Tiap Bulan, Satu Ibu Hamil Meninggal

Kamis, 13 November 2014 - 11:30 WIB
Tiap Bulan, Satu Ibu Hamil Meninggal
Tiap Bulan, Satu Ibu Hamil Meninggal
A A A
SUKOHARJO - Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo menjadikan penurunan angka kematian ibu hamil sebagai program prioritas. Sebab, angka kasus masih cukup tinggi, yakni 12 orang dalam setahun atau rata-rata satu kasus per bulan.

“Dengan momentum Hari Kesehatan Nasional ini, kami menargetkan menurunkan angka kematian ibu hamil saat melahirkan,” ujar Kepala DKK Sukoharjo Guntur Subyantoro kemarin. Untuk mencapai target tersebut, DKK berupaya mengoptimalkan keberadaan puskesmas.

DKK akan mengupayakan semua puskesmas yang ada bisa terakreditasi dan berstatus sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sehingga dapat mengelola keuangan secara mandiri. Semua puskesmas juga diupayakan memiliki Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). PONED merupakan fasilitas untuk membuat persalinan ibu hamil aman.

“Dari 12 puskesmas yang ada, saat ini sudah tujuh puskesmas yang memiliki PONED,” paparnya. Meski sudah memiliki tujuh Puskesmas PONED, DKK masih harus kerja keras lagi. Itu karena jumlah kematian ibu hamil hingga November ini sudah mencapai 12 orang. Artinya, meski sudah ada tujuh Puskesmas PONED, fasilitas tersebut belum bisa menurunkan angka kematian ibu hamil.

Untuk itu, DKK akan membuat program perbaikan berbasis teknologi IT. Nanti tiap bidan desa yang akan memasukkan data warga yang hamil ke situs DKK. Data tersebut sudah by name by address, termasuk hari perkiraan lahir (HPL). Dengan program itu, DKK akan melakukan pantauan terhadap setiap ibu hamil. “DKK akan memantau mana ibu hamil yang bisa lahir normal maupun yang berisiko tinggi,” ucapnya.

Dengan adanya pantauan tersebut, semua ibu hamil yang berisiko akan dihubungkan dengan RSUD agar menerima rujukan dari Puskesmas PONED. Khusus untuk ibu hamil yang masuk kategori risiko tinggi pada H-3 kelahiran harus dirujuk ke RS. Yang perlu jadi perhatian, adanya ibu hamil yang memiliki gejala eklampsia, yakni sebuah sindrom kejang-kejang sebagai dampak kehamilan.

Menurut Guntur, eklampsia masih tinggi di Sukoharjo. Terbukti, dari 12 kematian ibu hamil, empat di antaranya dikarenakan kasus eklampsia. Dalam kasus eklampsia pada ibu hamil, kemungkinannya 50:50 antara ibu atau anaknya yang meninggal. Kasus eklampsia selalu ditandai dengan pre-eklampsia.

“Hingga kini sindrom eklampsia belum ditemukan penyebabnya. Untuk itu, jika ada gejala yang mengarah eklampsia harus segera ditangani dan jangan sampai terlambat agar ibu maupun anaknya bisa selamat,” ujarnya. Terkait peringatan HKN, Kabag Humas Setda Pemkab Sukoharjo Joko Nurhadiyanto menambahkan, terdapat sejumlah kegiatan yang digelar. Seperti lomba desa siaga dan PHBS, lomba posyandu, lomba sekolah sehat, dan lainnya. Puncak acara HKN dilakukan upacara bendera.

Kasus di Solo Naik 100%

Eklampsia juga menjadi hantu bagi Kota Solo. Angka kematian ibu di sana mengalami kenaikan drastis, di antaranya karena sindrom ini dan kasus pendarahan. “Angka kematian ibu di Solo mengalami kenaikan 100% dari tiga kasus tahun 2013 meningkat menjadi enam kasus pada tahun ini,” kata Kepala DKK Solo Siti Wahyuningsih.

Data yang dihimpun DKK menyebutkan, sebagian besar kasus kematian ibu disebabkan oleh eklampsia. Lima dari enam kasus meninggal disebabkan sindrom ini. Demikian juga pada 2013 silam, di mana dua dari tiga kasus dikarenakan eklampsia.

“Solo sudah jauh dari angka (standar) kematian ibu. Tapi kami masih akan menekannya menjadi nol kasus,” ujarnya.

Sumarno/Ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7804 seconds (0.1#10.140)