Tanpa Zat Kimia, Benih Bebas dari Virus
A
A
A
Terik panas tak menyurutkan semangat para petani tambak yang mengelola udang jenis vaname di Desa Kartika Jaya, Kecamatan Patebon.
Sejumlah petani tambak memberikan makan kepada udang vaname yang dibudidayakan itu menggu nakan pengapung.
Di lokasi seluas 33 hektare ini, sedikitnya ada 19 petak kolam yang telah ditabur benih udang vaname. Lahan seluas itu dikelola oleh 19 petani tam bak. Mereka tergabung dalam Kelompok Tani Tambak Sade wo Dadi Desa Kartika Jaya.
Lilis Widayatma, 45, Ketua Kelompok Tani Sadewo Dadi mengatakan, awalnya para petani bekerja sendiri-sendiri. Kelompok tani ini dibentuk pada 2013 agar kegiatan tam - bak lebih terkoordinir dan hasilnya baik. Dengan berkelom - pok, para penambak diajari manajemen dan teknik-teknik budi daya agar hasilnya me - muas kan dan mampu bersaing, baik lokal, nasional, bahkan internasional.
Pembina teknisi Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi, Haryanto Wibowo mengata - kan budi daya udang vaname membutuhkan ketelitian. Mulai dari pembuatan petak (kolam) yang bersih, pemilihan benih, hingga perawatan atau budi daya.
“Petak (kolam) harus terbebas dari kotoran yang berisiko terhadap benih yang akan dibudidayakan. Benih sendiri juga harus dipilih yang bagus tidak ada virus, baru pengelolaan selama merawat juga dalam jangka tertentu dilakukan tes baik kepada udang maupun kondisi petaknya,” paparnya.
Udang vaname yang dibudidayakan harus bebas dari virus yakni Infectious Myonecrosis Virus (IMNV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), dan Infectious Hypodhermal Hematophoietic Necrosis Virus (IHHNV).
“Ada empat virus yang diwaspadai. Nah, udang yang dijadikan benih di sini sudah dinyatakan bersih dari virus tersebut. Hal itu sudah dilakukan tes laboratorium dan ada surat resmi,” ucapnya.
Budi daya udang vaname di kelompok ini menggunakan sistem alamiah tanpa menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat kimia. Pemi nat udang yang dikelola dengan sistem ini lebih banyak, ter utama untuk pasar Eropa dan Asia, “Kami tidak menggu nakan bahan kimia apa pun, semuanya murni alamiah. Sebab, alamiah akan mengha silkan udang yang baik, segar, dan tidak membahayakan,” tandas Haryanto.
Untuk satu meter persegi dilakukan penebaran sekitar 100 benih udang. Sementara satu petak disediakan sedikitnya sembilan kincir, dan satu pekerja pemberi makan.
Usaha keras para petani membuahkan hasil yang menakjubkan. Dari lahan itu dihasilkan sedikitnya 95 ton udang vaname dan dipamerkan di Jakarta.
Kabid Perikanan Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal Hudi Sambodo mengatakan, Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi adalah pembudi daya yang potensial. “Di Kendal masih menjadi salah satu daerah budi daya udang vaname yang baik ketimbang daerah lain. Bahkan, sudah dilirik pasar Asia dan Eropa,” ucapnya.
Sejauh ini di Kabupaten Kendal ada sekitar 25 pembudidaya, baik perorangan, perusahaan, dan kelompok. Luas lahan tambak 156 hektare (ha) dengan areal 3.200 ha. Pada 2013 lalu jumlah produksi udang vaname mencapai sekitar 2.250 ton.
“Luas lahan tambak itu terbagi untuk budi daya ban - deng dan udang vaname. Daerah yang produktif di Kecamatan Kaliwungu, Brangsong, Kendal, Patebon, Kangkung, Rowosari, dan Cepiring,” ucapnya.
WIKHA SETIAWAN
Kendal
Sejumlah petani tambak memberikan makan kepada udang vaname yang dibudidayakan itu menggu nakan pengapung.
Di lokasi seluas 33 hektare ini, sedikitnya ada 19 petak kolam yang telah ditabur benih udang vaname. Lahan seluas itu dikelola oleh 19 petani tam bak. Mereka tergabung dalam Kelompok Tani Tambak Sade wo Dadi Desa Kartika Jaya.
Lilis Widayatma, 45, Ketua Kelompok Tani Sadewo Dadi mengatakan, awalnya para petani bekerja sendiri-sendiri. Kelompok tani ini dibentuk pada 2013 agar kegiatan tam - bak lebih terkoordinir dan hasilnya baik. Dengan berkelom - pok, para penambak diajari manajemen dan teknik-teknik budi daya agar hasilnya me - muas kan dan mampu bersaing, baik lokal, nasional, bahkan internasional.
Pembina teknisi Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi, Haryanto Wibowo mengata - kan budi daya udang vaname membutuhkan ketelitian. Mulai dari pembuatan petak (kolam) yang bersih, pemilihan benih, hingga perawatan atau budi daya.
“Petak (kolam) harus terbebas dari kotoran yang berisiko terhadap benih yang akan dibudidayakan. Benih sendiri juga harus dipilih yang bagus tidak ada virus, baru pengelolaan selama merawat juga dalam jangka tertentu dilakukan tes baik kepada udang maupun kondisi petaknya,” paparnya.
Udang vaname yang dibudidayakan harus bebas dari virus yakni Infectious Myonecrosis Virus (IMNV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), dan Infectious Hypodhermal Hematophoietic Necrosis Virus (IHHNV).
“Ada empat virus yang diwaspadai. Nah, udang yang dijadikan benih di sini sudah dinyatakan bersih dari virus tersebut. Hal itu sudah dilakukan tes laboratorium dan ada surat resmi,” ucapnya.
Budi daya udang vaname di kelompok ini menggunakan sistem alamiah tanpa menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat kimia. Pemi nat udang yang dikelola dengan sistem ini lebih banyak, ter utama untuk pasar Eropa dan Asia, “Kami tidak menggu nakan bahan kimia apa pun, semuanya murni alamiah. Sebab, alamiah akan mengha silkan udang yang baik, segar, dan tidak membahayakan,” tandas Haryanto.
Untuk satu meter persegi dilakukan penebaran sekitar 100 benih udang. Sementara satu petak disediakan sedikitnya sembilan kincir, dan satu pekerja pemberi makan.
Usaha keras para petani membuahkan hasil yang menakjubkan. Dari lahan itu dihasilkan sedikitnya 95 ton udang vaname dan dipamerkan di Jakarta.
Kabid Perikanan Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal Hudi Sambodo mengatakan, Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi adalah pembudi daya yang potensial. “Di Kendal masih menjadi salah satu daerah budi daya udang vaname yang baik ketimbang daerah lain. Bahkan, sudah dilirik pasar Asia dan Eropa,” ucapnya.
Sejauh ini di Kabupaten Kendal ada sekitar 25 pembudidaya, baik perorangan, perusahaan, dan kelompok. Luas lahan tambak 156 hektare (ha) dengan areal 3.200 ha. Pada 2013 lalu jumlah produksi udang vaname mencapai sekitar 2.250 ton.
“Luas lahan tambak itu terbagi untuk budi daya ban - deng dan udang vaname. Daerah yang produktif di Kecamatan Kaliwungu, Brangsong, Kendal, Patebon, Kangkung, Rowosari, dan Cepiring,” ucapnya.
WIKHA SETIAWAN
Kendal
(ars)