara drastis kepada yang diberi. Namun, paling tidak para anggota ini bisa belajar bersyukur dengan cara berbagi,” kata Hisyam.
Kewajiban memelihara fakir miskin tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga kewajiban warga negara. Hisyam akan terus meniupkan semangat berbagi kepada khalayak, tidak hanya kepada mahasiswa, tapi juga kepada orang-orang yang bekerja. “Semakin banyak anggotanya, akan semakin baik,” katanya.
Amin Fauzi
Semangat itu yang terus ditanamkan oleh Komunitas Berbagi Nasi Semarang sejak dua tahun terakhir. Dengan komitmennya itu, setiap pekan mereka membagi-bagikan nasi bungkus kepada orang yang membutuhkan di kota ini. Ketua Komunitas Berbagi Nasi Semarang Hisyam Basyeban menceritakan, komunitas ini terbentuk di Semarang pada 9 Februari 2013 lalu.
Awalnya terinspirasi dengan komunitas serupa yang ada di Bandung. “Komunitas ini awalnya terbentuk dari tiga orang, mereka ingin mengisi malam minggu dengan cara-cara jalan-jalan tapi bermanfaat,” katanya kepada KORAN SINDO di Semarang kemarin.
Memulai aktivitas komunitas ini, mereka mampu mengumpulkan 11 bungkus nasi. Kemudian dibagikan ke para gelandangan dan pengemis di sekitar Kampung Kali. “Kami biasanya mengadakan kegiatan ini secara rutin pada malam Minggu,” ujar Hisyam.
Seiring perjalanan waktu, anggota komunitas ini terus bertambah, saat ini jumlah anggotanya sekitar 30 orang. Mereka rata-rata mahasiswa perguruan tinggi dari berbagai kampus di Semarang. Setiap malam Minggu, anggota komunitas berkumpul di Jalan Pahlawan Semarang untuk mengumpulkan donasi.
“Kalau sudah terkumpul, baru dibelikan nasi untuk dibagikan kepada gelandangan di daerah Pasar Johar,” papar mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini. Setiap malam Minggu, ratarata bisa mengumpulkan 30-40 nasi bungkus yang dibagikan. Nasi itu diperoleh dari iuran para anggota, baik langsung berbentuk nasi bungkus maupun uang.
Menurut Hisyam, anggota Komunitas Berbagi Nasi sengaja mencari sasaran orang yang homeless (tidak memiliki tempat tinggal). Walau hanya nasi bungkus, tapi bagi orang-orang itu sudah sangat berarti. “Di daerah Johar kalau malam hari banyak ditemukan orang yang homeless ,” ujarnya.
Walau dengan cara sederhana, semangat berbagi dan peduli kepada orang yang membutuhkan harus ditanamkan kepada anak-anak muda. Saat ini semangat gotong royong yang sebenarnya menjadi ciri khas kebadayaan masyarakat Indonesia kian memudar.
“Memang dengan sebungkus nasi, tidak bisa memberikan perubahan ekonomi secara drastis kepada yang diberi. Namun, paling tidak para anggota ini bisa belajar bersyukur dengan cara berbagi,” kata Hisyam.
Kewajiban memelihara fakir miskin tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga kewajiban warga negara. Hisyam akan terus meniupkan semangat berbagi kepada khalayak, tidak hanya kepada mahasiswa, tapi juga kepada orang-orang yang bekerja. “Semakin banyak anggotanya, akan semakin baik,” katanya.
Amin Fauzi
(ftr)