Magnet Dangdut Pelestari Pop Sunda
A
A
A
SEJAK kecil tak sedikit orang yang jatuh hati dengan suara indahnya. Bukan menjadi penyanyi seperti sekarang, dulu Rya dikenal sebagai juara MTQ. Namun cengkok merdu milik Rya Fitria ternyata berkembang di kancah tarik suara. Akhirnya dangdut dan pop Sunda menjadi pelabuhannya.
Terbiasa melantunkan ayat suci Alquran, Rya seolah tak canggung saat bernyanyi. Mengawali saat duduk di bangku SMP, penyanyi asal Kota Bandung ini pun mulai terbiasa tampil di atas pentas. Bahkan Rya getol mengikuti berbagai perlombaan.
Puncaknya saat masuk 10 besar ajang Kontes Dangdut Indonesia (KDI) tahun 2006. “Alhamdulillah berawal dari juara MTQ kemudian kiprah saya justru berkembang di musik dangdut. Tapi karena saya merasa lahir dan besar di Bandung akhirnya jalur pop Sunda digeluti juga. Ini hanya semacam idealisme saya untuk memertahankan jati diri sebagai mojangPriangan,” ujar Rya saat dijumpai belum lama ini di Bandung.
Sebelum dikontrak MNC selama empat tahun (2006-2010), nama Rya sebenarnya bukan nama baru di belantika musik lokal. Dia sempat mencuri perhatian publik lewat singel Bogoh Kasaha. Lagu ini juga yang memerkuat ciri khasnya sebagai penyanyi dangdut dan pop Sunda yang melankolis. Selain dikenal gemar menyanyikan lirik lagu yang bertema sedih, secara karakter suara Rya memang terasa melankolis dan mendayu-dayu.
Maklum saja anak sulung dari tiga bersaudara ini memang terbiasa melatih pita suaranya saat melantunkan ayat-ayat Alquran. “Saya akhirnya dikenal sebagai penyanyi mellowkarena karakternya yang cenderung balet dan dipandang cocok menyanyikan lagu bertema sedih,” sambungnya. Wanita berusia 29 tahun ini berterus terang, ladang besarnya memang berada di ranah dangdut.
Sejak ia dikontrak MNC, nama Rya justru dikenal di Jakarta serta beberapa pulau yang memiliki rumpun melayu. “Saya pasarnya banyak di luar Jawa. Misalnya di Sumatera, bisa dikatakan sering manggung di beberapa daerah karena menurut mereka, cengkok suaranya sangat pas mendendangkan lagu melayu,” terangnya sembari tersenyum. Sempat diterpa isu tak sedap, tak membuat penyuka jalan-jalan ini kehilangan gairah. Buktinya di awal tahun lalu, pemilik nama asli Rya Fitriani ini tetap percaya diri untuk mengeluarkan singel berjudul Kamu Gila Aku Juga.
Baginya, popularitas harus dihiasi dengan karya dan prestasi. Tak heran, dia termasuk artis yang getol mengeluarkan singel dan album. Semisal pada pertengahan tahun ini, tepatnya bulan Ramadan, Rya konsisten mengeluarkan singel. Saat itu ia mengeluarkan lagu Bulan Kabagjaanciptaan Goezen Samin Batu yang tak lain kakak sepupu Ria. Untuk memanjakan para penggemarnya, Bulan Kabagjaan sengaja dibuat dua versi, yakni bahasa Sunda dan Indonesia.
Sementara untuk genre musiknya, dia memilih jalur religi Melayu dengan sentuhan instrumen pop yang lebih kontemporer. “Alhamdulilah dan bersyukur bisa memiliki singel religi. Dan kebetulan juga aku sedang gemar berhijab sehingga chemistryitu timbul dengan sendirinya,” rincinya. Sementara pada bulan Desember mendatang, penyanyi berkulit putih ini juga tengah ancang-ancang mengeluarkan album keenamnya bertajuk Sono ah Sono. Ada sepuluh lagu yang dipersiapkan. Namun dia belum resmi melempar ke pasaran karena tengah menunggu produksi fisik rampung.
“Jadi eksistensi saya sebagai penyanyi benar-benar terisi selama setahun penuh. Awal, pertengahan, dan akhir, ada karya yang bisa di per sem - bahkan kepada publik,” kata dia. Untuk yang terbaru, dia menjajal kemampuannya dengan memilih jalur dangdut modifikasi koplo, reggae, serta sedikit sentuhan rock. Gebrakan baru ini menjadi alternatif baru, setelah dia berlama-lama menyandang ikon penyanyi melankolis.
