Penikmat Daging Anjing Diimbau Berhati Hati
A
A
A
KARANGANYAR - Dinas Kesehatan (Dinkes) Karanganyar meminta masyarakat untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi daging anjing. Jika hewan yang dimakan terjangkit rabies, maka dimungkinkan juga akan berdampak terhadap orang yang mengkonsumsinya.
Kepala Dinkes Karanganyar Cucuk Heru Kusumo mengatakan, hewan yang terjangkit penyakit memang tidak layak untuk dikonsumsi. Sebab ada kemungkinan pengaruh dari sakit hewan tersebut.
Hewan yang terjangkit penyakit, maka di dalam tubuhnya akan terkontaminasi. Sehingga sangat beresiko jika kemudian dikonsumsi manusia.
Sehingga memang ada standar kelayakan tertentu untuk hewan sebelum dikonsumsi. “Diantaranya hewan harus dalam kondisi sehat. Dalam tuntutan agama, hewan yang sakit juga tidak boleh disembelih,” kata Cucuk Heru Kusumo, Selasa (4/11/2014).
Sepanjang pengetahuannya, memang belum ada kasus orang terjangkit rabies setelah mengkonsumsi daging anjing yang sebelumnya telah terjangkit. Namun hal itu masih harus memerlukan penelitian yang mendalam ke arah sana.
Sebelumnya, tingkat konsumsi daging anjing di wilayah Karanganyar cukup mencengangkan. Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) setempat mencatat jumlah anjing yang dikonsumsi melalui warung makan mencapai 40 ekor/hari.
Disnakan mendapatkan fakta bahwa anjing-anjing yang dikonsumsi didatangkan dari berbagai daerah di luar Jawa Tengah.
Seperti Banyuwangi, Jember, Pacitan dan Tuban. Pasokan juga berasal dari Jawa Barat dan Brebes. Sedangkan untuk daerah lokal, pasokan berasal dari Wonogiri dan Sukoharjo.
Kepala Disnakan Karanganyar Sumijarto mengatakan, pihaknya telah memberikan imbauan kepada pemilik warung untuk memberikan keterangan jelas terhadap menu yang disajikan.
Sebab di warung yang menjual menu daging anjing, beberapa diantaranya memberikan keterangan yang tidak jelas.
“Seperti keterangan sate jamu. Bagi orang yang memang betul betul tidak tahu, memang mengira yang dijual sate jamu betulan. Padahal yang dijual menu daging anjing,” kata Sumijarto.
Ada juga yang memberikan keterangan tidak terlalu vulgar. Seperti keterangan menu daging gogok dan diberi gambar hewan anjing.
Keterangan jelas menu yang disajikan diharapkan agar orang yang mengkonsumsi tidak merasa tertipu. Terlebih daerah Karanganyar merupakan kawasan wisata. Sehingga orang dari luar daerah banyak yang datang.
Kepala Dinkes Karanganyar Cucuk Heru Kusumo mengatakan, hewan yang terjangkit penyakit memang tidak layak untuk dikonsumsi. Sebab ada kemungkinan pengaruh dari sakit hewan tersebut.
Hewan yang terjangkit penyakit, maka di dalam tubuhnya akan terkontaminasi. Sehingga sangat beresiko jika kemudian dikonsumsi manusia.
Sehingga memang ada standar kelayakan tertentu untuk hewan sebelum dikonsumsi. “Diantaranya hewan harus dalam kondisi sehat. Dalam tuntutan agama, hewan yang sakit juga tidak boleh disembelih,” kata Cucuk Heru Kusumo, Selasa (4/11/2014).
Sepanjang pengetahuannya, memang belum ada kasus orang terjangkit rabies setelah mengkonsumsi daging anjing yang sebelumnya telah terjangkit. Namun hal itu masih harus memerlukan penelitian yang mendalam ke arah sana.
Sebelumnya, tingkat konsumsi daging anjing di wilayah Karanganyar cukup mencengangkan. Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) setempat mencatat jumlah anjing yang dikonsumsi melalui warung makan mencapai 40 ekor/hari.
Disnakan mendapatkan fakta bahwa anjing-anjing yang dikonsumsi didatangkan dari berbagai daerah di luar Jawa Tengah.
Seperti Banyuwangi, Jember, Pacitan dan Tuban. Pasokan juga berasal dari Jawa Barat dan Brebes. Sedangkan untuk daerah lokal, pasokan berasal dari Wonogiri dan Sukoharjo.
Kepala Disnakan Karanganyar Sumijarto mengatakan, pihaknya telah memberikan imbauan kepada pemilik warung untuk memberikan keterangan jelas terhadap menu yang disajikan.
Sebab di warung yang menjual menu daging anjing, beberapa diantaranya memberikan keterangan yang tidak jelas.
“Seperti keterangan sate jamu. Bagi orang yang memang betul betul tidak tahu, memang mengira yang dijual sate jamu betulan. Padahal yang dijual menu daging anjing,” kata Sumijarto.
Ada juga yang memberikan keterangan tidak terlalu vulgar. Seperti keterangan menu daging gogok dan diberi gambar hewan anjing.
Keterangan jelas menu yang disajikan diharapkan agar orang yang mengkonsumsi tidak merasa tertipu. Terlebih daerah Karanganyar merupakan kawasan wisata. Sehingga orang dari luar daerah banyak yang datang.
(sms)