BBM Naik, Kusen Bekas Jadi Primadona
A
A
A
DI tengah meningkatnya harga bahan bangunan akibat imbas dari naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), menyebabkan sebagian masyarakat lebih memilih bahan material bangunan bekas seperti kusen, pintu, jendela, dan lainnya.
Selain harganya lebih murah, kualitas bahan bangunan bekas itu juga tidak kalah baiknya dibandingkan yang baru. Bahkan, bisa jadi kualitasnya lebih baik dibandingkan yang baru. Tidak heran bila masyarakat lebih memilih kusen, pintu, dan bahan bangunan lainnya berbahan kayu yang bekas ketimbang yang baru. Pasalnya, kualitas kayu akan semakin baik bila semakin tua.
Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Sumut, Hery Masyhuri, mengungkapkan, sudah sewajarnya masyarakat saat ini lebih memilih bahan bangunan bekas, khususnya yang berbahan kayu.
“Kusen bekas umumnya menggunakan kayu lama yang berkualitas, seperti damar dan meranti, sangat baik dan bahkan semakin tua semakin baik. Tidak heran bila masyarakat lebih memilih kusen, pintu dan jendela bekas saat ini. Selain harganya lebih murah, kualitasnya pun sangat bagus,” ungkapnya.
Sedangkan kayu yang sering digunakan saat ini untuk dijadikan kusen dan bahan bangunan lainnya umumnya menggunakan kayu selain damar dan meranti seperti kayu rambung dan kayu sembarang keras. Menurut Heri, kayu rambung sangat ringan dan tidak keras. Hal itu menyebabkan kayu tersebut sangat mudah berlubang karena dimakan rayap. “Kayu yang ada sekarang ringan semua. Seperti kayu rambung dan sembarang keras.”
”Kayu itulah yang banyak digunakan rumah-rumah baru sekarang. Mungkin kurang dari lima tahun, kusen rumahnya akan mudah bolong karena dimakan rayap,” ujarnya. Heri Mashuri menambahkan, sulitnya mencari kayu berkualitas dikarenakan adanya larangan dari pemerintah untuk tidak merambah hutan. Sementara kayu-kayu berkualitas itu adanya di hutan.
“Sekarang kayu- kayu berkualitas itu sudah tidak ada lagi. Kalau pun ada harganya selangit. Seperti damar, harganya lebih dari Rp10 juta per ton. Sedangkan kayu sembarang keras dan sejenisnya hanya Rp4 juta sampai 5 juta per ton,” ucapnya. Dimana satu ton kayu umumnya terdiri dari 40 batang berukuran panjang 4.8 meter dan tebal 5-6 cm.
“Kayu-kayu sembarang keras itulah yang banyak ditemukan di panglong sekarang. Sedangkan kayu damar dan meranti sangat sulit dicari. Kalau pun ada, kebanyakan kayu damar dan meranti itu sudah dicampur dengan kayu lain. Jadi, dalam satu ton tidak berisi kayu damar dan meranti semua,” ungkapnya.
Memang, sebelum harga BBM naik, keberadaan pengusaha bahan bangunan bekas di Kota Medan masih tetap bertahan. Mengingat konsumen bahan bangunan bekas juga tidak sedikit jumlahnya. Segmen pasar bahan bangunan bekas juga seolah tidak ada matinya. Terlebih harga BBM naik, penjualan bahan bangunan bekas kian meningkat.
Masyarakat lebih memilih bahan bangunan bekas dikarenakan harga jualnya yang lebih murah dibandingkan yang baru. Rudi Sembiring, pedagang bahan bangunan bekas di Jalan Negara, Medan, mengungkapkan, pengolahan kusen bekas sangat diminati masyarakat hingga saat ini. Terbukti usaha yang telah dirintisnya sejak tahun 2001, masih tetap bertahan hingga saat ini.
