Melihat Budi Daya Udang Vaname Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi
A
A
A
KENDAL - MATAHARI telah tepat berada di atas pesisir pantai di wilayah Kabupaten Kendal, kemarin, sekitar pukul 11.30 WIB. Namun, terik panas tak menyurutkan semangat para petani tambak yang mengelola udang jenis vaname di Desa Kartika Jaya, Kecamatan Patebon, untuk menghasilkan kualitas yang baik.
Sejumlah petani tambak memberikan makan kepada udang vaname yang dibudidayakan itu menggunakan pengapung sambil berkeliling di atas air yang bergelombang karena kincir. Sedikitnya, ada 19 petak kolam yang telah ditabur benih udang vaname. Sesekali di antaranya menyapa petani lain yang mengantarkan KORAN SINDO menyisir tambak yang berada di atas lahan seluas 33 hektare ini.
Lahan seluas itu dikelola oleh 19 petani tambak, yang fokus membudidayakan udang vaname. Mereka tergabung dalam Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi Desa Kartika Jaya.
Lilis Widayatma (45), seorang petani tambak udang vaname yang sekaligus Ketua Kelompok Tani Sadewo Dadi bersedia tukar pikiran mengenai pengelolaan udang vaname. Sambil menunjukkan tiap petak tambak, dia juga memperkenalkan petani yang tengah bekerja dengan ramah.
Menurutnya, kelompok petani tambak ini didirikan sejak 2013 dengan tujuan meningkatkan taraf hidup, terutama petani tambak. Untuk itu, program pengelolaannya membutuhkan manajemen dan ketelitian yang lebih supaya hasilnya memuaskan dan mampu bersaing, baik lokal, nasional bahkan internasional.
"Mulanya, petani tambak di sini bekerja sendiri-sendiri. Dirasa perlu diberi wadah supaya lebih terkoordinir dan hasilnya juga baik, maka muncullah kelompok yang diberi nama Sadewo Dadi," ujar Lilis.
Bukan hal mudah untuk meyakinkan para petani tambak saat itu. Namun, dengan usaha keras, sejumlah petani yang ada di sekitar Desa Kartika Jaya terpikat hati untuk bergabung. Selanjutnya, kelompok ini menggandeng sejumlah pihak untuk mendukung sebagai mitra kerja.
"Jumlah anggota ada 23 orang, 19 di antaranya yang memiliki tambak di sini, sedangkan sisanya adalah pengurus. Itu belum pegawai yang dipekerjakan, seperti pemberi makan udang dan penjaga," lanjutnya.
Kemitraan yang dibangun, menurutnya, mulai dari pemberian modal dan pemberian benih. Selain itu, kemitraan juga dilakukan dengan pemberian pendampingan terkait teknis pengelolaan udang vaname untuk mencapai hasil panen yang berkualitas.
"Saat ini, Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi sudah berjalan dengan manajemen yang baik," ungkap dia.
Pembina teknisi Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi Haryanto Wibowo mengatakan, untuk menghasilkan udang vaname yang berkualitas bukan hanya berpangku pada manajemen yang baik, melainkan membutuhkan ketelitian pengelolaan, mulai dari pembuatan petak (kolam) yang bersih, pemilihan benih, dan perawatan atau budi daya.
"Petak (kolam) harus terbebas dari kotoran yang berisiko terhadap benih yang akan dibudidayakan. Benih sendiri juga harus dipilih yang bagus, tidak ada virus, baru pengelolaan. Selama merawat juga dalam jangka tertentu dilakukan tes baik kepada udang maupun kondisi petaknya," papar pria yang juga sebagai wakil kemitraan ini.
Menurutnya, udang vaname yang dibudidayakan harus bebas dari virus yakni Infectious Myonecrosis Virus (IMNV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), dan Infectious Hypodhermal Hematophoietic Necrosis Virus (IHHNV).
"Ada empat virus yang diwaspadai. Nah, udang yang dijadikan benih di sini sudah dinyatakan bersih dari virus tersebut. Hal itu sudah dilakukan tes laboratorium dan ada surat resmi."
