Dada Bahagia Maung Bandung Jawara

Kamis, 13 November 2014 - 11:15 WIB
Dada Bahagia Maung Bandung Jawara
Dada Bahagia Maung Bandung Jawara
A A A
BANDUNG - Mantan wali kota Bandung Dada Rosada sekaligus salah satu penggagas PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), bahagia Persib Bandung menjadi juara Indonesia Super League (ISL) 2014.

Kemarin, Manajer Persib Umuh Muchtar dan Pelatih Djadjang Nurjaman menjenguk Dada di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Jalan AH Nasution. “Tentu saja saya sangat senang Persib menjadi juara. Saya sangat men cintai Persib dan dari dulu berjuang untuk memajukan Persib,” kata Dada Rosada.

Dada mengungkapkan, kecintaannya terhadap Persib tertanam sejak dia menjabat sebagai Kepala Dispenda Kota Bandung. Bahkan pada 1992, Dada telah berencana membangun stadion megah sebagai base - camp Persib. Terpidana kasus suap perkara korupsi bantuan sosial (bansos) Pemkot Bandung tahun anggaran 2010 itu, makin serius menggarap Persib Bandung setelah Maung Bandung menjuarai Liga Indonesia atau Liga Dunhill pada 1995.

“Saat itu, saya diajak (mantan) wali kota Bandung, mulai Ateng Wah yudi dan Wahyu Hamijaya untuk terjun di Persib. Al hamdulillah dengan fasilitas se adanya saat itu Persib menjadi juara,” ujar dia. Saat Dada menjabat Sekda dan kemudian Wali Kota Bandung, sekaligus Ketua Umum Persib, kiprah Dada membesarkan kesebelasan kebanggaan warga Jawa Barat itu, sangat besar, baik dari segi pendanaan, fasilitas, pikiran, dan tenaga. Semua dia curahkan untuk Persib.

Salah satu karya mo nu mental pengorbanan Dada Rosada, yakni berdirinya Stadion Gelora Bandung Lautan Api (BLA) di Kecamatan Gedegbage yang dipersembahkan untuk Persib. “Saya persembahkan Stadion Gelora BLA untuk Persib dan saya resmikan pada 10 Mei 2013. Itu mimpi saya sejak 1992,” tutur Dada. Seiring aturan dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSS) bahwa klub sepak bola tidak boleh didanai dari APBD, Dada tampil di depan untuk Persib.

Dia membidani lahirnya PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), perusahaan yang menaungi Pangeran Biru secara profesional. “Saya yang mengusulkan nama itu dan alhamdulillah disetujui. Kemudian saya me nunjuk Umuh Much tar menjadi direktur dan manajer,” kata Dada. Persib di bawah manajemen PT PBB pun kini terus berkembang menjadi besar. Dengan kebesaran Persib ini Dada berpesan agar Persib tetap mengako modir pemain lokal, base-camp Persib tetap di Kota Kembang, dan pengurus pun harus orang Bandung.

“Itu merupakan syarat. Mudah-mudahan ke depan juga bisa bertahan seperti itu,” ungkap dia. Dada berharap Persib lebih berprestasi lagi. “Dulu tidak ada prasarana dan sekarang sudah punya BLA. Untuk itu prestasinya harus luar biasa lagi. Apalagi dulu Persib itu tidak ada pemain asingnya,” ujar Dada. Menurut Dada, kemenangan Persib di ISL 2014 bukanlah tanpa proses panjang. Semua ber proses hingga menghasilkan juara tahun ini. “Semua ini hasil perjuangan dari dulu.

Manajemen Persib, pelatih dan pemain bisa jadi bagus juga merupakan hasil perjuangan sejak dulu, tidak ujug-ujug(tiba-tiba). Jadi menurut saya bagi mereka yang tidak berjuang untuk Persib menang ya mereka hanya istilahnya kagunturan madu dengan Persib juara tahun ini,” tutur Dada. Dengan kemenangan Persib ini Dada berharap agar ke depan Persib lebih memilih pemain asli urang Bandung.

Dia yakin dari 36 klub sepak bola yang ada di Kota Kembang, pasti me miliki pemain potensial untuk jadi punggawa Persib. Apalagi selama ini kekuatan Persib tak lepas dari ke-36 klub tersebut. “Ke depan, selain mengambil pemain dari klub yang ada, ke-36 klub lokal tersebut juga dibantu dari segi pembiayaan karena peranan mereka juga tidak bisa dilepaskan dari Persib,” ungkap dia.