“Walaupun kusennya bekas, kami daur ulang lagi. Kayunya kami ketam lagi, jadi kelihatan seperti baru dan dapat dikatakan sebagai kusen baru,” ungkapnya. Untuk mendaur ulang kusen lama menjadi seperti baru, hanya membutuhkan waktu satu hari dan bahkan kurang dari itu. “Proses pengerjaannya tidak lama, paling lama satu hari. Awalnya, kusen bekas itu dibersihkan dahulu dari paku-paku yang menempel di kusen itu.
Lalu, diketam hingga seluruh cat yang menempel di kusen bekas hilang dan hanya kelihatan kulit dasar kayunya. Kemudian, bila ada bekas lubang paku di kusen itu akan kita tutup dengan dempul kayu. Jadi, seluruh permukaan kusennya menjadi rata,” ungkapnya. Rudi menambahkan, harga kusen pintu berukuran dua meter dan lebar 80 cm hanya Rp250 ribu. Sedangkan kusen jendela yang terdiri dari tiga jendela berukuran 1.80 meter dan lebar 1.80 meter seharga Rp 600 ribu.
“Kalau pintu model minimalis, sepasangnya dijual Rp 1 juta. Seluruh bahan kusen pintu, kusen jendela, dan sepasang pintu menggunakan kayu bekas yang sudah didaur ulang. Sedangkan harga kusen baru berbahan kayu damar bisa mencapai Rp750.000. Itu pun sulit mencari kayu damar yang baru sekarang ini,” ucapnya.
Lebih lanjut Rudi menambahkan, untuk membedakan kayu damar dengan kayu lainnya sangat mudah. Kayu damar memiliki warna yang khas yakni merah marun. Selain itu, kayu damar memiliki ciri khas lainnya yaitu kayunya sangat licin setelah diketam. “Kayu damar tidak bisa dibohongi. Kayu damar memiliki ciri khas yang banyak seperti warnanya dan kayunya sangat mengkilat dan licin. Beda dengan kayu lainnya. Apalagi kayu sem-barang keras.
Dari warnanya sudah dapat dibedakan. Kayu sembarang keras berwarna putih, seperti warna pucat. Seperti kayu damar cenderung ke warna merah marun gelap,” ujarnya. Di sisi lain, pengelolaan bahan kusen, pintu dan jendela bekas menjadi baru itu turut mengurangi perambahan hutan untuk dijadikan bahan pembuatan kusen, pintu, dan jendela baru.
Direktur Walhi Sumut, Kusnadi, mengungkapkan, bisnis bahan bangunan berbahan kayu juga turut menambah penebangan kayu di hutan. Namun, persentasenya tidak sebesar bisnis perkebunan.
“Menciutnya kawasan hutan karena faktor bisnis perkebunan itu sangat besar. Tapi kalau untuk bisnis untuk pembuatan kusen, jendela, pintu dan lainnya hanya sedikit. Namun, tetap saja bisnis tersebut turut menyumbang berkurangnya kawasan hutan di Sumut. Tapi persentasenya saya tidak tahu jelas. Makanya, kalau kayu-kayu lama itu bisa didaur ulang, untuk apa kita menebang kayu yang baru,” paparnya.
Kusnadi tidak menyalahkan bahwa kayu bisa diolah dan dimanfaatkan menjadi sebuah produk yang bisa digunakan manusia. Tapi bila hutan hanya dipandang sebagai lahan bisnis, akan berdampak negatif kepada manusia itu sendiri. Bayangkan saja, bila kawasan hutan yang notabene disebut kawasan hulu telah rusak, otomatis akan berdampak kepada kawasan hilir. Sebagai contoh, bila Tanah Karo gundul, maka Kota Medan akan kebanjiran.
“Betul, kayu bisa dimanfaatkan. Tapi di antara kayu itu banyak menyimpan sumber ilmu pengetahuan. Hutan juga dijadikan riset, banyak peneliti yang mendapatkan manfaat dari hutan dan hutan juga akan menjadi warisan bagi anak cucu kita,” ungkapnya. Untuk itu, Kusnadi berharap semua pihak bertanggung jawab terhadap pelestarian hutan.