Satu hal yang juga diperhatikan dalam pembudidayaan udang vaname di kelompok ini adalah menggunakan sistem alamiah. Artinya, tidak menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat kimia.
"Kami tidak menggunakan bahan kimia apa pun, semuanya murni alamiah. Sebab, alamiah akan menghasilkan udang yang baik, segar, dan tidak membahayakan."
Untuk satu meter persegi, papar dia, dilakukan penebaran sekitar 100 benih udang. Sedangkan satu petak disediakan sedikitnya sembilan kincir dan satu pekerja pemberi makan.
"Kami sudah sediakan 23 unit genset kecil, satu unitnya untuk menghidupkan sembilan kincir. Tahun lalu, saat masih 12 petak, kami mengeluarkan biaya listrik sekitar Rp135 juta sampai Rp150 juta per bulan," tuturnya.
Usaha keras para petani tambak Sadewo Dadi ini membuahkan hasil yang menakjubkan. Sedikitnya 95 ton udang vaname telah dipanen dan berkesempatan mengikuti pameran tingkat internasional di Jakarta, April lalu. Saat panen itu bahkan dihadiri Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Slamet Soebjakto
"Kami masih akan mengembangkan udang vaname dengan baik untuk bisa bersaing dengan pasar internasional," tegas dia.
Sementara, Kabid Perikanan Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal Hudi Sambodo menyampaikan bahwa keberadaan Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi menjadi salah satu pembudi daya udang vaname yang siap menghadapi ketahanan pangan di masa mendatang.
"Di Kendal masih menjadi salah satu daerah budi daya udang vaname yang baik ketimbang daerah lain. Bahkan, sudah dilirik pasar Asia dan Eropa," ucapnya.
Sejauh ini, di Kabupaten Kendal ada sekitar 25 pembudi daya baik perorangan, perusahaan, dan kelompok. Sedangkan luas lahan tambak 156 hektare dengan areal 3.200 hektare. Menurutnya, tahun lalu jumlah produksi udang vaname mencapai sekitar 2.250 ton.
"Luas lahan tambak itu terbagi untuk budi daya bandeng dan udang vaname. Daerah yang produktif di Kecamatan Kaliwungu, Brangsong, Kendal, Patebon, Kangkung, Rowosari, dan Cepiring," tandasnya.
Sejumlah petani tambak memberikan makan kepada udang vaname yang dibudidayakan itu menggunakan pengapung sambil berkeliling di atas air yang bergelombang karena kincir. Sedikitnya, ada 19 petak kolam yang telah ditabur benih udang vaname. Sesekali di antaranya menyapa petani lain yang mengantarkan KORAN SINDO menyisir tambak yang berada di atas lahan seluas 33 hektare ini.
Lahan seluas itu dikelola oleh 19 petani tambak, yang fokus membudidayakan udang vaname. Mereka tergabung dalam Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi Desa Kartika Jaya.
Lilis Widayatma (45), seorang petani tambak udang vaname yang sekaligus Ketua Kelompok Tani Sadewo Dadi bersedia tukar pikiran mengenai pengelolaan udang vaname. Sambil menunjukkan tiap petak tambak, dia juga memperkenalkan petani yang tengah bekerja dengan ramah.
Menurutnya, kelompok petani tambak ini didirikan sejak 2013 dengan tujuan meningkatkan taraf hidup, terutama petani tambak. Untuk itu, program pengelolaannya membutuhkan manajemen dan ketelitian yang lebih supaya hasilnya memuaskan dan mampu bersaing, baik lokal, nasional bahkan internasional.
"Mulanya, petani tambak di sini bekerja sendiri-sendiri. Dirasa perlu diberi wadah supaya lebih terkoordinir dan hasilnya juga baik, maka muncullah kelompok yang diberi nama Sadewo Dadi," ujar Lilis.
Bukan hal mudah untuk meyakinkan para petani tambak saat itu. Namun, dengan usaha keras, sejumlah petani yang ada di sekitar Desa Kartika Jaya terpikat hati untuk bergabung. Selanjutnya, kelompok ini menggandeng sejumlah pihak untuk mendukung sebagai mitra kerja.
