Jalan Masuk ke Sekolah Ditutup, Ratusan Siswa SD Gelar Demo
A
A
A
SEMARANG - Ratusan siswa SD dan TK Islam Pangeran Diponegoro Tembalang Kota Semarang menggelar aksi demontrasi damai di depan gerbang sekolahnya, Senin (10/11/2014).
Aksi tersebut merupakan buntut penutupan satu-satunya akses jalan ke sekolah oleh pihak pemilik tanah yang menyebabkan aktivitas belajar mengajar terancam terganggu.
Dalam aksi tersebut, ratusan siswa didampingi guru membawa spanduk bertuliskan kecaman terhadap Muji Laksono, pihak yang melakukan pembangunan tembok hingga menutup akses jalan masuk sekolah.
Mereka menuntut agar pembangunan dihentikan karena menutup akses jalan ke sekolah tersebut.
"Berikan kami jalan, kami hanya ingin belajar. Kalau ditutup seperti ini, kami mau masuk sekolah lewat mana," kata Fasya Qaurida, salah satu siswa saat demonstrasi berlangsung.
Kepala Sekolah SD Islam Pangeran Diponegoro, Dewi Widayani mengatakan, penutupan akses masuk sekolah itu sudah berlangsung beberapa waktu yang lalu.
Pihaknya mengaku tidak tahu menahu tentang alasan penutupan itu, karena sebelumnya tidak ada sosialisasi dari pihak yang membangun.
"Setahu kami jalan ini berada di atas tanah wakaf masjid. Namun belakangan kami mendapat informasi jika tanah sudah menjadi milik pribadi, sehingga pemiliknya yang bernama Muji Laksono itu mau membangun tembok di atas tanah ini," kata dia.
Menurut Dewi, pembangunan tersebut dilakukan tanpa berkoordinasi dengan pihak sekolah.
Pihaknya juga terkejut saat melihat ada material menumpuk di jalan dan pengerjaan pondasi yang menutup satu-satunya akses menuju sekolah itu sudah dilakukan.
"Kami sudah mencoba melakukan audiensi, tapi karena pembangunan tetap berlangsung, terpaksa kami melakukan aksi unjuk rasa ini,” imbuhnya.
Hal senada juga dikatakan Kepala Sekolah KB/TK Islam Pangeran Diponegoro, Sarikem. Pihaknya menyesalkan aktivitas pembangunan tembok oleh pemilik tanah yang menutup akses sekolah.
"Ini kan sekolahan, dunia pendidikan, masa harus ditutup seperti ini. Ini sudah mengancam kami," tegasnya.
Untuk itu, pihaknya berharap pembangunan dihentikan sampai pihak sekolah selesai membangun jalan lain yang berada di sisi kanan gedung sekolah.
Namun, pihaknya tetap berharap pembangunan yang menutup jalan itu tidak dilanjutkan karena itu adalah akses satu-satunya di lokasi itu.
"Nanti kalau sudah selesai silahkan dibangun, kami tidak bisa berbuat banyak karena pembangunan ternyata berada di atas tanah pribadi," pungkasnya.
Sementara itu, aksi demonstrasi ratusan siswa tersebut mendapat kawalan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang.
Selain memberikan pengawalan, petugas juga memasang police line terhadap bangunan itu.
"Pemberian police line ini bertujuan agar pembangunan sementara dihentikan. Kami juga akan mengecek apakah pembangunan ini memiliki izin. Kalau tidak berizin, maka pembangunan tidak boleh dilanjutkan," kata Kabid Ketenteraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kota Semarang, Kusnandir.
Aksi tersebut merupakan buntut penutupan satu-satunya akses jalan ke sekolah oleh pihak pemilik tanah yang menyebabkan aktivitas belajar mengajar terancam terganggu.
Dalam aksi tersebut, ratusan siswa didampingi guru membawa spanduk bertuliskan kecaman terhadap Muji Laksono, pihak yang melakukan pembangunan tembok hingga menutup akses jalan masuk sekolah.
Mereka menuntut agar pembangunan dihentikan karena menutup akses jalan ke sekolah tersebut.
"Berikan kami jalan, kami hanya ingin belajar. Kalau ditutup seperti ini, kami mau masuk sekolah lewat mana," kata Fasya Qaurida, salah satu siswa saat demonstrasi berlangsung.
Kepala Sekolah SD Islam Pangeran Diponegoro, Dewi Widayani mengatakan, penutupan akses masuk sekolah itu sudah berlangsung beberapa waktu yang lalu.
Pihaknya mengaku tidak tahu menahu tentang alasan penutupan itu, karena sebelumnya tidak ada sosialisasi dari pihak yang membangun.
"Setahu kami jalan ini berada di atas tanah wakaf masjid. Namun belakangan kami mendapat informasi jika tanah sudah menjadi milik pribadi, sehingga pemiliknya yang bernama Muji Laksono itu mau membangun tembok di atas tanah ini," kata dia.
Menurut Dewi, pembangunan tersebut dilakukan tanpa berkoordinasi dengan pihak sekolah.
Pihaknya juga terkejut saat melihat ada material menumpuk di jalan dan pengerjaan pondasi yang menutup satu-satunya akses menuju sekolah itu sudah dilakukan.
"Kami sudah mencoba melakukan audiensi, tapi karena pembangunan tetap berlangsung, terpaksa kami melakukan aksi unjuk rasa ini,” imbuhnya.
Hal senada juga dikatakan Kepala Sekolah KB/TK Islam Pangeran Diponegoro, Sarikem. Pihaknya menyesalkan aktivitas pembangunan tembok oleh pemilik tanah yang menutup akses sekolah.
"Ini kan sekolahan, dunia pendidikan, masa harus ditutup seperti ini. Ini sudah mengancam kami," tegasnya.
Untuk itu, pihaknya berharap pembangunan dihentikan sampai pihak sekolah selesai membangun jalan lain yang berada di sisi kanan gedung sekolah.
Namun, pihaknya tetap berharap pembangunan yang menutup jalan itu tidak dilanjutkan karena itu adalah akses satu-satunya di lokasi itu.
"Nanti kalau sudah selesai silahkan dibangun, kami tidak bisa berbuat banyak karena pembangunan ternyata berada di atas tanah pribadi," pungkasnya.
Sementara itu, aksi demonstrasi ratusan siswa tersebut mendapat kawalan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang.
Selain memberikan pengawalan, petugas juga memasang police line terhadap bangunan itu.
"Pemberian police line ini bertujuan agar pembangunan sementara dihentikan. Kami juga akan mengecek apakah pembangunan ini memiliki izin. Kalau tidak berizin, maka pembangunan tidak boleh dilanjutkan," kata Kabid Ketenteraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kota Semarang, Kusnandir.
(sms)