“Sekali lagi saya mengimbau agar hutan jangan dipandang sebagai tegakan saja. Sebab, hutan menyimpan berbagai sumber hayati,” tandasnya.
Dicky irawan
Selain harganya lebih murah, kualitas bahan bangunan bekas itu juga tidak kalah baiknya dibandingkan yang baru. Bahkan, bisa jadi kualitasnya lebih baik dibandingkan yang baru. Tidak heran bila masyarakat lebih memilih kusen, pintu, dan bahan bangunan lainnya berbahan kayu yang bekas ketimbang yang baru. Pasalnya, kualitas kayu akan semakin baik bila semakin tua.
Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Sumut, Hery Masyhuri, mengungkapkan, sudah sewajarnya masyarakat saat ini lebih memilih bahan bangunan bekas, khususnya yang berbahan kayu.
“Kusen bekas umumnya menggunakan kayu lama yang berkualitas, seperti damar dan meranti, sangat baik dan bahkan semakin tua semakin baik. Tidak heran bila masyarakat lebih memilih kusen, pintu dan jendela bekas saat ini. Selain harganya lebih murah, kualitasnya pun sangat bagus,” ungkapnya.
Sedangkan kayu yang sering digunakan saat ini untuk dijadikan kusen dan bahan bangunan lainnya umumnya menggunakan kayu selain damar dan meranti seperti kayu rambung dan kayu sembarang keras. Menurut Heri, kayu rambung sangat ringan dan tidak keras. Hal itu menyebabkan kayu tersebut sangat mudah berlubang karena dimakan rayap. “Kayu yang ada sekarang ringan semua. Seperti kayu rambung dan sembarang keras.”
”Kayu itulah yang banyak digunakan rumah-rumah baru sekarang. Mungkin kurang dari lima tahun, kusen rumahnya akan mudah bolong karena dimakan rayap,” ujarnya. Heri Mashuri menambahkan, sulitnya mencari kayu berkualitas dikarenakan adanya larangan dari pemerintah untuk tidak merambah hutan. Sementara kayu-kayu berkualitas itu adanya di hutan.
“Sekarang kayu- kayu berkualitas itu sudah tidak ada lagi. Kalau pun ada harganya selangit. Seperti damar, harganya lebih dari Rp10 juta per ton. Sedangkan kayu sembarang keras dan sejenisnya hanya Rp4 juta sampai 5 juta per ton,” ucapnya. Dimana satu ton kayu umumnya terdiri dari 40 batang berukuran panjang 4.8 meter dan tebal 5-6 cm.
“Kayu-kayu sembarang keras itulah yang banyak ditemukan di panglong sekarang. Sedangkan kayu damar dan meranti sangat sulit dicari. Kalau pun ada, kebanyakan kayu damar dan meranti itu sudah dicampur dengan kayu lain. Jadi, dalam satu ton tidak berisi kayu damar dan meranti semua,” ungkapnya.
Memang, sebelum harga BBM naik, keberadaan pengusaha bahan bangunan bekas di Kota Medan masih tetap bertahan. Mengingat konsumen bahan bangunan bekas juga tidak sedikit jumlahnya. Segmen pasar bahan bangunan bekas juga seolah tidak ada matinya. Terlebih harga BBM naik, penjualan bahan bangunan bekas kian meningkat.
Masyarakat lebih memilih bahan bangunan bekas dikarenakan harga jualnya yang lebih murah dibandingkan yang baru. Rudi Sembiring, pedagang bahan bangunan bekas di Jalan Negara, Medan, mengungkapkan, pengolahan kusen bekas sangat diminati masyarakat hingga saat ini. Terbukti usaha yang telah dirintisnya sejak tahun 2001, masih tetap bertahan hingga saat ini.
“Walaupun kusennya bekas, kami daur ulang lagi. Kayunya kami ketam lagi, jadi kelihatan seperti baru dan dapat dikatakan sebagai kusen baru,” ungkapnya. Untuk mendaur ulang kusen lama menjadi seperti baru, hanya membutuhkan waktu satu hari dan bahkan kurang dari itu. “Proses pengerjaannya tidak lama, paling lama satu hari. Awalnya, kusen bekas itu dibersihkan dahulu dari paku-paku yang menempel di kusen itu.
