Spirit Baru Generasi Muda Karo

Rabu, 12 November 2014 - 12:41 WIB
Spirit Baru Generasi...
Spirit Baru Generasi Muda Karo
A A A
MEDAN - Konser musik tradisional Karo dengan mengusung tema “Ersibar La Ersibar” menjadi spirit baru generasi muda Karo, terutama dalam bidang seni.

Pementasan musik dan tarian serta drama kolosal yang diracik oleh Konsultan Karya Hendrik Perangin-angin dan Brevin Tarigan mampu menghipnosis seribuan penonton yang memenuhi Jambur (Wisma) Tamsaka di Jalan Jamin Ginting, Simpang Selayang, Medan, Senin (10/11) malam. Pementasan yang menggunakan sebagian besar alat musik tradisional Karo, seperti gendang, seruling, kulcapi, dan keteng-keteng mampu berkolaborasi dengan alat musik modern seperti gitar, drum, dan keyboard.

Perpaduan instrumen alat musik tersebut melahirkan suara yang mampu mengajak penonton menepuk tangan dengan keras saat memberikan aplaus bagi aksi personel. Sejumlah artis muda juga ikut serta ambil bagian dalam konser budaya itu. Di antaranya artis musik Hip-Hop Karo, Wisnu Bangun; musisi Karo dari Berastagi, Elias Poerba; penyanyi pop Karo, Maharani boru Tarikan; serta pementasan tari dan drama kolosal yang dibawakan langsung oleh tim Sanggar Karo Indonesia (SKI).

Seluruh personel yang tergabung menggelar konser tersebut dengan nama “Simalem Art Live Music”. Konser ini menjadi awal pintu masuk karya anak muda Karo. Dengan adanya konser musik seperti ini dapat merangsang kreativitas anak muda Sumut, terutama anak muda Karo. “Kegiatan ini kami konsep karena rindunya anak muda Karo akan kegiatan seni terutama musik. Mereka tergabung dari mahasiswa Fakultas Etnomusikologi USU dan Fakultas Sastra Unimed,” kata Hendrik Perangin- angin.

Seribuan penonton yang menyaksikan konser juga memberi apresiasi baik, terbukti dengan banyaknya antusias penonton yang hadir meskipun dilaksanakan di awal pekan. Oky Bangun, salah satu penonton, sangat terhibur dengan adanya konser “Ersibar La Ersibar” tersebut.

“Saya sangat merindukan konser-konser seperti ini. Ini pertama kali saya melihat konser yang digarap langsung mahasiswa dan anak muda Karo. Ini sangat luar biasa. Mereka bermain dengan penuh semangat. Kami sangat menikmatinya,” ungkap Oky sesaat setelah menonton konser bersama sejumlah temannya. Tidak hanya kalangan anak muda, sejumlah seniman juga turut menyaksikan konser yang berdurasi sekitar dua jam tersebut.

Juara Ginting, dosen Antropologi Universitas Sumatera Utara, merupakan salah satu seniman Karo yang datang langsung dari Belanda untuk menyaksikan. Juara sempat bertemu dengan sejumlah seniman temannya saat masih berkarya di Sumut terutama di Karo.

“Kami harus mengapresiasi karya anak muda. Ini menjadi gerbang awal untuk melangkah lebih lagi. Setiap karya seni yang dilempar ke pasar pasti punya kelebihan dan kekurangan. Sisi positifnya kegiatan ini, mampu mengumpulkan kembali kita yang rindu akan pentas seni dan budaya yang semakin memudar,” katanya. Juara juga menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian saat memulai karya seni seperti konser ini.

Penggiat acara harus tahu apa sebenarnya yang akan disampaikan kepada penonton; siapa sasaran penontonnya; dan kemasan acara sehingga tujuan diadakannya kegiatan tersebut benar-benar sampai kepada penonton, tanpa mengurangi apalagi menghilangkan nilai-nilai budaya Karo yang sesungguhnya.

Kadri boy tarigan
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1237 seconds (0.1#10.140)