Lepas Liar Primata Jawa
A
A
A
Jumat 7 November 2014 menjadi hari paling mengharukan bagi Aom dan Regina. Pasangan primata Owa Jawa, dalam bahasa latin Hybolates moloch ini kembali ke alam bebas dalam pelepasliaran di Cagar Alam Gunung Tilu (CAGT) Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Aom dan Regina merupakan primata hasil rehabilitasi The Aspinall Foundation Indonesia yang aktif dalam upaya konser - vasi primata endemik Jawa dan habitatnya. Tahapan panjang harus dilalui Owa Jawa sebelum dia benar-benar menghirup segarnya udara alam liar. Dari tahap penyitaan, karantina, rehabilitasi, survei kelayakan habitat, hingga satwa ini siap untuk dilepasliarkan.
Berdasarkan data sensus terakhir pada 2013 diketahui bahwa populasi Owa Jawa di alam berkisar antara 2.140 sampai 5.310 ekor dengan tingkat ancaman kepunahan tinggi. Jumlah Owa Jawa terus berkurang tiap tahun akibat aktivitas perusakan hutan dan perburuan liar. Selain itu, sifat alamiah Owa Jawa yang bersifat monogami dan hanya melahirkan satu bayi tiap tiga tahun, makin mengancam keberadaanya.
Sebuah rantai yang kuat antara penggiat konservasi, Kementrian Kehutanan, sektor bisnis, pemerintah daerah dan masyarakat menjadi tumpuan besar bagi penyelamatan dan ke lang - sungan hidup primata ini.
Foto dan Teks Oleh Djuli Pamungkas
Aom dan Regina merupakan primata hasil rehabilitasi The Aspinall Foundation Indonesia yang aktif dalam upaya konser - vasi primata endemik Jawa dan habitatnya. Tahapan panjang harus dilalui Owa Jawa sebelum dia benar-benar menghirup segarnya udara alam liar. Dari tahap penyitaan, karantina, rehabilitasi, survei kelayakan habitat, hingga satwa ini siap untuk dilepasliarkan.
Berdasarkan data sensus terakhir pada 2013 diketahui bahwa populasi Owa Jawa di alam berkisar antara 2.140 sampai 5.310 ekor dengan tingkat ancaman kepunahan tinggi. Jumlah Owa Jawa terus berkurang tiap tahun akibat aktivitas perusakan hutan dan perburuan liar. Selain itu, sifat alamiah Owa Jawa yang bersifat monogami dan hanya melahirkan satu bayi tiap tiga tahun, makin mengancam keberadaanya.
Sebuah rantai yang kuat antara penggiat konservasi, Kementrian Kehutanan, sektor bisnis, pemerintah daerah dan masyarakat menjadi tumpuan besar bagi penyelamatan dan ke lang - sungan hidup primata ini.
Foto dan Teks Oleh Djuli Pamungkas
(ars)