Minim Pengetahuan, Nelayan Garut Kerap Menjual Peralatan Canggih
A
A
A
GARUT - Sekjen Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Garut Lukman Nurhakim, meminta pemerintah memberikan sejumlah pelatihan kepada para nelayan. Menurut Lukman, pengetahuan nelayan Garut untuk mencari ikan masih sangat tradisional.
"Keterbatasan SDM menjadi kendala lain para nelayan Garut. Karena masih tradisional, hasil tangkapan ikan yang menjadi pendapatan mereka pun masih sangat minim. Berbeda dengan para nelayan di negara maju. Penghasilan mereka besar karena didukung teknologi dan pengetahuan," kata Lukman, Rabu (29/10/2014).
Dia tak menampik para nelayan di Garut kerap kali mendapat sejumlah bantuan dari pemerintah, terutama berupa kapal dan peralatan-peralatan canggih untuk keperluan melaut. Sejumlah kapal besar dengan ukuran lebih dari 5 GT berikut peta dan alat-alat modern seperti GPS dan fish finders (alat navigasi untuk menentukan lokasi ikan) pernah diberikan ke nelayan.
"Namun, tanpa adanya pelatihan, para nelayan tidak tahu caranya mengoperasikan alat-alat yang khususnya terbilang canggih. Alat seperti GPS misalnya, terbilang ringan dan mudah dibawa karena bentuknya seperti HP. Sementara fish finders, rumit. Selain itu, alatnya besar dan harus disetel dulu di perahu jika akan dibawa. Karena tidak tahu cara menggunakannya, mereka menilai alat ini terlalu ribet untuk diaplikasikan," paparnya.
Lukman mengaku sering mendengar, alat fish finders yang diterima para nelayan malah berada di tangan orang lain. Kenyataan itu merupakan dampak langsung dari minimnya pengetahuan mereka dalam menggunakan alat canggih.
"Sudah sering ada yang menanyakan, di mana fish finders yang baru diterima. Nelayan ini bilang silakan saja alatnya saya bawa, asal diganti dengan uang. Mereka mengaku tidak mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Itu alasan utama kenapa mereka menjualnya. Padahal sebenarnya alat ini bisa membimbing nelayan ke lokasi atau tempat yang banyak ikannya," ungkapnya.
Dengan adanya contoh tadi, Lukman meminta agar pemerintah tidak hanya memberikan bantuan berupa peralatan, melainkan juga berikut ilmu dan tata cara penggunaannya.
"Lebih baik beri nelayan pengetahuan dan pelatihan. Transfer ilmunya jangan dilakukan di hotel atau di mana gitu, tapi langsung ke sini. Di pinggir laut atau di TPI misalnya. Biar langsung dipraktikkan."
"Keterbatasan SDM menjadi kendala lain para nelayan Garut. Karena masih tradisional, hasil tangkapan ikan yang menjadi pendapatan mereka pun masih sangat minim. Berbeda dengan para nelayan di negara maju. Penghasilan mereka besar karena didukung teknologi dan pengetahuan," kata Lukman, Rabu (29/10/2014).
Dia tak menampik para nelayan di Garut kerap kali mendapat sejumlah bantuan dari pemerintah, terutama berupa kapal dan peralatan-peralatan canggih untuk keperluan melaut. Sejumlah kapal besar dengan ukuran lebih dari 5 GT berikut peta dan alat-alat modern seperti GPS dan fish finders (alat navigasi untuk menentukan lokasi ikan) pernah diberikan ke nelayan.
"Namun, tanpa adanya pelatihan, para nelayan tidak tahu caranya mengoperasikan alat-alat yang khususnya terbilang canggih. Alat seperti GPS misalnya, terbilang ringan dan mudah dibawa karena bentuknya seperti HP. Sementara fish finders, rumit. Selain itu, alatnya besar dan harus disetel dulu di perahu jika akan dibawa. Karena tidak tahu cara menggunakannya, mereka menilai alat ini terlalu ribet untuk diaplikasikan," paparnya.
Lukman mengaku sering mendengar, alat fish finders yang diterima para nelayan malah berada di tangan orang lain. Kenyataan itu merupakan dampak langsung dari minimnya pengetahuan mereka dalam menggunakan alat canggih.
"Sudah sering ada yang menanyakan, di mana fish finders yang baru diterima. Nelayan ini bilang silakan saja alatnya saya bawa, asal diganti dengan uang. Mereka mengaku tidak mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Itu alasan utama kenapa mereka menjualnya. Padahal sebenarnya alat ini bisa membimbing nelayan ke lokasi atau tempat yang banyak ikannya," ungkapnya.
Dengan adanya contoh tadi, Lukman meminta agar pemerintah tidak hanya memberikan bantuan berupa peralatan, melainkan juga berikut ilmu dan tata cara penggunaannya.
"Lebih baik beri nelayan pengetahuan dan pelatihan. Transfer ilmunya jangan dilakukan di hotel atau di mana gitu, tapi langsung ke sini. Di pinggir laut atau di TPI misalnya. Biar langsung dipraktikkan."
(zik)