Mengantar Ilmu hingga Ujung Timur Indonesia
A
A
A
BANDUNG - Seorang remaja tampak dengan asiknya menceritakan sebuah kisah dari salah satu buku yang dimiliki Komunitas Kebukit. Selain giat melengkapi bukubuku yang didapat dari sumbangan, komunitas ini juga menyalurkan buku tersebut ke pelosok negeri. Digagas oleh Tita Marta Asri dan Nuriska Fahmiani, komunitas ini berhasil mengantarkan buku yang dikenal sebagai jendela ilmu itu, ke berbagai tempat terpencil di Indonesia.
Komunitas tersebut menghimpun buku sumbangan dari para penerbit dan menyalurkannya ke pulau terpencil, terutama kawasan ujung timur negara ini. Komunitas Kebukit adalah singkatan dari Kelola Buku Kita. Komunitas yang dimulai ketika berlimpahnya buku yang tidak terpakai dari temantemannya saat lulus kuliah. Buku tersebut dia pinjamkan kepada mereka yang membutuhkan. Hingga di awal 2012, mencoba menyalurkan buku ke seluruh daerah terpencil di Jawa Barat secara gratis. Seiring berjalannya waktu, anggota komunitas ini semakin bertambah.
Begitupun dengan jaringan komunitas yang secara langsung menambah koleksi buku. Akhirnya, pada 2013 komunitas Kebukit berhasil mengumpulkan buku dan sumbangan untuk dikirim ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Perjalanan ke NTT ditempuh dibantu dan diarahkan sesuai program Bakesra, Menkokesra, dengan nama ekspedisi “Sail Komodo”. Tita membawa buku-buku ke pulau Sukun, daerah terpencil yang harus ditempuh enam jam memakai perahu dari Kota Maumere.
Sebuah pulau yang sangat minim akan fasilitas. Di daerah itu hanya ada satu SD dan satu bidan. “Begitu saya sampai, anakanak yang berjumlah puluhan berlari menghampiri dan membantu menurunkan semua barang yang sata bawa.
Dengan antusias, mereka mengikuti acara story telling. Ketika pulang, semua berlarian ke dermaga melambaikan tangan sambil berteriak “ibu bawa lagi buku-buku untuk kami,” ujar Tita dengan mata berkaca-kaca. Pengalaman tersebut menjadi penyemangat bagi Tita untuk bisa datang dan berjumpa mereka lagi. Hingga pada 2013 ekspedisi “Sail Raja Ampat” yaitu ekspedisi melengkapi perpustakaan di wilayah Papua.
Dibantu CSR PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), komunitas Kebukit menyalurkan ke pelosok Papua. Komunitas Kebukit menyewa rumah di jalan Turangga Timur No 67 Bandung. Dengan biaya sewa Rp13 juta per tahun yang dikumpulkan dari patungan semua anggotanya. Sebagian besar anggotanya bukan dari keluarga mampu. “Walau kebanyakan kami bukan berasal dari keluarga kaya, bukan berarti kami harus menyerah dan diam melihat keadaan anak-anak bangsa,”ujar Tita serius. “Alhamdulillah,November nanti kami akan membagibagikan buku secara gratis di pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara,”imbuh Tita.
Ridwan Alamsyah
Komunitas tersebut menghimpun buku sumbangan dari para penerbit dan menyalurkannya ke pulau terpencil, terutama kawasan ujung timur negara ini. Komunitas Kebukit adalah singkatan dari Kelola Buku Kita. Komunitas yang dimulai ketika berlimpahnya buku yang tidak terpakai dari temantemannya saat lulus kuliah. Buku tersebut dia pinjamkan kepada mereka yang membutuhkan. Hingga di awal 2012, mencoba menyalurkan buku ke seluruh daerah terpencil di Jawa Barat secara gratis. Seiring berjalannya waktu, anggota komunitas ini semakin bertambah.
Begitupun dengan jaringan komunitas yang secara langsung menambah koleksi buku. Akhirnya, pada 2013 komunitas Kebukit berhasil mengumpulkan buku dan sumbangan untuk dikirim ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Perjalanan ke NTT ditempuh dibantu dan diarahkan sesuai program Bakesra, Menkokesra, dengan nama ekspedisi “Sail Komodo”. Tita membawa buku-buku ke pulau Sukun, daerah terpencil yang harus ditempuh enam jam memakai perahu dari Kota Maumere.
Sebuah pulau yang sangat minim akan fasilitas. Di daerah itu hanya ada satu SD dan satu bidan. “Begitu saya sampai, anakanak yang berjumlah puluhan berlari menghampiri dan membantu menurunkan semua barang yang sata bawa.
Dengan antusias, mereka mengikuti acara story telling. Ketika pulang, semua berlarian ke dermaga melambaikan tangan sambil berteriak “ibu bawa lagi buku-buku untuk kami,” ujar Tita dengan mata berkaca-kaca. Pengalaman tersebut menjadi penyemangat bagi Tita untuk bisa datang dan berjumpa mereka lagi. Hingga pada 2013 ekspedisi “Sail Raja Ampat” yaitu ekspedisi melengkapi perpustakaan di wilayah Papua.
Dibantu CSR PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), komunitas Kebukit menyalurkan ke pelosok Papua. Komunitas Kebukit menyewa rumah di jalan Turangga Timur No 67 Bandung. Dengan biaya sewa Rp13 juta per tahun yang dikumpulkan dari patungan semua anggotanya. Sebagian besar anggotanya bukan dari keluarga mampu. “Walau kebanyakan kami bukan berasal dari keluarga kaya, bukan berarti kami harus menyerah dan diam melihat keadaan anak-anak bangsa,”ujar Tita serius. “Alhamdulillah,November nanti kami akan membagibagikan buku secara gratis di pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara,”imbuh Tita.
Ridwan Alamsyah
(bhr)