Candi Siwa Prambanan Akhirnya Bisa Dikunjungi
A
A
A
SLEMAN - Candi Siwa di kompleks candi Prambanan yang ditutup karena rusak akibat gempa bumi 2006 lalu, sudah dapat dikunjungi lagi.
Kepastian ini setelah proses konsolidasi (penguatan) bangunan candi itu selesai. Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Kacung Marijan mengatakan, setelah Candi Siwa ini dibuka, bukan berarti pekerjaan pengelola selesai. Justru sebaliknya tugas semakin berat. Di antaranya harus dapat mengembangkan dan melestarikan candi ini serta menjaga kekuatan dan keamanan, baik bangunan candi maupun pengunjung.
“Untuk hal ini, pengelola harus hati-hati dan mengkaji berapa maksimum kekuatan candi,” kata Kacung usai membuka Candi Siwa, kemarin. Selain itu, pengelola juga harus memperhatikan lingkungan sekitar candi, seperti drainase maupun hal-hal teknis lainnya. Untuk drainase yang harus menjadi perhatian, yakni soal genangan air di kompleks candi utama saat musim hujan. Bila genangan air itu berkurang dalam waktu setengah jam, berarti tidak ada masalah. Akan tetapi sebaliknya, bila lebih, tentunya bermasalah.
“Karena itu, pengelola harus melakukan studi khusus mengenai hal tersebut,” ucapnya. Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta Wahyu Astuti menambahkan, berdasarkan hasil observasi, kerusakan yang terjadi di Candi Siwa bukan hanya struktural namun juga material.
Sehingga tidak bisa begitu saja melakukan konsolidasi bangunan candi. Apalagi candi ini merupakan bagian dari world heritage. “Konsolidasi sendiri dengan campuran pasir, kapur, dan zeolit,” katanya.
Priyo setyawan
Kepastian ini setelah proses konsolidasi (penguatan) bangunan candi itu selesai. Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Kacung Marijan mengatakan, setelah Candi Siwa ini dibuka, bukan berarti pekerjaan pengelola selesai. Justru sebaliknya tugas semakin berat. Di antaranya harus dapat mengembangkan dan melestarikan candi ini serta menjaga kekuatan dan keamanan, baik bangunan candi maupun pengunjung.
“Untuk hal ini, pengelola harus hati-hati dan mengkaji berapa maksimum kekuatan candi,” kata Kacung usai membuka Candi Siwa, kemarin. Selain itu, pengelola juga harus memperhatikan lingkungan sekitar candi, seperti drainase maupun hal-hal teknis lainnya. Untuk drainase yang harus menjadi perhatian, yakni soal genangan air di kompleks candi utama saat musim hujan. Bila genangan air itu berkurang dalam waktu setengah jam, berarti tidak ada masalah. Akan tetapi sebaliknya, bila lebih, tentunya bermasalah.
“Karena itu, pengelola harus melakukan studi khusus mengenai hal tersebut,” ucapnya. Kepala Seksi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta Wahyu Astuti menambahkan, berdasarkan hasil observasi, kerusakan yang terjadi di Candi Siwa bukan hanya struktural namun juga material.
Sehingga tidak bisa begitu saja melakukan konsolidasi bangunan candi. Apalagi candi ini merupakan bagian dari world heritage. “Konsolidasi sendiri dengan campuran pasir, kapur, dan zeolit,” katanya.
Priyo setyawan
(ars)