Lalu, diketam hingga seluruh cat yang menempel di kusen bekas hilang dan hanya kelihatan kulit dasar kayunya. Kemudian, bila ada bekas lubang paku di kusen itu akan kita tutup dengan dempul kayu. Jadi, seluruh permukaan kusennya menjadi rata,” ungkapnya. Rudi menambahkan, harga kusen pintu berukuran dua meter dan lebar 80 cm hanya Rp250 ribu. Sedangkan kusen jendela yang terdiri dari tiga jendela berukuran 1.80 meter dan lebar 1.80 meter seharga Rp 600 ribu.
“Kalau pintu model minimalis, sepasangnya dijual Rp 1 juta. Seluruh bahan kusen pintu, kusen jendela, dan sepasang pintu menggunakan kayu bekas yang sudah didaur ulang. Sedangkan harga kusen baru berbahan kayu damar bisa mencapai Rp750.000. Itu pun sulit mencari kayu damar yang baru sekarang ini,” ucapnya.
Lebih lanjut Rudi menambahkan, untuk membedakan kayu damar dengan kayu lainnya sangat mudah. Kayu damar memiliki warna yang khas yakni merah marun. Selain itu, kayu damar memiliki ciri khas lainnya yaitu kayunya sangat licin setelah diketam. “Kayu damar tidak bisa dibohongi. Kayu damar memiliki ciri khas yang banyak seperti warnanya dan kayunya sangat mengkilat dan licin. Beda dengan kayu lainnya. Apalagi kayu sem-barang keras.
Dari warnanya sudah dapat dibedakan. Kayu sembarang keras berwarna putih, seperti warna pucat. Seperti kayu damar cenderung ke warna merah marun gelap,” ujarnya. Di sisi lain, pengelolaan bahan kusen, pintu dan jendela bekas menjadi baru itu turut mengurangi perambahan hutan untuk dijadikan bahan pembuatan kusen, pintu, dan jendela baru.
Direktur Walhi Sumut, Kusnadi, mengungkapkan, bisnis bahan bangunan berbahan kayu juga turut menambah penebangan kayu di hutan. Namun, persentasenya tidak sebesar bisnis perkebunan.
“Menciutnya kawasan hutan karena faktor bisnis perkebunan itu sangat besar. Tapi kalau untuk bisnis untuk pembuatan kusen, jendela, pintu dan lainnya hanya sedikit. Namun, tetap saja bisnis tersebut turut menyumbang berkurangnya kawasan hutan di Sumut. Tapi persentasenya saya tidak tahu jelas. Makanya, kalau kayu-kayu lama itu bisa didaur ulang, untuk apa kita menebang kayu yang baru,” paparnya.
Kusnadi tidak menyalahkan bahwa kayu bisa diolah dan dimanfaatkan menjadi sebuah produk yang bisa digunakan manusia. Tapi bila hutan hanya dipandang sebagai lahan bisnis, akan berdampak negatif kepada manusia itu sendiri. Bayangkan saja, bila kawasan hutan yang notabene disebut kawasan hulu telah rusak, otomatis akan berdampak kepada kawasan hilir. Sebagai contoh, bila Tanah Karo gundul, maka Kota Medan akan kebanjiran.
“Betul, kayu bisa dimanfaatkan. Tapi di antara kayu itu banyak menyimpan sumber ilmu pengetahuan. Hutan juga dijadikan riset, banyak peneliti yang mendapatkan manfaat dari hutan dan hutan juga akan menjadi warisan bagi anak cucu kita,” ungkapnya. Untuk itu, Kusnadi berharap semua pihak bertanggung jawab terhadap pelestarian hutan.
“Sekali lagi saya mengimbau agar hutan jangan dipandang sebagai tegakan saja. Sebab, hutan menyimpan berbagai sumber hayati,” tandasnya.
Dicky irawan
(ars)