Bobotoh Tuntut The Jak Ditindak Tegas

Bobotoh atau pendukung fanatik Persib Bandung menuntut PSSI dan aparat keamanan menindak tegas The Jakmania, suporter Persija Jakarta yang melempari bus pengangkut bobotoh pada Sabtu (8/11) dini hari lalu.

Akibat pelemparan tersebut, puluhan bus bobotoh mengalami kerusakan. Bahkan sekitar 20 bobotoh mengalami luka-luka. Firman yang mewakili para bobotoh mengatakan, pencegatan dan perusakan itu tidak bisa dipandang sebagai tindakan iseng melainkan serius, terencana, massif, dan teroganisir. Sebab pelaku menggunakan balok kayu, batu, pedang, dan bom molotov.

“Memakai atribut atau tidak, mempunyai kartu anggota atau tidak, sudah jelas dari mana pelakunya. Hanya suporter Persija (The Jak mania) yang sanggup melakukan se rangan massif ini. Karena bobotoh memang tidak punya persoalan dengan warga Jakarta atau ormas Jakarta lain nya,” kata Firman di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Jalan Perintis Kemerdekaan kemarin.

Dia menuturkan,bobotoh menuntut PSSI untuk tidak diam dan membiarkan peristiwa ini. Seperti peristiwa te was nya Rangga di Gelora Bung Karno (GBK) pada 2012, dan penyerangan terhadap bus Persib saat hendak bertanding di Jakarta. “Ini adalah contoh bagaimana hukuman yang di berikan PSSI sama sekali tidak memberikan efek jera. PSSI harus mengambil sikap lebih keras,” tutur dia.

Tentu saja, lanjut dia pembiaran dan tanpa sikap tegas dari mereka yang memiliki kewenangan, hanya akan membuat kesabaran bobotoh tidak akan terbendung lagi. “Hanya sikap tegas dari aparat kepolisian dan PSSI yang bisa mencegah bobotoh melakukan tindakan ba lasan yang akan memperumit keadaan,” ujar Firman.

Selama ini, ungkap Firman, pihaknya telah meng instruksikan bobotoh untuk tetap fokus pada perayaan kemenangan Persib Bandung dan tidak meng habiskan energi untuk melakukan sweeping kendaraan plat B dan melakukan perusakan fasilitas umum. Hal senada diungkapkan Abel, koordinator bus pengangkut bobotoh. Dia mengatakan kejadian tersebut jelas bukan bobotoh yang memulai.

“Kami tidak ada niatan untuk menyerang. Justru kami ingin cepat pu lang ke Bandung, karena sudah capek juga ingin segera istirahat. Tapi kami malah mendapat serangan. Bahkan enam bobotoh terpaksa diamankan. Karena sebenarnya mereka mengamankan diri bukan diamankan karena saat kejadian, enam orang kami sudah dikepung massa,” ujar Abel. Pihak kepolisian di Jakarta yang memberikan keterangan di beberapa media bahwa bobotoh yang memulai aksi keributan adalah salah kaprah.

“Sebenarnya bukan seperti itu. Justru kami yang jadi korban. Kalau saya diberi kesempatan bicara di depan pihak kepolisian dan PSSI saya akan jelaskan peristiwanya seperti apa. Jadi jangan sepihak,” ujar dia. Sementara itu, salah satu bobotoh, Diki, 30, yang sempat diamankan pihak kepolisian di Jakarta, mengatakan, dia be serta kelima temannya terpaksa masuk ke mobil patroli guna mengamankan diri dari amuk an massa yang sudah me nge pung.

“Kebetulan bus kami, bus terakhir. Kami mendapatkan hadangan dari The Jakmania yang ber jumlah puluhan. Bus kami dikelilingi dari mulai kiri kanan dan depan. Kani sempat turun dan memberikan per la wan an, tapi jumlah kami kalah banyak, saat mau kembali, ada mobil polisi, kami masuk,” kata Diki. Bahkan, ujar dia, mobil polisi pun sempat dipukuli dan dirusak. Sebelum akhirnya menuju markas polisi.

“Di kantor polisi, malah kami mau dibikin tersang ka. Kami juga bingung. Saat keributan juga, saat saya minta tolong ke salah satu petugas polisi, malah polisi itu angkat tangan dan bilang ‘lawan dong, itu kan musuh kalian’,” ujar dia.

Dua hari tertahan di Polsek Jakarta, keenam bobotoh termasuk satu kernet bus akhirnya dipulangkan, itupun atas bantuan Walikota Bandung, Ridwan Kamil. “Di polsek juga kami ditunggu para The Jak. Jadi tidak bisa keluar begitu saja,” katanya.

Iwa ahmad sugriwa/ Muhammad ginanjar
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4701 seconds (0.1#10.140)