Kisah Mbah Basri, Juru Kunci Gunung Prahu

Senin, 01 Desember 2014 - 14:32 WIB
Kisah Mbah Basri, Juru...
Kisah Mbah Basri, Juru Kunci Gunung Prahu
A A A
KENDAL - Seorang kakek berusia 60 tahun, warga Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, sudah 20 tahun menjadi juru kunci dan penjaga Gunung Prahu secara sukarela.

Selama menjadi penjaga gunung, kakek yang tinggal di bekas bangunan sekolah dasar ini, tidak pernah dibayar. Namun begitu, berkat usahanyalah, ada tanaman-tanaman baru.

Tanaman itu dia tanam sendiri, tanpa diperintah oleh pemerintah daerah. Bahkan, dia mengharuskan kepada setiap pendaki yang hendak naik gunung prahu, untuk membawa pohon dan ditanam di puncak.

Meski usia tidak lagi muda, Mbah Basri, demikian dia biasa disapa, tanpa lelah terus berkeliling, berjalan kaki menyusuri hutan di Gunung Prahu, Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Mbah Basri memang bukan pegawai perhutani, ataupun balai konservasi. Dia hanya warga biasa yang peduli dengan kelestarian lingkungan, terutama hutan. Bahkan selama menjadi penjaga hutan, Mbah Basri tidak mendapatkan bayaran.

Baginya, menjaga hutan dilakukan agar kelestariannya dapat dijaga untuk anak cucu dan warga di sekitar lereng Gunung Prahu. Menurutnya, sumber air di Gunung Prahu sangat vital bagi kehidupan warga di sekitar lereng gunung.

"Jika tidak dijaga dan dipelihara, akan berdampak pada kebutuhan air bersih bagi warga," katanya, saat ditemui wartawan, Senin (1/12/2014).

Lebih jauh, Mbah Basri bahkan siap mati untuk menghalau para pelaku pembalakan liar yang mengakibatkan kerusakan hutan. Selama ini, dirinya mengaku sering bertemu pembalak dan pencuri kayu, namun tidak menangkapnya.

Setiap hari, Mbah Basri menanam 10-20 bibit pohon di sepanjang jalan setapak menuju puncak, sambil berpatroli. Dalam sehari, Mbah Basri bisa mengawasi sekitar lima hektare hutan Gunung Prahu dari pembalakan liar.

"Saya melakukan itu semua dengan ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan apapun," ungkapnya.

Meskipun tidak muda lagi, Mbah Basri tetap memiliki fisik yang prima. Kendati tidak digaji, dia juga tidak pernah meminta belas kasihan kepada pemerintah atas aktivitas sehari-harinya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7914 seconds (0.1#10.140)