"Jumlah anggota ada 23 orang, 19 di antaranya yang memiliki tambak di sini, sedangkan sisanya adalah pengurus. Itu belum pegawai yang dipekerjakan, seperti pemberi makan udang dan penjaga," lanjutnya.
Kemitraan yang dibangun, menurutnya, mulai dari pemberian modal dan pemberian benih. Selain itu, kemitraan juga dilakukan dengan pemberian pendampingan terkait teknis pengelolaan udang vaname untuk mencapai hasil panen yang berkualitas.
"Saat ini, Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi sudah berjalan dengan manajemen yang baik," ungkap dia.
Pembina teknisi Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi Haryanto Wibowo mengatakan, untuk menghasilkan udang vaname yang berkualitas bukan hanya berpangku pada manajemen yang baik, melainkan membutuhkan ketelitian pengelolaan, mulai dari pembuatan petak (kolam) yang bersih, pemilihan benih, dan perawatan atau budi daya.
"Petak (kolam) harus terbebas dari kotoran yang berisiko terhadap benih yang akan dibudidayakan. Benih sendiri juga harus dipilih yang bagus, tidak ada virus, baru pengelolaan. Selama merawat juga dalam jangka tertentu dilakukan tes baik kepada udang maupun kondisi petaknya," papar pria yang juga sebagai wakil kemitraan ini.
Menurutnya, udang vaname yang dibudidayakan harus bebas dari virus yakni Infectious Myonecrosis Virus (IMNV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), dan Infectious Hypodhermal Hematophoietic Necrosis Virus (IHHNV).
"Ada empat virus yang diwaspadai. Nah, udang yang dijadikan benih di sini sudah dinyatakan bersih dari virus tersebut. Hal itu sudah dilakukan tes laboratorium dan ada surat resmi."
Satu hal yang juga diperhatikan dalam pembudidayaan udang vaname di kelompok ini adalah menggunakan sistem alamiah. Artinya, tidak menggunakan bahan-bahan yang mengandung zat kimia.
"Kami tidak menggunakan bahan kimia apa pun, semuanya murni alamiah. Sebab, alamiah akan menghasilkan udang yang baik, segar, dan tidak membahayakan."
Untuk satu meter persegi, papar dia, dilakukan penebaran sekitar 100 benih udang. Sedangkan satu petak disediakan sedikitnya sembilan kincir dan satu pekerja pemberi makan.
"Kami sudah sediakan 23 unit genset kecil, satu unitnya untuk menghidupkan sembilan kincir. Tahun lalu, saat masih 12 petak, kami mengeluarkan biaya listrik sekitar Rp135 juta sampai Rp150 juta per bulan," tuturnya.
Usaha keras para petani tambak Sadewo Dadi ini membuahkan hasil yang menakjubkan. Sedikitnya 95 ton udang vaname telah dipanen dan berkesempatan mengikuti pameran tingkat internasional di Jakarta, April lalu. Saat panen itu bahkan dihadiri Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Slamet Soebjakto
"Kami masih akan mengembangkan udang vaname dengan baik untuk bisa bersaing dengan pasar internasional," tegas dia.
Sementara, Kabid Perikanan Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal Hudi Sambodo menyampaikan bahwa keberadaan Kelompok Tani Tambak Sadewo Dadi menjadi salah satu pembudi daya udang vaname yang siap menghadapi ketahanan pangan di masa mendatang.
"Di Kendal masih menjadi salah satu daerah budi daya udang vaname yang baik ketimbang daerah lain. Bahkan, sudah dilirik pasar Asia dan Eropa," ucapnya.
Sejauh ini, di Kabupaten Kendal ada sekitar 25 pembudi daya baik perorangan, perusahaan, dan kelompok. Sedangkan luas lahan tambak 156 hektare dengan areal 3.200 hektare. Menurutnya, tahun lalu jumlah produksi udang vaname mencapai sekitar 2.250 ton.
"Luas lahan tambak itu terbagi untuk budi daya bandeng dan udang vaname. Daerah yang produktif di Kecamatan Kaliwungu, Brangsong, Kendal, Patebon, Kangkung, Rowosari, dan Cepiring," tandasnya.
(zik)