Longsor Terjang 8 Kecamatan

Senin, 01 Desember 2014 - 11:10 WIB
Longsor Terjang 8 Kecamatan
Longsor Terjang 8 Kecamatan
A A A
GARUT - Delapan kecamatan di Kabupaten Garut dilanda tanah longsor, kemarin. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mencatat longsor terjadi sejak Sabtu (29/11) hingga Minggu (30/11), dini hari.

Berdasarkan data, delapan kecamatan yang diterjang longsor berada di Kecamatan Pakenjeng; Singajaya; Pamulihan; Mekar mukti; Cisompet; Caringin; Bungbulang; dan Cihurip. Sejumlah rumah warga dilaporkan rusak akibat tergerus longsor. Bahkan, beberapa infrastruktur jalan penghubung juga ter putus akibat amblas dan sebagian besar lainnya tertutup ma terial tanah.

“Sudah banyak laporan me ngenai bencana longsor yang masuk kepada kami. Untuk jumlah pasti rumah warga data nya masih simpang siur. Sedangkan untuk jalur ada yang masih tertimbun longsor ada juga yang sudah dibersihkan. Sementara ini belum ada laporan korban jiwa,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Dikdik Hendrajaya, kemarin.

Dia menyebutkan, longsor yang terjadi di sejumlah titik itu akibat hujan deras yang terjadi sejak Sabtu siang hingga malam hari. Dia menjelaskan, salah satu longsor yang terjadi dan menutup ruas jalan berada di Jalan Raya Cikajang-Cisompet di kawasan Gunung Gelap, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cihurip.

Menurut dia, jalan penghubung wilayah perkotaan Garut menuju Kecamatan Pameungpeuk ini, tertutup material longsoran tebing dengan ketinggian 1,5 meter dan panjang 30 meter. “Awalnya kendaraan total tidak bisa melintasi jalur ini sama sekali. Truk yang sedang di parkir di pinggir jalan kawasan itu ikut tergusur dan tertimbun tanah longsor. Ada empat titik longsor di jalur ini. Dua titik sudah ditanggulangi, sementara dua lainnya kami belum menerima informasi,” ujarnya.

Longsor yang menutupi badan jalan juga terjadi di jalur Kecamatan Pakenjeng menuju Kecamatan Bungbulang. Di lokasi ini terdapat empat titik longsor lain, yakni kawasan Curug Ceret, Desa Gundamekar, Kecamatan Bungbulang, kawasan Gunung Wayang, Desa Depok, Kecamatan Pakenjeng, kawasan Kampung Depok, Desa Depok, Kecamatan Pakenjeng, dan jalur kawasan Kampung Arinem, Desa Jayamekar, Kecamatan Pakenjeng.

“Sebagai upaya sementara warga dibantu petugas dari intansi terkait masih melakukan pembersihan secara manual. Semua titik longsor di jalur Bungbulang-Pakenjeng ini mesti dibersihkan menggunakan alat berat. Sebab selain material tanah bercampur lumpur, banyak juga pepohonan besar dan pohon bambu beserta akarakarnya ikut terbawa longsor hingga menutupi jalan,” paparnya.

Sementara itu, petugas BPBD Kabupaten Garut TB Agus mengatakan, satu jalan desa sepanjang 15 meter di Desa Jatisari, Kecamatan Cisompet, dilaporkan anjlok dengan kedalaman 40 cm. Karena ambles, jalan ini pun praktis tidak dapat dilalui. “Namun kejadian yang juga terjadi pada dini hari ini tidak membuat warga terisolasi. Warga Desa Jati Sari masih memiliki jalur alternatif lain yang bisa dilewati,” ucapnya.

Selain memutuskan jalan, sebut Agus, bencana longsor juga membuat puluhan warga di beberapa kecamatan kehilangan tempat tinggal. Di Desa Mekarwangi, Kecamatan Singajaya, empat rumah tergerus longsor sekitar pukul 23.45 WIB.

“Empat rumah itu dihuni oleh 13 jiwa. Kondisinya memang berada di bawah tebing. Sehingga begitu longsor terjadi, empat rumah ini tergerus longsor. Alhamdulillah Semua penghuninya selamat dan untuk sementara dievakuasi ke rumah warga lain yang lebih aman,” katanya.

Di Desa Jagabaya, Kecamatan Mekarmukti, empat rumah warga ikut dirusak longsor dan empat sisanya terancam. Sama seperti di desa Mekarwangi, kedelapan rumah ini terletak di bawah tebing curam. “Di desa Jagabaya itu empat rumah rusak sementara empat lainnya terancam. Total jumlah warga dari delapan rumah ini ada 17 jiwa. Belasan warga ini dievakuasi sementara ke kantor Desa Jagabaya,” ungkapnya.

Di Desa Pakenjeng, Kecamatan Pamulihan, dua rumah warga dan satu mesjid ikut terancam longsor. Lima orang warga dari dua rumah yang terancam ini untuk sementara diungsikan ke rumah kerabat mereka yang lebih aman.

