Harno dan Arden Merantau untuk Selamanya
A
A
A
Warga Desa Ngembak, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, berduka. Pasalnya, tujuh warganya menjadi korban ambruknya jembatan penghubung antara Gedung Arsip dan Perpustakaan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (31/10).
Dari ketujuh warga Ngembak yang menjadi korban, dua di antaranya tewas tertimpa reruntuhan yakni Harno,44, dan Arden,17. Sementara lima korban luka masing-masing Wanto, Bayu, Imam, Harto, dan Agung. Selain mengakibatkan tewasnya dua warga Ngembak, kejadian tersebut juga menewaskan Nur Hadi warga Dusun Tegalgiling RT 01 RW 04 Desa Cingkrong Kecamatan Purwodadi, Grobogan dan Budi Utomo Warga Demak. Kemarin jenazah seluruh korban tewas dikembalikan ke rumah duka.
Jenazah yang pertama kali tiba adalah jenazah Harno, yang tiba di rumah duka sekitar pukul 09.00 WIB. Orang yang paling terpukul atas meninggalnya Harno adalah sang istri Wasiyem,40. Ibu dua anak ini tidak mampu menyembunyikan kesedihannya. Terlebih saat saat mobil ambulans dari RSUP Cipto Mangungkusumo tiba di halaman rumah, Wasiyem langsung menangis histeris. Para tetangga berusaha untuk menenangkan ibu dari Bagus Saputro,14, dan Ayu Yulfiana itu.
Tak henti-hentinya Wasiem menangis dihadapan jenazah suaminya, yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai buruh bangunan di Ibu Kota. Wasiyem mengaku, suaminya memang sudah sejak belasan tahun lalu bekerja di Jakarta. Sebelum menjadi korban runtuhnya jembatan, sepekan lalu Harno sempat pulang ke rumah untuk memperingati 40 hari meninggalnya sang ayah. “Minggu (26/10) sudah balik ke Jakarta lagi. Waktu menonton televisi, saya melihat sendiri bahwa suami saya digendong. Karena wajahnya terlihat jelas,” terang Wasiyem sembari memeluk erat anak terkecilnya Ayu Yulfiana.
Dia tak menyangka suaminya begitu cepat meninggalkan keluarga untuk selama-lamanya. Bahkan sebelumnya dirinya tidak menerima firasat apapun tentang kejadian tragis yang menimpa suaminya. “Waktu pulang seminggu lalu masih seperti biasa, tidak ada firasat apa-apa,” ucapnya lirih. Pada pukul 13.30 WIB, jenazah Arden, 17, yang juga merupakan korban reruntuhan menyusul tiba di rumah duka. Rumah Arden letaknya tak jauh dari rumah Harno. Arden sendiri merupakan korban terakhir yang berhasil dievakuasi.
Kepala Desa Ngembak Pribadi Utama mengatakan, turut bersedih dengan kejadian yang menimpa sejumlah warganya tersebut. Dia mengaku, banyak warga Desanya yang mengadu nasib di Ibu Kota. Terlebih seperti saat musim kemarau seperti ini, karena tidak bisa menggarap sawah banyak warga yang mencari kerja di Jakarta. Kedua sosok korban Harno dan Arden sambung Pribadi, semasa hidup dikenal masyarakat sebagai warga yang baik dalam hal komunikasi maupun aktifitas keseharian-nya.
“Keduanya bila pulang dari Jakarta, aktif beribadah ke masjid. Arden sendiri baru lulus dari SMK Pembangunan Nasional tahun ini,” katanya. Sementara jenazah Nur Hadi warga Dusun Tegalgiling RT 01 RW 04 Desa Cingkrong Kecamatan Purwodadi juga tiba di rumah duka sekitar pukul 13.30. Korban meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Istri Korban, Purminah tidak menyangka sama sekali kepulangan suaminya, justru menjadi kepulangan terkahir dan untuk selama-lamanya.
