Bikin Macet, Warga Serang Mahasiswa
A
A
A
SLEMAN - Aksi demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Simpang Tiga Jalan Laksda Adisutjipto Yogyakarta, dekat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga kemarin kembali ricuh.
Warga yang geram dengan dampak aksi demonstrasi bereaksi dengan melempari para demonstran dengan batu. Sebagaimana pantauan di lokasi, sekitar pukul 14.30 WIB, mahasiswa dari berbagai aliansi melakukan aksi demonstrasi di Simpang Tiga UIN Sunan Kalijaga. Massa berorasi sambil membuat lingkaran hingga menutup jalan yang merupakan jalur utama menuju bandara atau sebaliknya, yakni akses masuk ke wilayah Yogyakarta.
Akibatnya, arus lalu lintas macet dan mengharuskan pengguna jalan mencari akses lain dengan melewati perkampungan. Kemudian, sekitar pukul 15.30 WIB, massa berencana bergerak menuju stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang berada di sebelah barat Jembatan Janti. Rencana itu gagal karena polisi bertameng sudah terlebih dulu melakukan penghadangan di dua jalur dengan membuat barisan barikade. Sementara, aparat kepolisian lain bertahan mengamankan di belakang barisan mahasiswa.
Dalam situasi itu, perwakilan mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan Kapolres Sleman AKBP Ihsan Amin. Beberapa mahasiswa terlihat menyiapkan batu di jalan. Upaya negosiasi gagal dilakukan, mahasiswa yang bertahan akhirnya balik arah menuju Simpang Tiga UIN Sunan Kalijaga. “Saya tegaskan, aksi yang dilakukan ini tidak berizin,” kata Kapolres.
Tiba-tiba saat bergerak ke Simpang Tiga UIN timbul kericuhan dan terjadi aksi lempar batu oleh mahasiswa, hingga polisi melepaskan beberapa kali tembakan gas air mata dan memukul mundur mereka ke arah selatan di Jalan Tut Harsono atau di sekitar lingkungan kampus. Dampak dari tembakan gas air mata dirasakan banyak warga, wartawan, mahasiswa, dan kepolisian. Dalam situasi itu, arus lalu lintas akhirnya lumpuh, bahkan warga mulai bermunculan di sekitar Simpang Tiga UIN Sunan Kalijaga.
Sedangkan mahasiswa bertahan di sebelah selatan atau Jalan Tut Harsono. Perlahan mahasiswa kembali membuat barisan dan bergerak maju. Perwakilan mahasiswa kembali melakukan negosiasi untuk melanjutkan aksinya dan kembali gagal. Saat itu kembali terjadi kericuhan dan polisi kembali melepaskan tembakan gas air mata ke arah mahasiswa. Mereka sebagian berlarian sambil terus memberikan perlawanan dari wilayah kampus.
Polisi terlihat mengamankan mahasiswa yang kedapatan memegang batu. Warga yang sudah geram pun lantas bereaksi dengan melempar batu yang berserakan di jalan ke arah mahasiswa. Masyarakat pun terus berjaga di Simpang Tiga UIN. Haryono, 36, warga sekitar mengatakan, akibat demonstrasi itu, jalanan menjadi macet. Tidak hanya di jalur utama melainkan juga di jalanan kampung. Selain itu, warga juga resah.
“Warga karena terganggu dan ikut merasakan dampaknya menjadi bereaksi,” ucapnya. Karena banyak warga yang bertahan di sekitar persimpangan jalan dan tidak terlihat aksi dari mahasiswa, sekitar pukul 16.30 WIB polisi menggunakan pengeras suara meminta warga menepi. Mereka diminta membuka akses jalan yang sebelumnya sempat tertutup. “Ada dua orang yang diamankan dan tengah kami dalami,” ungkap Kapolres.
Meski situasi terlihat kondusif, sampai sore, polisi baik dari Jajaran Polres Sleman maupun Polda DIY terus berjaga. Kabid Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti secara terpisah menyatakan aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa itu tidak ada pemberitahuan. Yang disesalkan sampai terjadi perlawanan ke petugas dengan pelemparan batu ke arah polisi yang melakukan pengamanan.
“Banyak keluhan masyarakat masuk ke Polda karena mengganggu lalu lintas dan terjadi macet di manamana, keluhan (masuk) lewat SMS online ,” paparnya.