Dini budiman
Terbiasa melantunkan ayat suci Alquran, Rya seolah tak canggung saat bernyanyi. Mengawali saat duduk di bangku SMP, penyanyi asal Kota Bandung ini pun mulai terbiasa tampil di atas pentas. Bahkan Rya getol mengikuti berbagai perlombaan.
Puncaknya saat masuk 10 besar ajang Kontes Dangdut Indonesia (KDI) tahun 2006. “Alhamdulillah berawal dari juara MTQ kemudian kiprah saya justru berkembang di musik dangdut. Tapi karena saya merasa lahir dan besar di Bandung akhirnya jalur pop Sunda digeluti juga. Ini hanya semacam idealisme saya untuk memertahankan jati diri sebagai mojangPriangan,” ujar Rya saat dijumpai belum lama ini di Bandung.
Sebelum dikontrak MNC selama empat tahun (2006-2010), nama Rya sebenarnya bukan nama baru di belantika musik lokal. Dia sempat mencuri perhatian publik lewat singel Bogoh Kasaha. Lagu ini juga yang memerkuat ciri khasnya sebagai penyanyi dangdut dan pop Sunda yang melankolis. Selain dikenal gemar menyanyikan lirik lagu yang bertema sedih, secara karakter suara Rya memang terasa melankolis dan mendayu-dayu.
Maklum saja anak sulung dari tiga bersaudara ini memang terbiasa melatih pita suaranya saat melantunkan ayat-ayat Alquran. “Saya akhirnya dikenal sebagai penyanyi mellowkarena karakternya yang cenderung balet dan dipandang cocok menyanyikan lagu bertema sedih,” sambungnya. Wanita berusia 29 tahun ini berterus terang, ladang besarnya memang berada di ranah dangdut.
Sejak ia dikontrak MNC, nama Rya justru dikenal di Jakarta serta beberapa pulau yang memiliki rumpun melayu. “Saya pasarnya banyak di luar Jawa. Misalnya di Sumatera, bisa dikatakan sering manggung di beberapa daerah karena menurut mereka, cengkok suaranya sangat pas mendendangkan lagu melayu,” terangnya sembari tersenyum. Sempat diterpa isu tak sedap, tak membuat penyuka jalan-jalan ini kehilangan gairah. Buktinya di awal tahun lalu, pemilik nama asli Rya Fitriani ini tetap percaya diri untuk mengeluarkan singel berjudul Kamu Gila Aku Juga.
Baginya, popularitas harus dihiasi dengan karya dan prestasi. Tak heran, dia termasuk artis yang getol mengeluarkan singel dan album. Semisal pada pertengahan tahun ini, tepatnya bulan Ramadan, Rya konsisten mengeluarkan singel. Saat itu ia mengeluarkan lagu Bulan Kabagjaanciptaan Goezen Samin Batu yang tak lain kakak sepupu Ria. Untuk memanjakan para penggemarnya, Bulan Kabagjaan sengaja dibuat dua versi, yakni bahasa Sunda dan Indonesia.
Sementara untuk genre musiknya, dia memilih jalur religi Melayu dengan sentuhan instrumen pop yang lebih kontemporer. “Alhamdulilah dan bersyukur bisa memiliki singel religi. Dan kebetulan juga aku sedang gemar berhijab sehingga chemistryitu timbul dengan sendirinya,” rincinya. Sementara pada bulan Desember mendatang, penyanyi berkulit putih ini juga tengah ancang-ancang mengeluarkan album keenamnya bertajuk Sono ah Sono. Ada sepuluh lagu yang dipersiapkan. Namun dia belum resmi melempar ke pasaran karena tengah menunggu produksi fisik rampung.
“Jadi eksistensi saya sebagai penyanyi benar-benar terisi selama setahun penuh. Awal, pertengahan, dan akhir, ada karya yang bisa di per sem - bahkan kepada publik,” kata dia. Untuk yang terbaru, dia menjajal kemampuannya dengan memilih jalur dangdut modifikasi koplo, reggae, serta sedikit sentuhan rock. Gebrakan baru ini menjadi alternatif baru, setelah dia berlama-lama menyandang ikon penyanyi melankolis.
Dini budiman
(ars)