Menghidupkan Kembali Legenda Minum Teh
A
A
A
BANDUNG - Budaya minum teh masyarakat Jawa Barat kini terus berkurang. Bahkan, tak dipungkiri jika budaya minum teh saat ini tinggal legenda.
Padahal, Jabar memiliki hamparan kebun teh yang luas dan produksi teh asal Jabar menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Untuk menghidupkan kembali legenda minum teh di Jabar, Dinas Perkebunan Jabar berupaya meningkatkan konsumsi teh di masyarakat Jabar hingga mencapai 1,5 kilogram per kapita per tahunnya. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Jabar, tingkat konsumsi teh masyarakat Jabar hanya 3,5 gram teh saja per kapita per tahunnya.
Berbeda jauh dengan di negara-negara Eropa yang mencapai 2 kilogram per kapita per tahun. Saat membuka Bandung Tea Festival yang digelar di Gedung Sate Bandung, Kepala Dinas Perkebunan Jabar Arief Santosa mengungkapkan, acara festival teh yang telah digelar untuk ke-11 kalinya ini bertujuan menginformasikan perkembangan teh, khususnya teh yang berasal dari Jabar. Melalui acara itupun, pihaknya mengajak masyarakat untuk terus membudayakan minum teh.
Menurutnya, sebagai provinsi penghasil komoditas teh terbesar di Indonesia dengan kontribusi sebesar 72% pasokan teh nasional, masyarakat Jabar pun seharusnya ikut menikmati khasiat teh yang memang dikenal banyak manfaatnya bagi kesehatan. Bahkan, Dinas Perkebunan Jabar sedang menyusun dokumen pembuatan nama “Teh Java Preanger”, sebagai brand teh asal Jabar di pasar internasional.
“Saat ini, Dinas Perkebunan sedang menyusun dokumen MPIG (Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis) teh yang sudah memasuki tahap final. Dari hasil MPIG tersebut akan dibuat nama Teh Java Preanger sebagai brand internasional,” papar Arief. Arief menambahkan, perkembangan teh di Jabar kini sudah semakin baik. Setidaknya ada 15 negara termasuk dari Eropa dan Afrika yang berlangganan teh asal Jabar.
Negara yang paling banyak mengimpor teh asal Jabar adalah London dan Maroko. “Permintaannya mencapai 80 ton untuk sekali impor,” sebutnya. Senada dengan Arief, Sekertaris Daerah Jabar Wawan Ridwan pun mendukung penyelenggaraan festival teh yang rencananya akan berlangsung hingga 6 November ini. Menurutnya, acara ini merupakan salah satu bentuk apresiasi pemerintah terhadap komoditas legendaris asal Jabar tersebut.
“Sejak zaman Belanda, potensi teh dunia ada di Indonesia. Dan sebagian besar teh terbaik Indonesia berasal dari Jawa Barat. Karena itu, legenda tersebut harus dipertahankan dan dikembangkan, dengan cara memperbanyak konsumsi teh, budayakan minum teh,” kata Wawan.
Yugi Prasetyo
Kota Bandung
Padahal, Jabar memiliki hamparan kebun teh yang luas dan produksi teh asal Jabar menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Untuk menghidupkan kembali legenda minum teh di Jabar, Dinas Perkebunan Jabar berupaya meningkatkan konsumsi teh di masyarakat Jabar hingga mencapai 1,5 kilogram per kapita per tahunnya. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Jabar, tingkat konsumsi teh masyarakat Jabar hanya 3,5 gram teh saja per kapita per tahunnya.
Berbeda jauh dengan di negara-negara Eropa yang mencapai 2 kilogram per kapita per tahun. Saat membuka Bandung Tea Festival yang digelar di Gedung Sate Bandung, Kepala Dinas Perkebunan Jabar Arief Santosa mengungkapkan, acara festival teh yang telah digelar untuk ke-11 kalinya ini bertujuan menginformasikan perkembangan teh, khususnya teh yang berasal dari Jabar. Melalui acara itupun, pihaknya mengajak masyarakat untuk terus membudayakan minum teh.
Menurutnya, sebagai provinsi penghasil komoditas teh terbesar di Indonesia dengan kontribusi sebesar 72% pasokan teh nasional, masyarakat Jabar pun seharusnya ikut menikmati khasiat teh yang memang dikenal banyak manfaatnya bagi kesehatan. Bahkan, Dinas Perkebunan Jabar sedang menyusun dokumen pembuatan nama “Teh Java Preanger”, sebagai brand teh asal Jabar di pasar internasional.
“Saat ini, Dinas Perkebunan sedang menyusun dokumen MPIG (Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis) teh yang sudah memasuki tahap final. Dari hasil MPIG tersebut akan dibuat nama Teh Java Preanger sebagai brand internasional,” papar Arief. Arief menambahkan, perkembangan teh di Jabar kini sudah semakin baik. Setidaknya ada 15 negara termasuk dari Eropa dan Afrika yang berlangganan teh asal Jabar.
Negara yang paling banyak mengimpor teh asal Jabar adalah London dan Maroko. “Permintaannya mencapai 80 ton untuk sekali impor,” sebutnya. Senada dengan Arief, Sekertaris Daerah Jabar Wawan Ridwan pun mendukung penyelenggaraan festival teh yang rencananya akan berlangsung hingga 6 November ini. Menurutnya, acara ini merupakan salah satu bentuk apresiasi pemerintah terhadap komoditas legendaris asal Jabar tersebut.
“Sejak zaman Belanda, potensi teh dunia ada di Indonesia. Dan sebagian besar teh terbaik Indonesia berasal dari Jawa Barat. Karena itu, legenda tersebut harus dipertahankan dan dikembangkan, dengan cara memperbanyak konsumsi teh, budayakan minum teh,” kata Wawan.
Yugi Prasetyo
Kota Bandung
(ars)