Pengungsi Ikut Bangun Rumah
A
A
A
MEDAN - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melibatkan 120 warga dari tiga desa, yang akan direlokasi untuk membuka akses jalan menuju lahan relokasi dan mengerjakan pembangunan proyek hunian tetap (huntap) di kawasan Hutan Siosar, Kacinambun.
“Mereka diperbantukan bersama Tim Zeni Kodam I Bukit Barisan dan Kodim 0205 Tanah Karo membuka akses jalan menuju lahan relokasi. Selanjutnya, mereka juga akan diajak membangun huntap yang akan menjadi milik mereka sendiri,” kata Deputi Darurat BNPB Tri Budiharto kepada KORAN SINDO MEDAN, Senin (3/11).
Tri Budiharto menuturkan, warga ketiga desa itu dilibatkan agar mereka merasa bertanggung jawab dan memiliki terhadap huntap yang akan mereka huni. Sebab proyek huntap itu nanti akan menjadi rumah mereka sendiri. “Mereka akan merasakan jerih payah mereka sendiri membangun huntap yang baik, indah, dan cocok, untuk mereka sendiri,” ujarnya.
Walau membangun rumah mereka sendiri, para warga desa juga menerima upah. Jumlahnya sesuai dengan upah yang berlaku di Kabupaten Karo. Untuk sementara pihaknya hanya melibatkan 120 warga desa dan selanjutnya tidak menutup kemungkinan BNPB akan me-libatkan lebih banyak lagi warga desa dalam proses pembangunan huntap. “Kalau memang dibutuhkan lagi, akan kami bicarakan lagi,” ungkapnya.
Di sisi lain, pembukaan akses jalan menuju lahan relokasi terus dilakukan. Tri Budiharto mengungkapkan, walau diguyur hujan saat malam hari, tim gabungan Zeni TNI bersama masyarakat terus bergotong royong membuka akses jalan tersebut. “Kebetulan tadi malam hujannya turun terus-menerus, namun saya telah koordinasi dengan tim di lapangan agar tetap melanjutkan pekerjaan. Karena hujan merupakan nikmat Tuhan, jadi nikmati saja,” ungkapnya.
Tri Budiharto menambahkan, tim gabungan telah berhasil memperbaiki akses jalan sepanjang 2,7 kilometer (km) menuju lahan Areal Penggunaan Lain (APL) di kawasan Bukit 2000. Sebelumnya jalan itu sudah ada, namun rusak berat. “Sekarang akses jalan yang rusak itu sudah diratakan. Selain itu, pembukaan akses jalan sepanjang 3,8 km terus dilakukan. Tim juga menebangi pepohonan di kanan kiri badan jalan,” katanya.
Sementara Kepala Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suwantika mengungkapkan, erupsi masih terjadi di gunung setinggi 2.465 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu. Untungnya, jumlah erupsi yang terjadi Senin (3/11), lebih sedikit dibandingkan satu hari sebelumnya.
Data erupsi yang dilansir PVMBG menyebutkan, erupsi terjadi pada rentang waktu pukul 02.00 WIB - 02.50 WIB. Sempat terdengar suara gemuruh dari Gunung Sinabung dan sempat terekam guguran awan panas, namun karena visual tertutup kabut, pihaknya tidak dapat memantau jarak guguran awan panas itu. Erupsi kedua terjadi pukul 15.46 WIB selama 314 detik disertai guguran awan sejauh 2.500 meter ke arah selatan dan embusan kolom abu. Namun, embusan kolom abu tidak terpantau karena tertutup kabut.
“Hari ini hanya terjadi dua kali erupsi, lebih sedikit dibandingkan kemarin yang sampai enam kali. Namun, bukan berarti menunjukkan aktivitas vulkanik Gunung Sinabung menurun karena memang sifat erupsinya fluktuatif. Terkadang naik dan terkadang menurun,” ujarnya.
Dicky Irawan
“Mereka diperbantukan bersama Tim Zeni Kodam I Bukit Barisan dan Kodim 0205 Tanah Karo membuka akses jalan menuju lahan relokasi. Selanjutnya, mereka juga akan diajak membangun huntap yang akan menjadi milik mereka sendiri,” kata Deputi Darurat BNPB Tri Budiharto kepada KORAN SINDO MEDAN, Senin (3/11).
Tri Budiharto menuturkan, warga ketiga desa itu dilibatkan agar mereka merasa bertanggung jawab dan memiliki terhadap huntap yang akan mereka huni. Sebab proyek huntap itu nanti akan menjadi rumah mereka sendiri. “Mereka akan merasakan jerih payah mereka sendiri membangun huntap yang baik, indah, dan cocok, untuk mereka sendiri,” ujarnya.
Walau membangun rumah mereka sendiri, para warga desa juga menerima upah. Jumlahnya sesuai dengan upah yang berlaku di Kabupaten Karo. Untuk sementara pihaknya hanya melibatkan 120 warga desa dan selanjutnya tidak menutup kemungkinan BNPB akan me-libatkan lebih banyak lagi warga desa dalam proses pembangunan huntap. “Kalau memang dibutuhkan lagi, akan kami bicarakan lagi,” ungkapnya.
Di sisi lain, pembukaan akses jalan menuju lahan relokasi terus dilakukan. Tri Budiharto mengungkapkan, walau diguyur hujan saat malam hari, tim gabungan Zeni TNI bersama masyarakat terus bergotong royong membuka akses jalan tersebut. “Kebetulan tadi malam hujannya turun terus-menerus, namun saya telah koordinasi dengan tim di lapangan agar tetap melanjutkan pekerjaan. Karena hujan merupakan nikmat Tuhan, jadi nikmati saja,” ungkapnya.
Tri Budiharto menambahkan, tim gabungan telah berhasil memperbaiki akses jalan sepanjang 2,7 kilometer (km) menuju lahan Areal Penggunaan Lain (APL) di kawasan Bukit 2000. Sebelumnya jalan itu sudah ada, namun rusak berat. “Sekarang akses jalan yang rusak itu sudah diratakan. Selain itu, pembukaan akses jalan sepanjang 3,8 km terus dilakukan. Tim juga menebangi pepohonan di kanan kiri badan jalan,” katanya.
Sementara Kepala Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suwantika mengungkapkan, erupsi masih terjadi di gunung setinggi 2.465 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu. Untungnya, jumlah erupsi yang terjadi Senin (3/11), lebih sedikit dibandingkan satu hari sebelumnya.
Data erupsi yang dilansir PVMBG menyebutkan, erupsi terjadi pada rentang waktu pukul 02.00 WIB - 02.50 WIB. Sempat terdengar suara gemuruh dari Gunung Sinabung dan sempat terekam guguran awan panas, namun karena visual tertutup kabut, pihaknya tidak dapat memantau jarak guguran awan panas itu. Erupsi kedua terjadi pukul 15.46 WIB selama 314 detik disertai guguran awan sejauh 2.500 meter ke arah selatan dan embusan kolom abu. Namun, embusan kolom abu tidak terpantau karena tertutup kabut.
“Hari ini hanya terjadi dua kali erupsi, lebih sedikit dibandingkan kemarin yang sampai enam kali. Namun, bukan berarti menunjukkan aktivitas vulkanik Gunung Sinabung menurun karena memang sifat erupsinya fluktuatif. Terkadang naik dan terkadang menurun,” ujarnya.
Dicky Irawan
(ftr)