Menyulap Drum Bekas Bernilai Ekonomis
A
A
A
CIREBON - Di tangan Demak, 45, warga Blok Pandean, Desa Serang, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, drum bekas bisa berubah menjadi barang bernilai ekonomis. Wajan yang disulapnya dari drum bekas bahkan menjadi andalan para pengusaha yang memanfaatkan wajan dalam usahanya.
Pelanggan wajan buatan Demak di antaranya pembuat tahu maupun batik. Bukan hanya yang ada di wilayah Cirebon dan Jawa Barat, pelanggan Demak juga tersebar di daerah lain seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Sumatera.
Pebatik di Pekalongan, Solo, maupun Yogyakarta, kebanyakan memanfaatkan wajan buatan Demak untuk membakar lilin sebelum menorehkannya ke atas kain. Begitu juga perajin batik yang ada di Weru, Plered, dan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, yang ratarata menggunakan wajan buatan Demak. “Katanya wajan buatan saya kuat, padahal saya sendiri membuatnya dengan cara dan alat-alat sederhana,” ungkap ayah tiga anak ini.
Di bengkelnya berukuran 4x4 meter Demak bekerja. Keterampilan dia membuat wajan diperolehnya dari sang ayah. Dibantu dua pekerjanya, dalam satu bulan mampu memproduksi hingga empat kodi wajan berukuran 80 cm. Usai dibuat, biasanya para pembeli mengambilnya langsung dari Demak. Ada delapan ukuran wajan yang dibuat Demak, mulai dari wajan ukuran 110 cm, 100, 90, 80, 70, 65, 60, dan yang terkecil wajan ukuran 50 cm.
Selain kedelapan ukuran tersebut, Demak juga melayani pembuatan wajan sesuai pesanan. “Saya biasa menjual Rp1,6 juta dalam satu kodi. Tapi kalau belinya hanya satu, harganya berbeda sekitar Rp150.000 saja,” tutur dia. Wajan-wajan yang dibuat Demak berbahan dasar drum bekas yang dibelinya dari sejumlah pabrik rotan di Cirebon. Untuk satu drum, dia membelinya seharga Rp80.000 hingga Rp65.000, tergantung kualitas. Kualitas yang dimaksud berupa kuantitas penggunaan drum tersebut, jika baru satu kali pakai harganya terbilang lebih tinggi dibanding drum yang telah dipakai lebih dari itu. Dari satu buah drum, Demak bisa menghasilkan dua wajan berukuran 80 cm.
Namun, ada beberapa wajan yang dibuat khusus dengan ketebalan tiga millimeter dengan bahan platiser. Wajan semacam ini biasanya dihargai Rp1,8 juta/buah. Sejauh ini, Demak mengaku tak mengalami kendala dalam pemasaran. Namun berkalikali dia harus dihadapkan pada situasi di mana bahan baku sulit dicari. “Soalnya kerap berebut dengan perajin lain,” tegas dia.
ERIKA LIA
Pelanggan wajan buatan Demak di antaranya pembuat tahu maupun batik. Bukan hanya yang ada di wilayah Cirebon dan Jawa Barat, pelanggan Demak juga tersebar di daerah lain seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Sumatera.
Pebatik di Pekalongan, Solo, maupun Yogyakarta, kebanyakan memanfaatkan wajan buatan Demak untuk membakar lilin sebelum menorehkannya ke atas kain. Begitu juga perajin batik yang ada di Weru, Plered, dan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, yang ratarata menggunakan wajan buatan Demak. “Katanya wajan buatan saya kuat, padahal saya sendiri membuatnya dengan cara dan alat-alat sederhana,” ungkap ayah tiga anak ini.
Di bengkelnya berukuran 4x4 meter Demak bekerja. Keterampilan dia membuat wajan diperolehnya dari sang ayah. Dibantu dua pekerjanya, dalam satu bulan mampu memproduksi hingga empat kodi wajan berukuran 80 cm. Usai dibuat, biasanya para pembeli mengambilnya langsung dari Demak. Ada delapan ukuran wajan yang dibuat Demak, mulai dari wajan ukuran 110 cm, 100, 90, 80, 70, 65, 60, dan yang terkecil wajan ukuran 50 cm.
Selain kedelapan ukuran tersebut, Demak juga melayani pembuatan wajan sesuai pesanan. “Saya biasa menjual Rp1,6 juta dalam satu kodi. Tapi kalau belinya hanya satu, harganya berbeda sekitar Rp150.000 saja,” tutur dia. Wajan-wajan yang dibuat Demak berbahan dasar drum bekas yang dibelinya dari sejumlah pabrik rotan di Cirebon. Untuk satu drum, dia membelinya seharga Rp80.000 hingga Rp65.000, tergantung kualitas. Kualitas yang dimaksud berupa kuantitas penggunaan drum tersebut, jika baru satu kali pakai harganya terbilang lebih tinggi dibanding drum yang telah dipakai lebih dari itu. Dari satu buah drum, Demak bisa menghasilkan dua wajan berukuran 80 cm.
Namun, ada beberapa wajan yang dibuat khusus dengan ketebalan tiga millimeter dengan bahan platiser. Wajan semacam ini biasanya dihargai Rp1,8 juta/buah. Sejauh ini, Demak mengaku tak mengalami kendala dalam pemasaran. Namun berkalikali dia harus dihadapkan pada situasi di mana bahan baku sulit dicari. “Soalnya kerap berebut dengan perajin lain,” tegas dia.
ERIKA LIA
(ars)