Pasalnya, sehari sebelum Suaminya meninggal sempat memberikan kabar melalui telepon seluler, bahwa dirinya akan pulang pada hari Jum’at (31/10) atau tepat persitiwa tragis tersebut terjadi. “Kamis (30/10) malam memberi kabar rumah, bahwa hari ini akan pulang. Ternyata tidak pulang kesini, malah pulang ke rumah Allah,” ungkap Purminah.●
ANDIK SISMANTO
Kabupaten Grobogan
Dari ketujuh warga Ngembak yang menjadi korban, dua di antaranya tewas tertimpa reruntuhan yakni Harno,44, dan Arden,17. Sementara lima korban luka masing-masing Wanto, Bayu, Imam, Harto, dan Agung. Selain mengakibatkan tewasnya dua warga Ngembak, kejadian tersebut juga menewaskan Nur Hadi warga Dusun Tegalgiling RT 01 RW 04 Desa Cingkrong Kecamatan Purwodadi, Grobogan dan Budi Utomo Warga Demak. Kemarin jenazah seluruh korban tewas dikembalikan ke rumah duka.
Jenazah yang pertama kali tiba adalah jenazah Harno, yang tiba di rumah duka sekitar pukul 09.00 WIB. Orang yang paling terpukul atas meninggalnya Harno adalah sang istri Wasiyem,40. Ibu dua anak ini tidak mampu menyembunyikan kesedihannya. Terlebih saat saat mobil ambulans dari RSUP Cipto Mangungkusumo tiba di halaman rumah, Wasiyem langsung menangis histeris. Para tetangga berusaha untuk menenangkan ibu dari Bagus Saputro,14, dan Ayu Yulfiana itu.
Tak henti-hentinya Wasiem menangis dihadapan jenazah suaminya, yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai buruh bangunan di Ibu Kota. Wasiyem mengaku, suaminya memang sudah sejak belasan tahun lalu bekerja di Jakarta. Sebelum menjadi korban runtuhnya jembatan, sepekan lalu Harno sempat pulang ke rumah untuk memperingati 40 hari meninggalnya sang ayah. “Minggu (26/10) sudah balik ke Jakarta lagi. Waktu menonton televisi, saya melihat sendiri bahwa suami saya digendong. Karena wajahnya terlihat jelas,” terang Wasiyem sembari memeluk erat anak terkecilnya Ayu Yulfiana.
Dia tak menyangka suaminya begitu cepat meninggalkan keluarga untuk selama-lamanya. Bahkan sebelumnya dirinya tidak menerima firasat apapun tentang kejadian tragis yang menimpa suaminya. “Waktu pulang seminggu lalu masih seperti biasa, tidak ada firasat apa-apa,” ucapnya lirih. Pada pukul 13.30 WIB, jenazah Arden, 17, yang juga merupakan korban reruntuhan menyusul tiba di rumah duka. Rumah Arden letaknya tak jauh dari rumah Harno. Arden sendiri merupakan korban terakhir yang berhasil dievakuasi.
Kepala Desa Ngembak Pribadi Utama mengatakan, turut bersedih dengan kejadian yang menimpa sejumlah warganya tersebut. Dia mengaku, banyak warga Desanya yang mengadu nasib di Ibu Kota. Terlebih seperti saat musim kemarau seperti ini, karena tidak bisa menggarap sawah banyak warga yang mencari kerja di Jakarta. Kedua sosok korban Harno dan Arden sambung Pribadi, semasa hidup dikenal masyarakat sebagai warga yang baik dalam hal komunikasi maupun aktifitas keseharian-nya.
“Keduanya bila pulang dari Jakarta, aktif beribadah ke masjid. Arden sendiri baru lulus dari SMK Pembangunan Nasional tahun ini,” katanya. Sementara jenazah Nur Hadi warga Dusun Tegalgiling RT 01 RW 04 Desa Cingkrong Kecamatan Purwodadi juga tiba di rumah duka sekitar pukul 13.30. Korban meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Istri Korban, Purminah tidak menyangka sama sekali kepulangan suaminya, justru menjadi kepulangan terkahir dan untuk selama-lamanya.
Pasalnya, sehari sebelum Suaminya meninggal sempat memberikan kabar melalui telepon seluler, bahwa dirinya akan pulang pada hari Jum’at (31/10) atau tepat persitiwa tragis tersebut terjadi. “Kamis (30/10) malam memberi kabar rumah, bahwa hari ini akan pulang. Ternyata tidak pulang kesini, malah pulang ke rumah Allah,” ungkap Purminah.●
ANDIK SISMANTO
Kabupaten Grobogan
(ars)