Warga Tuntungan Menjerit Gas 3 Kg Naik 80%
A
A
A
MEDAN - Sejumlah warga di Kecamatan Medan Tuntungan mulai menjerit menyusul naiknya harga gas bersubsidi 3 kg hingga 80% dari harga eceran tertinggi (HET) Rp15.000.
Efendi Gurusinga, warga Lau Cih, Medan Tuntungan mengaku terkejut ketika mendapati harga gas bersubsidi 3 kg kini sudah berada di kisaran Rp23.000 –Rp25.000 di tingkat pengecer. Anehnya, gas yang harusnya disubsidi pemerintah tersebut semakin langka di pasaran.
“Kami mohon ini menjadi perhatian pemerintah. Kami tidak tahu ini sebenarnya siapa yang harus bertanggung jawab,” kata Effendi saat menghadiri reses anggota DPRD Sumut, Baskami Ginting, di Jalan Bunga Lau, Kompleks Garden, Kelurahan Kemenangan Tani, Medan Tuntungan, kemarin.
Diketahui, HET sesuai ketetapan pemerintah dari agen hanya Rp12.800 per tabung, dan di tingkat pengecer Rp15.000 per tabung. Namun, di sejumlah daerah harganya melambung tinggi mencapai Rp23.000 lebih.
Elifian Ginting, warga Simpang Selayang, Kemenangan Tani, Medan Tuntungan berharap pemerintah bisa mengendalikan harga yang sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat seperti gas bersubsidi. Pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), seharusnya dapat diantisipasi agar kebutuhan bahan pokok lain tidak terlalu tinggi naiknya. “Pemerintah maunya bisa mengendalikan harga, biar masyarakat tidak terus terpuruk ekonominya,” kata Elifian.
Anggota DPRD Sumut, Baskami Ginting, mengatakan, terkait gas bersubsidi 3 kg, pihaknya melalui Komisi B DPRD Sumut akan segera mempertanyakannya ke Pertamina. Dalam waktu dekat sudah dijadwalkan pemanggilannya. “Dalam pekan ini sudah dijadwalkan, dan akan disampaikan di sana,” ujar politisi PDI Perjuangan itu.
DPRD Sumut akan meminta ketegasan Pertamina agar ketersediaan gas bersubsidi dapat dijamin dan tidak terjadi kelangkaan, supaya harga tidak dipermainkan oleh pasar. Selama ini harga bisa tinggi karena barang langka.
Selain itu, mereka juga akan meminta pemerintah daerah bersama Pertamina dan aparat keamanan mengawasi peredaran gas bersubsidi yang diduga dimanfaatkan oknum tertentu untuk mempermainkan harga.
M Rinaldi Khair
Efendi Gurusinga, warga Lau Cih, Medan Tuntungan mengaku terkejut ketika mendapati harga gas bersubsidi 3 kg kini sudah berada di kisaran Rp23.000 –Rp25.000 di tingkat pengecer. Anehnya, gas yang harusnya disubsidi pemerintah tersebut semakin langka di pasaran.
“Kami mohon ini menjadi perhatian pemerintah. Kami tidak tahu ini sebenarnya siapa yang harus bertanggung jawab,” kata Effendi saat menghadiri reses anggota DPRD Sumut, Baskami Ginting, di Jalan Bunga Lau, Kompleks Garden, Kelurahan Kemenangan Tani, Medan Tuntungan, kemarin.
Diketahui, HET sesuai ketetapan pemerintah dari agen hanya Rp12.800 per tabung, dan di tingkat pengecer Rp15.000 per tabung. Namun, di sejumlah daerah harganya melambung tinggi mencapai Rp23.000 lebih.
Elifian Ginting, warga Simpang Selayang, Kemenangan Tani, Medan Tuntungan berharap pemerintah bisa mengendalikan harga yang sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat seperti gas bersubsidi. Pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), seharusnya dapat diantisipasi agar kebutuhan bahan pokok lain tidak terlalu tinggi naiknya. “Pemerintah maunya bisa mengendalikan harga, biar masyarakat tidak terus terpuruk ekonominya,” kata Elifian.
Anggota DPRD Sumut, Baskami Ginting, mengatakan, terkait gas bersubsidi 3 kg, pihaknya melalui Komisi B DPRD Sumut akan segera mempertanyakannya ke Pertamina. Dalam waktu dekat sudah dijadwalkan pemanggilannya. “Dalam pekan ini sudah dijadwalkan, dan akan disampaikan di sana,” ujar politisi PDI Perjuangan itu.
DPRD Sumut akan meminta ketegasan Pertamina agar ketersediaan gas bersubsidi dapat dijamin dan tidak terjadi kelangkaan, supaya harga tidak dipermainkan oleh pasar. Selama ini harga bisa tinggi karena barang langka.
Selain itu, mereka juga akan meminta pemerintah daerah bersama Pertamina dan aparat keamanan mengawasi peredaran gas bersubsidi yang diduga dimanfaatkan oknum tertentu untuk mempermainkan harga.
M Rinaldi Khair
(ftr)