Habib Rizieq Tuding Pendemo FPI di Tulungagung Preman
A
A
A
TULUNGAGUNG - Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) DR Al-Habib Muhammad Rizieq tidak menggubris suara ratusan massa yang menolak berdirinya FPI dan kedatangannya di Tulungagung.
Bagi Rizieq, demonstrasi anti-FPI adalah hal biasa. Pada umumnya, yang tidak suka dengan FPI itu, berasal dari kalangan preman, mucikari, dan pelaku prostitusi.
“Saya tidak kaget kalau ditolak. Biasanya kalau di daerah lain, mereka yang menolak berasal dari golongan germo, prostitusi, preman, pemilik kafe, dan misionaris," ujar Habib Rizieq, usai memberikan tausiah Halaqoh Aswaja (Ahlu Sunnah Waljamaah) yang digelar FPI Tulungagung, di Gedung Balai Rakyat Kota Tulungagung, Selasa (28/10/2014).
Lebih lanjut, Habib yang pernah berseteru keras dengan almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mencecar balik awak media yang bertanya apakah FPI menuding warga Tulungagung yang demo adalah dari golongan preman, dan pelaku prostitusi.
“Apakah di sini termasuk golongan seperti di daerah lain itu? Tentu anda sebagai media sudah tahu,“ cetusnya.
Faktanya, sekitar ratusan massa yang tergabung dengan nama Aliansi Masyarakat Tulungagung Cinta Damai (AMTCD) tidak menginginkan FPI bercokol di bumi Tulungagung.
Aksi massa yang sebagian besar berlatar belakang komunitas warung kopi dan tempat hiburan tersebut merupakan demo lanjutan sebelumnya. Rizieq mengaku, bisa memahami demo penolakan warga selama alasannya rasional dan prosedural. Menurutnya, penyampaian pendapat pendapat di muka umum sebagai bagian dari demokrasi.
Namun begitu, dia mengingatkan media massa untuk berdiri obyektif dan proporsional. Utamanya, terkait penyampaian fakta ke publik, bahwa kehadiran FPI di Tulungagung bisa diterima umat lain yang jumlahnya lebih besar dibanding massa yang demo.
“FPI tidak asal berbuat anarkis. Sebab FPI memiliki standar prosedur perjuangan. Dalam rangka amar makruf nahi mungkar ada tahapan gerakan mulai menerima laporan, investigasi, dakwah hingga nonligitasi termasuk demonstrasi," bebernya.
Bagi Rizieq, demonstrasi anti-FPI adalah hal biasa. Pada umumnya, yang tidak suka dengan FPI itu, berasal dari kalangan preman, mucikari, dan pelaku prostitusi.
“Saya tidak kaget kalau ditolak. Biasanya kalau di daerah lain, mereka yang menolak berasal dari golongan germo, prostitusi, preman, pemilik kafe, dan misionaris," ujar Habib Rizieq, usai memberikan tausiah Halaqoh Aswaja (Ahlu Sunnah Waljamaah) yang digelar FPI Tulungagung, di Gedung Balai Rakyat Kota Tulungagung, Selasa (28/10/2014).
Lebih lanjut, Habib yang pernah berseteru keras dengan almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mencecar balik awak media yang bertanya apakah FPI menuding warga Tulungagung yang demo adalah dari golongan preman, dan pelaku prostitusi.
“Apakah di sini termasuk golongan seperti di daerah lain itu? Tentu anda sebagai media sudah tahu,“ cetusnya.
Faktanya, sekitar ratusan massa yang tergabung dengan nama Aliansi Masyarakat Tulungagung Cinta Damai (AMTCD) tidak menginginkan FPI bercokol di bumi Tulungagung.
Aksi massa yang sebagian besar berlatar belakang komunitas warung kopi dan tempat hiburan tersebut merupakan demo lanjutan sebelumnya. Rizieq mengaku, bisa memahami demo penolakan warga selama alasannya rasional dan prosedural. Menurutnya, penyampaian pendapat pendapat di muka umum sebagai bagian dari demokrasi.
Namun begitu, dia mengingatkan media massa untuk berdiri obyektif dan proporsional. Utamanya, terkait penyampaian fakta ke publik, bahwa kehadiran FPI di Tulungagung bisa diterima umat lain yang jumlahnya lebih besar dibanding massa yang demo.
“FPI tidak asal berbuat anarkis. Sebab FPI memiliki standar prosedur perjuangan. Dalam rangka amar makruf nahi mungkar ada tahapan gerakan mulai menerima laporan, investigasi, dakwah hingga nonligitasi termasuk demonstrasi," bebernya.
(san)