Kagumi Einstein, Siap Taklukkan Jepang
A
A
A
Bangga. Kata itu yang diucapkan dari bibir manis Assifa Nur Fadila, siswi SMP 1 Wates, ketika dirinya dinobatkan sebagai juara pertama pada ajang Kompetisi Roket Air Nasional (KRAN) 2014 yang digelar Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) di Serpong.
Atas keberhasilan itu, dia bakal mewakili Indonesia dalam Water Rocket Event 21th, Asia Pasific Regional Space Agency di Jepang pada akhir November mendatang. “Semoga saya nanti bisa juara agar bisa mengharumkan Indonesia,” ujar gadis kelahiran Kulonprogo 18 Juli 1999 ini. Putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Suratna dan Hery Prihastiwi ini mengaku tertarik dengan roket air ketika duduk di bangku SMP. Dari pelajaran yang diperoleh, Assifa mulai mengenal roket air.
Dia bersama temantemannya membuat roket dengan bahan botol mineral dipandu gurunya. Awalnya, ujar dia, membuat roket merupakan pekerjaan sulit. Tapi kini dengan kebiasaan, dia hanya membutuhkan waktu satu jam untuk menghasilkan roket yang siap diluncurkan. Roket itu pun diyakini akan mampu terbang dan mencapai titik sasaran yang ditentukan. “Yang paling susah adalah memasang sirip dari impraboardagar simetris dan imbang,” katanya.
Selain bentuk roket dan sirip, dia juga harus mengukur dan menghitung berapa volume air, tingkat kemiringan, hingga sudut elevasinya. Alhasil, dari beberapa lomba yang diikuti, Assifa sudah beberapa kali menyabet juara sebelum sampai di Serpong. Pengagum Albert Einstein ini yakin akan mampu bersaing pada lomba roket di Jepang nanti. Salah satu bekal yang dibawa adalah pengalaman dalam beberapa lomba. Assifa cukup piawai dalam mengukur panjang dan menentukan lokasi sirip yang paling sesuai.
Guru pembimbing Assifa, Sutrianto mengatakan, kunci sukses dari roket agar bisa terbang dan tepat sasaran adalah mengenali jenis roket itu sendiri. Karena roket air, maka harus tahu reaksi dan besarnya volume sudut elevasi. Tidak kalah penting adalah menjaga roket tetap seimbang dan tidak mudah tertiup angin.
Panjang roket itu tidak ada ukuran bakunya. Semuanya bisa dibuat menggunakan botol minuman kemasan dengan ukuran tertentu. Namun, Assifa memilih pada ukuran sekitar 50 cm dengan memberikan empat sirip. Ini penting agar roket yang diluncurkan lebih stabil. “Assifa nanti berangkat sendiri, tidak ada guru yang mendampingi,” ujarnya.
Tanpa kehadiran guru pembimbing, kata Sutrianto, bukan halangan bagi Assifa untuk berprestasi. Dalam beberapa lomba, keberadaan guru pembimbing hanya mendampingi. Mereka tidak diperkenankan ikut terlibat dalam proses. “Itu mampu dilakukan sendiri oleh Assifa hingga berprestasi,” kata Sutrianto.
Kuntadi
Kulonprogo
Atas keberhasilan itu, dia bakal mewakili Indonesia dalam Water Rocket Event 21th, Asia Pasific Regional Space Agency di Jepang pada akhir November mendatang. “Semoga saya nanti bisa juara agar bisa mengharumkan Indonesia,” ujar gadis kelahiran Kulonprogo 18 Juli 1999 ini. Putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Suratna dan Hery Prihastiwi ini mengaku tertarik dengan roket air ketika duduk di bangku SMP. Dari pelajaran yang diperoleh, Assifa mulai mengenal roket air.
Dia bersama temantemannya membuat roket dengan bahan botol mineral dipandu gurunya. Awalnya, ujar dia, membuat roket merupakan pekerjaan sulit. Tapi kini dengan kebiasaan, dia hanya membutuhkan waktu satu jam untuk menghasilkan roket yang siap diluncurkan. Roket itu pun diyakini akan mampu terbang dan mencapai titik sasaran yang ditentukan. “Yang paling susah adalah memasang sirip dari impraboardagar simetris dan imbang,” katanya.
Selain bentuk roket dan sirip, dia juga harus mengukur dan menghitung berapa volume air, tingkat kemiringan, hingga sudut elevasinya. Alhasil, dari beberapa lomba yang diikuti, Assifa sudah beberapa kali menyabet juara sebelum sampai di Serpong. Pengagum Albert Einstein ini yakin akan mampu bersaing pada lomba roket di Jepang nanti. Salah satu bekal yang dibawa adalah pengalaman dalam beberapa lomba. Assifa cukup piawai dalam mengukur panjang dan menentukan lokasi sirip yang paling sesuai.
Guru pembimbing Assifa, Sutrianto mengatakan, kunci sukses dari roket agar bisa terbang dan tepat sasaran adalah mengenali jenis roket itu sendiri. Karena roket air, maka harus tahu reaksi dan besarnya volume sudut elevasi. Tidak kalah penting adalah menjaga roket tetap seimbang dan tidak mudah tertiup angin.
Panjang roket itu tidak ada ukuran bakunya. Semuanya bisa dibuat menggunakan botol minuman kemasan dengan ukuran tertentu. Namun, Assifa memilih pada ukuran sekitar 50 cm dengan memberikan empat sirip. Ini penting agar roket yang diluncurkan lebih stabil. “Assifa nanti berangkat sendiri, tidak ada guru yang mendampingi,” ujarnya.
Tanpa kehadiran guru pembimbing, kata Sutrianto, bukan halangan bagi Assifa untuk berprestasi. Dalam beberapa lomba, keberadaan guru pembimbing hanya mendampingi. Mereka tidak diperkenankan ikut terlibat dalam proses. “Itu mampu dilakukan sendiri oleh Assifa hingga berprestasi,” kata Sutrianto.
Kuntadi
Kulonprogo
(ars)