Korban Bentrok di Makassar Diduga Terlindas Mobil Water Canon
A
A
A
MAKASSAR - Korban bentrokan mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) dengan aparat dan PNS di Makassar, Muhammad Ari Pepe (17), diduga terlindas kendaraan taktis polisi water cannon. Kendaraan itu digunakan polisi untuk memukul mundur aksi mahasiswa.
Warga Kelurahan Pampang, Kecamatan Panakukkang itu tewas dengan luka parah di kepala. Korban sempat dibawa ke rumah sakit Ibnu Sina, namun nyawanya tidak tertolong.
Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Endi Sutendi membantah Ari tewas karena terlindas kendaraan water cannon.
"Perlu diluruskan itu. Tidak benar kalau mobil taktis polisi yang melindas," kata Endi yang dihubungi oleh Koran SINDO, Kamis (27/11/2014).
Mantan Kapolres Enrekang ini mengimbau agar bentrokan yang terjadi di depan kampus UMI tidak dipolitisasi oleh provokator yang tidak bertanggung jawab. Olehnya itu, atas kematiannya, pihak kepolisian akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Senada dengan Kapolsekta Panakukkang Kompol Tri Hambodo juga membantah korban tewas karena ditabrak kendaraan milik institusinya. Menurutnya, Ari tewas karena terinjak-injak oleh rekannya sendiri dan juga mahasiswa yang ikut bergabung melakukan penyerangan di Kantor Gubernur, Jalan Urip Sumohardjo.
"Yang tewas itu bukan mahasiswa. Tapi warga pampang. Dia lari dan terjatuh, akhirnya terinjak teman-temannya saat anggota datang membubarkan mereka. Dia gabung dengan mahasiswa," jelasnya.
Sementara itu, Pengurus Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, bentrokan yang ada di UMI dari aliansi UMI bersatu ingin mengklarifikasi terkait isu yang dilontarkan oleh kepolisian.
"Perlu kita ketahui bersama bahwa bukan masyarakat melawan mahasiswa tetapi kepolisian dengan mahasiswa sehingga ada korban meninggal dunia 1 orang terkena tembakan gas air mata di bagian kepala yang dilakukan oleh pihak kepolisian," katanya.
Di tempat terpisah, Rektor UMI Professor Masrurah Muchtar yang dihubungi menjelaskan, ada skenario kericuhan yang dialami oleh mahasiswanya saat bersama dengan warga setempat. Pihaknya meminta birokrasi Fakultas untuk tegas mengusut dan menindaklanjutinya.
"Saya sudah minta ke fakultas agar melakukan pendataan dan mengusut oknum mahasiswa yang terlibat insiden," imbuhnya.
Warga Kelurahan Pampang, Kecamatan Panakukkang itu tewas dengan luka parah di kepala. Korban sempat dibawa ke rumah sakit Ibnu Sina, namun nyawanya tidak tertolong.
Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Endi Sutendi membantah Ari tewas karena terlindas kendaraan water cannon.
"Perlu diluruskan itu. Tidak benar kalau mobil taktis polisi yang melindas," kata Endi yang dihubungi oleh Koran SINDO, Kamis (27/11/2014).
Mantan Kapolres Enrekang ini mengimbau agar bentrokan yang terjadi di depan kampus UMI tidak dipolitisasi oleh provokator yang tidak bertanggung jawab. Olehnya itu, atas kematiannya, pihak kepolisian akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Senada dengan Kapolsekta Panakukkang Kompol Tri Hambodo juga membantah korban tewas karena ditabrak kendaraan milik institusinya. Menurutnya, Ari tewas karena terinjak-injak oleh rekannya sendiri dan juga mahasiswa yang ikut bergabung melakukan penyerangan di Kantor Gubernur, Jalan Urip Sumohardjo.
"Yang tewas itu bukan mahasiswa. Tapi warga pampang. Dia lari dan terjatuh, akhirnya terinjak teman-temannya saat anggota datang membubarkan mereka. Dia gabung dengan mahasiswa," jelasnya.
Sementara itu, Pengurus Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, bentrokan yang ada di UMI dari aliansi UMI bersatu ingin mengklarifikasi terkait isu yang dilontarkan oleh kepolisian.
"Perlu kita ketahui bersama bahwa bukan masyarakat melawan mahasiswa tetapi kepolisian dengan mahasiswa sehingga ada korban meninggal dunia 1 orang terkena tembakan gas air mata di bagian kepala yang dilakukan oleh pihak kepolisian," katanya.
Di tempat terpisah, Rektor UMI Professor Masrurah Muchtar yang dihubungi menjelaskan, ada skenario kericuhan yang dialami oleh mahasiswanya saat bersama dengan warga setempat. Pihaknya meminta birokrasi Fakultas untuk tegas mengusut dan menindaklanjutinya.
"Saya sudah minta ke fakultas agar melakukan pendataan dan mengusut oknum mahasiswa yang terlibat insiden," imbuhnya.
(hyk)