Sedangkan, di Kecamatan Caringin, yakni Kampung Cikarang, Desa Sukarame, dua rumah warga rusak berat dan tujuh unit rumah lainnya ikut terancam. Longsor di lokasi ini terjadi tepat pada pukul 00.00 WIB dini hari. “Jumlah warga yang berada pada dua rumah rusak berat ini ada enam orang. Mereka juga sudah dievakuasi untuk sementara ini,” ujarnya.

Di Kecamatan Pakenjeng, longsor ikut merusak rumah war ga di beberapa desa. Di Kampung Mukapasi, tercatat tiga rumah warga rusak parah, di Kampung Nanggewer, Desa Depok, satu rumah rusak berat, di Kampung Nempel, Desa Pasirlangu, satu rumah warga rusak, dan satu unit rumah warga lainnya rusak berat di Kampung Kondang, Desa Depok.

“Alhamdulillah, dari seluruh bencana longsor yang merusak rumah dan memutuskan jalur ini tidak menimbulkan korban jiwa. Semua warga yang sedang berada di dalam rumah, berhasil menyelamatkan diri,” tuturnya.

Agus mengatakan, BPBD Garut saat ini telah memberikan bantuan logistik berupa bahan makanan kepada seluruh warga yang menjadi korban. Bahan makanan yang diberikan ini untuk sementara hanya cukup untuk digunakan dalam waktu empat hari saja.

Perlu diketahui, dari 26 Kabupaten/kota di Jawa Barat, 17 daerah berada di kawasan berpotensi rawan bencan alam baik longsor,banjir dan gempa bumi. Ke-17 kabupaten/kota itu adalah Bandung; Tasikmalaya; Sumedang; Subang; Majalengka; Garut; Ciamis; Sukabumi; Cirebon; Indramyu; Purwakarta; Kuningan; Karawang; Bogor; Bekasi; Depok; dan Cianjur.

Selain itu, terdapat 12 Kabupaten/kota juga berada di daerah yang berpotensi terjadi bencana gerakan tanah. kabupaten/kota itu adalah Sukabumi; Cianjur; Bandung; Garut; Tasikmalaya; Ciamis; Bogor; Purwakarta; Subang; Sumedang; Majalengka; dan Kuningan.

Bencanan gerakan tanah atau longsor itu mengancam 1.068 desa yang tersebar di 217 kecamatan. Memasuki musim hujan tahun ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kota Bandung telah mem peringati agar masyarakat yang tinggal di kawasan daerah bencana tetap waspada.

Dalam beberapa hari kedepan, perubahan cuaca akan diprediksi ekstrim dengan kondisi hujan disertai angin kencang dan petir. Intensitas hujan rata-rata diangka 150 milimeter. Puncak hujan diperkirakan akan terjadi pada awal Januari hingga Februari 2015.

Waspadai Penyakit Musiman

Menghadapi cuaca ekstrim serta curah hujan yang tinggi, masyarakat juga diminta waspada ancaman serangan penyakit DBD dan ISPA. Pasalnya, saat cuaca ekstrim seperti sekarang, rawan serangan DBD, diare, dan ISPA.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Rieswan Graha berharap, warga dapat menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya agar terhindar dari penyakit. “Yang paling penting, jika di satu daerah ada gejala munculnya serangan DBD dan ISPA harus segera melapor ke puskesmas terdekat,” kata dia.

Dalam meminimalisasi serangan DBD dan ISPA, pihaknya pun siap penuh. Bahkan berencana akan melakukan penyuluhan kepada sejumlah warga. “Kalau berdasarkan predeksi musim hujan ini diperkirakan akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan, sekali lagi warga Kabupaten Majalengka harus mewaspadai ancaman penyakit DBD, chikungunya, diare, dan ISPA,” paparnya.

Menurut mantan Kepala BPMPD dan KB ini, penyebab tim bulnya penyakit DBD adalah nyamuk aedesaegypti yang menggigit tubuh manusia. “Musim hujan sangat rawan penyebaran nyamuk aedesae- gypti,” katanya.

Tempat berkembang biaknya nyamuk aedesaegypti, sambung dia, bisa terjadi pada pot bunga, kaleng bekas, dan plastik serta barang-barang lainnya yang terdapat sisa atau genangan air hujan. “Termasuk bisa berkembang biak pada genangan air di parit atau selokan yang tidak mengalir. Biasanya potensi genangan air cileuncang atau air hujan itu sangat rawan terjadi pada musim hujan ini,” ucapnya.

Sama halnya dengan penyakit DBD, penyakit chikungunya, kata dia, bisa pula disebabkan karena serangan nyamuk. Penyakit chikungunya tersebut bisa menular ke orang yang ada di sekitarnya, melalui gigitan nyamuk. “Makanya masyarakat harus waspada disaat musim hujan ini,” katanya.

Termasuk adanya perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan, kata dia, bisa menyebabkan penyakit ISPA. Penyakit ISPA bisa disebabkan karena debu atau kotoran yang ada di lingkungan sekitar.

Fani Ferdiansyah/ Ade Nurjanah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4703 seconds (0.1#10.140)