Muji barnugroho
Warga yang geram dengan dampak aksi demonstrasi bereaksi dengan melempari para demonstran dengan batu. Sebagaimana pantauan di lokasi, sekitar pukul 14.30 WIB, mahasiswa dari berbagai aliansi melakukan aksi demonstrasi di Simpang Tiga UIN Sunan Kalijaga. Massa berorasi sambil membuat lingkaran hingga menutup jalan yang merupakan jalur utama menuju bandara atau sebaliknya, yakni akses masuk ke wilayah Yogyakarta.
Akibatnya, arus lalu lintas macet dan mengharuskan pengguna jalan mencari akses lain dengan melewati perkampungan. Kemudian, sekitar pukul 15.30 WIB, massa berencana bergerak menuju stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang berada di sebelah barat Jembatan Janti. Rencana itu gagal karena polisi bertameng sudah terlebih dulu melakukan penghadangan di dua jalur dengan membuat barisan barikade. Sementara, aparat kepolisian lain bertahan mengamankan di belakang barisan mahasiswa.
Dalam situasi itu, perwakilan mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan Kapolres Sleman AKBP Ihsan Amin. Beberapa mahasiswa terlihat menyiapkan batu di jalan. Upaya negosiasi gagal dilakukan, mahasiswa yang bertahan akhirnya balik arah menuju Simpang Tiga UIN Sunan Kalijaga. “Saya tegaskan, aksi yang dilakukan ini tidak berizin,” kata Kapolres.
Tiba-tiba saat bergerak ke Simpang Tiga UIN timbul kericuhan dan terjadi aksi lempar batu oleh mahasiswa, hingga polisi melepaskan beberapa kali tembakan gas air mata dan memukul mundur mereka ke arah selatan di Jalan Tut Harsono atau di sekitar lingkungan kampus. Dampak dari tembakan gas air mata dirasakan banyak warga, wartawan, mahasiswa, dan kepolisian. Dalam situasi itu, arus lalu lintas akhirnya lumpuh, bahkan warga mulai bermunculan di sekitar Simpang Tiga UIN Sunan Kalijaga.
Sedangkan mahasiswa bertahan di sebelah selatan atau Jalan Tut Harsono. Perlahan mahasiswa kembali membuat barisan dan bergerak maju. Perwakilan mahasiswa kembali melakukan negosiasi untuk melanjutkan aksinya dan kembali gagal. Saat itu kembali terjadi kericuhan dan polisi kembali melepaskan tembakan gas air mata ke arah mahasiswa. Mereka sebagian berlarian sambil terus memberikan perlawanan dari wilayah kampus.
Polisi terlihat mengamankan mahasiswa yang kedapatan memegang batu. Warga yang sudah geram pun lantas bereaksi dengan melempar batu yang berserakan di jalan ke arah mahasiswa. Masyarakat pun terus berjaga di Simpang Tiga UIN. Haryono, 36, warga sekitar mengatakan, akibat demonstrasi itu, jalanan menjadi macet. Tidak hanya di jalur utama melainkan juga di jalanan kampung. Selain itu, warga juga resah.
“Warga karena terganggu dan ikut merasakan dampaknya menjadi bereaksi,” ucapnya. Karena banyak warga yang bertahan di sekitar persimpangan jalan dan tidak terlihat aksi dari mahasiswa, sekitar pukul 16.30 WIB polisi menggunakan pengeras suara meminta warga menepi. Mereka diminta membuka akses jalan yang sebelumnya sempat tertutup. “Ada dua orang yang diamankan dan tengah kami dalami,” ungkap Kapolres.
Meski situasi terlihat kondusif, sampai sore, polisi baik dari Jajaran Polres Sleman maupun Polda DIY terus berjaga. Kabid Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti secara terpisah menyatakan aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa itu tidak ada pemberitahuan. Yang disesalkan sampai terjadi perlawanan ke petugas dengan pelemparan batu ke arah polisi yang melakukan pengamanan.
“Banyak keluhan masyarakat masuk ke Polda karena mengganggu lalu lintas dan terjadi macet di manamana, keluhan (masuk) lewat SMS online ,” paparnya.
Muji barnugroho
(ars)