Neneng Berikan Ginjalnya untuk Adik
A
A
A
BANDUNG - Neneng Nursya’adah, 32, rela memberikan satu ginjalnya untuk sang adik, Dewi Nursolehah, 31, yang menderita gagal ginjal sejak September 2013.
Operasi pengangkatan ginjal dan transplantasi berlangsung di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada 15 November lalu. Tim dokter ahli berjumlah 60 orang hanya mem butuhkan waktu satu jam un tuk mengangkat ginjal Neneng dari tempatnya. Sedangkan operasi transplantasi atau pencangkokan ginjal Neneng ke tubuh Dewi membutuhkan waktu dua jam.
Dokter spesialis penyakit ginjal di RSHS Bandung Rubin S Gondodiputro mengatakan, operasi pencangkokan ginjal ini salah satu hal langka karena Neneng sendiri yang mena warkan diri untuk menjadi pendonor ginjal bagi adiknya Dewi. Rubin yang merupakan ketua tim bedah tranplantasi ginjal pada Dewi menyatakan, 60 dokter ahli yang terlibat dalam operasi tersebut terdiri atas spesialis anastesi, urologi, penyakit dalam, psikiatri, perawat, dan tenaga medis lain.
“Transplantasi ginjal adalah operasi besar dan dilakukan dengan pengerjaan dan perencanaan sematang mungkin” kata Rubin. Bagi RSHS, tutur dia, operasi transplantasi ginjal ini adalah yang pertama kali lagi setelah sekian lama sejak 1997 sempat terhenti karena berbagai faktor. Penyebabnya, selain karena pen donor ginjal minim, biaya untuk operasi pencangkokan pun relatif mahal mencapai Rp400 juta.
“Beruntung, operasi transplantasi kali ini pasien dibantu BPJS Kesehatan. BPJS meng-cover biaya operasi hingga Rp250 juta,” tutur dia. Rubin mengungkapkan, seorang pendonor yang hidup dengan satu ginjal tidak masalah asalkan ginjalnya dalam kondisi baik dan sehat. Mitos yang menyebutkan bahwa kualitas kesehatan orang yang hidup dengan satu ginjal akan menurun, tidak benar. “Kami juga tidak akan menginzinkan seorang pendonor untuk memberikan satu ginjal yang sehat, jika ginjal yang satunya lagi dalam keadaan tidak sehat,” ungkap Rubin.
Sementara itu, pendonor ginjal, Neneng Nursa’adah mengatakan, sangat puas karena operasi yang berjalan lancar. Operasi yang dilakukan pada 15 November 2014 lalu itu sangat membantu keberlangsungan hidup adiknya. Meskipun awalnya ragu, namun dengan keyakinan kuat, dia memutuskan memberikan ginjalnya. “Saya membantu keluarga agar bisa melihat adik ceria dan sehat kembali,” kata Neneng.
Penyebab Kematian
Penyakit gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian cukup tinggi di Jabar. Gangguan kesehatan ginjal ini dipengaruhi selain oleh faktor genetik tapi juga pola hidup sehingga menjadi pemicu yakni, hipertensi (tekanan darah tinggi) dan diabetes (gula darah).
Dokter spesialis penyakit ginjal di RSHS Bandung Rubin S Gondodiputro mengemukakan, terdapat sekitar 4.000 pasien gagal ginjal di Jabar dan 190 pasien diantaranya rutin melakukan cuci darah di RSHS. “Kami (RSHS) punya 50 alat cuci darah,” kata Rubin. Menurutnya, setiap tahun di Jabar, angka pasien penderita gagal ginjal naik. Pemicunya yaitu penderita memiliki penyakit diabetes dan hipertensi yang tidak disadari.
Anne Rufaidah
Operasi pengangkatan ginjal dan transplantasi berlangsung di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada 15 November lalu. Tim dokter ahli berjumlah 60 orang hanya mem butuhkan waktu satu jam un tuk mengangkat ginjal Neneng dari tempatnya. Sedangkan operasi transplantasi atau pencangkokan ginjal Neneng ke tubuh Dewi membutuhkan waktu dua jam.
Dokter spesialis penyakit ginjal di RSHS Bandung Rubin S Gondodiputro mengatakan, operasi pencangkokan ginjal ini salah satu hal langka karena Neneng sendiri yang mena warkan diri untuk menjadi pendonor ginjal bagi adiknya Dewi. Rubin yang merupakan ketua tim bedah tranplantasi ginjal pada Dewi menyatakan, 60 dokter ahli yang terlibat dalam operasi tersebut terdiri atas spesialis anastesi, urologi, penyakit dalam, psikiatri, perawat, dan tenaga medis lain.
“Transplantasi ginjal adalah operasi besar dan dilakukan dengan pengerjaan dan perencanaan sematang mungkin” kata Rubin. Bagi RSHS, tutur dia, operasi transplantasi ginjal ini adalah yang pertama kali lagi setelah sekian lama sejak 1997 sempat terhenti karena berbagai faktor. Penyebabnya, selain karena pen donor ginjal minim, biaya untuk operasi pencangkokan pun relatif mahal mencapai Rp400 juta.
“Beruntung, operasi transplantasi kali ini pasien dibantu BPJS Kesehatan. BPJS meng-cover biaya operasi hingga Rp250 juta,” tutur dia. Rubin mengungkapkan, seorang pendonor yang hidup dengan satu ginjal tidak masalah asalkan ginjalnya dalam kondisi baik dan sehat. Mitos yang menyebutkan bahwa kualitas kesehatan orang yang hidup dengan satu ginjal akan menurun, tidak benar. “Kami juga tidak akan menginzinkan seorang pendonor untuk memberikan satu ginjal yang sehat, jika ginjal yang satunya lagi dalam keadaan tidak sehat,” ungkap Rubin.
Sementara itu, pendonor ginjal, Neneng Nursa’adah mengatakan, sangat puas karena operasi yang berjalan lancar. Operasi yang dilakukan pada 15 November 2014 lalu itu sangat membantu keberlangsungan hidup adiknya. Meskipun awalnya ragu, namun dengan keyakinan kuat, dia memutuskan memberikan ginjalnya. “Saya membantu keluarga agar bisa melihat adik ceria dan sehat kembali,” kata Neneng.
Penyebab Kematian
Penyakit gagal ginjal merupakan salah satu penyebab kematian cukup tinggi di Jabar. Gangguan kesehatan ginjal ini dipengaruhi selain oleh faktor genetik tapi juga pola hidup sehingga menjadi pemicu yakni, hipertensi (tekanan darah tinggi) dan diabetes (gula darah).
Dokter spesialis penyakit ginjal di RSHS Bandung Rubin S Gondodiputro mengemukakan, terdapat sekitar 4.000 pasien gagal ginjal di Jabar dan 190 pasien diantaranya rutin melakukan cuci darah di RSHS. “Kami (RSHS) punya 50 alat cuci darah,” kata Rubin. Menurutnya, setiap tahun di Jabar, angka pasien penderita gagal ginjal naik. Pemicunya yaitu penderita memiliki penyakit diabetes dan hipertensi yang tidak disadari.
Anne Rufaidah
(ftr)