Bayi Berkelamin Ganda di Garut Akhirnya Dinyatakan Laki-Laki
A
A
A
GARUT - Bayi berusia 19 bulan yang sebelumnya berkelamin ganda di Kampung Lembak Sari RT 07 RW 12, Desa Sirnajaya, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, akhirnya dinyatakan berkelamin laki-laki.
Bayi yang tinggal bersama ayah ibunya, pasangan Tarsian (35) dan Leni (29), di rumah bilik panggung sederhana ini bernama Azzahra Nurul Aeni.
Petugas Medis Puskesmas Gadog, Kecamatan Pasirwangi, Yudi Permana, mengatakan kepastian mengenai kelamin Azzahra didasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadapnya.
Menurut Yudi, Azzahra memang sempat menjalani beberapa kali pemeriksaan sejak di bawah usia 10 bulan.
“Namun saat itu, meski sudah berkali-kali diperiksa, kepastian kelamin Azzahra belum bisa ditentukan oleh sebab usianya masih di bawah satu tahun. Karena sudah lebih dari satu tahun, hormonnya dapat terlihat jelas dan dinyatakan lebih ke arah kelamin laki-laki,” kata Yudi, Selasa (4/11/2014).
Menurut Yudi, pemeriksaan lanjutan terhadap Azzahra mesti dilakukan kembali. Persoalan penentuan jenis kelamin merupakan satu hal yang sangat penting karena menyangkut masa depan seseorang.
“Kami dari puskesmas dan aparat pemerintahan dari tingkat RT, RW, hingga kecamatan akan membantu segala proses yang diperlukan. Misalnya membantu proses Jamkesmas, karena memang Azzahra berasal dari kalangan ekonomi kecil,” ujarnya.
Seperti balita lain pada umumnya, Azzahra tumbuh sehat di lingkungan keluarganya. Sewaktu dilahirkan, dia berkelamin perempuan dengan kondisi kesehatan normal dan berat badan 3 kg.
Beberapa waktu lalu, ayah Azzahra, Tarsian, mengaku tidak menyangka bila anaknya memiliki kelamin ganda. Buruh cangkul ini baru mengetahui adanya kelainan pada kelamin Azzahra setelah anaknya ini berusia tiga bulan lebih.
“Sebab tidak ada tanda-tanda apapun. Apakah mimpi atau apa, itu sama sekali tidak ada. Saat di usia 3 bulan itu, saya kaget ketika isteri mengatakan ada kelainan di kelamin anak kami. Ada semacam benjolan tumbuh di atas alat kelamin wanitanya. Bentuknya seperti alat kelamin anak laki-laki,” ujarnya.
Tarsian sendiri awalnya tidak berani untuk memeriksakan keanehan pada kelamin putrinya tersebut. Alasannya, dia tidak memiliki cukup uang.
“Penghasilan saya sebagai buruh cangkul dalam sehari hanya Rp20 ribu. Saya khawatir uangnya tidak cukup kalau dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya.
Bayi yang tinggal bersama ayah ibunya, pasangan Tarsian (35) dan Leni (29), di rumah bilik panggung sederhana ini bernama Azzahra Nurul Aeni.
Petugas Medis Puskesmas Gadog, Kecamatan Pasirwangi, Yudi Permana, mengatakan kepastian mengenai kelamin Azzahra didasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadapnya.
Menurut Yudi, Azzahra memang sempat menjalani beberapa kali pemeriksaan sejak di bawah usia 10 bulan.
“Namun saat itu, meski sudah berkali-kali diperiksa, kepastian kelamin Azzahra belum bisa ditentukan oleh sebab usianya masih di bawah satu tahun. Karena sudah lebih dari satu tahun, hormonnya dapat terlihat jelas dan dinyatakan lebih ke arah kelamin laki-laki,” kata Yudi, Selasa (4/11/2014).
Menurut Yudi, pemeriksaan lanjutan terhadap Azzahra mesti dilakukan kembali. Persoalan penentuan jenis kelamin merupakan satu hal yang sangat penting karena menyangkut masa depan seseorang.
“Kami dari puskesmas dan aparat pemerintahan dari tingkat RT, RW, hingga kecamatan akan membantu segala proses yang diperlukan. Misalnya membantu proses Jamkesmas, karena memang Azzahra berasal dari kalangan ekonomi kecil,” ujarnya.
Seperti balita lain pada umumnya, Azzahra tumbuh sehat di lingkungan keluarganya. Sewaktu dilahirkan, dia berkelamin perempuan dengan kondisi kesehatan normal dan berat badan 3 kg.
Beberapa waktu lalu, ayah Azzahra, Tarsian, mengaku tidak menyangka bila anaknya memiliki kelamin ganda. Buruh cangkul ini baru mengetahui adanya kelainan pada kelamin Azzahra setelah anaknya ini berusia tiga bulan lebih.
“Sebab tidak ada tanda-tanda apapun. Apakah mimpi atau apa, itu sama sekali tidak ada. Saat di usia 3 bulan itu, saya kaget ketika isteri mengatakan ada kelainan di kelamin anak kami. Ada semacam benjolan tumbuh di atas alat kelamin wanitanya. Bentuknya seperti alat kelamin anak laki-laki,” ujarnya.
Tarsian sendiri awalnya tidak berani untuk memeriksakan keanehan pada kelamin putrinya tersebut. Alasannya, dia tidak memiliki cukup uang.
“Penghasilan saya sebagai buruh cangkul dalam sehari hanya Rp20 ribu. Saya khawatir uangnya tidak cukup kalau dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya.
(sms)