PSS-PSIS Terancam Diskualifikasi
A
A
A
YOGYAKARTA - Nila setitik, rusak susu sebelanga. Pepatah itu layak ditujukan ke PSS Sleman dan PSIS Semarang lewat sepakbola gajah yang mereka peragakan di laga pemungkas grup N babak delapan besar Divisi Utama.
Kedua tim mempertontonkan sepakbola gajah yang berakhir 3- 2 untuk kemenangan tuan rumah. Perjuangan kedua tim yang tak kenal lelah hingga masuk ke laga pamungkas grup N, justru dirusak oleh permainan tidak sportif. Kedua tim pun terancam kena skorsing, diskualifikasi hukuman terberat dibubarkan.
CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono dalam laman resmi Liga Indonesia menyebut akan melakukan investigasi mendalam. Tujuannya untuk memproteksi integritas sepakbola dari upaya mencederai fair play. “Kejadian seperti ini yang telah melanggar fair play kompetisi, bisa berbuah skorsing hingga diskualifikasi dari kompetisi,” tegas Joko.
Ketua Komisi Disiplin PSSI Hinca Panjaitan pun memastikan segera menggelar sidang untuk membahas persoalan ini. “Besok (hari ini) kita sidang. Hasilnya seperti apa, tunggu besok saja,” ucap Hinca.
Pengamat Sepakbola, Zen Rahmat Sugito menilai yang terjadi pada laga antara PSS kontra PSIS merupakan salah satu keliaran yang ada di Divisi Utama. Keliaran ini, kata dia, sudah bersifat massif dan terstruktur. “Ada keliaran yang massif dan terstruktur di Divisi Utama. Dalam dua pekan misalnya ada suporter yang tewas. Apa yang terjadi di lapangan AAU sangat berhubungan dengan keliaran-keliaran yang ada di Divisi Utama. Keliaran itu yang membuat banyak sekali keanehan,” ujar Zen.
Soal adanya dugaan pengaturan laga, Zen mengatakan kedua tim seharusnya tak perlu takut untuk berhadapan dengan siapapun bahkan dengan tim yang dianakemaskan. Kedua tim, lanjut Zen, bisa belajar banyak pada Persibo Bojonegoro tahun 2010 saat mengarungi delapan besar Liga Joss Indonesia.
“Belajar dari Persibo Bojonegoro tahun 2010. Mereka di delapan besar dikerjain habis-habisan sama wasit. Mulai dari dikasari tapi wasit diam sampai di curangi dengan banyak penalti. Waktu di final, mereka juga dikerjain. Tapi para pemain berjuang, sampai akhirnya mereka juara,” jelasnya.
Dia menambahkan, akbat perilaku tidak sportif yang dilakukan kedua tim, maka keduanya layak mendapatkan hukuman keras berupa diskualifikasi. “Mereka layak mendapat kan itu,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur PT PSS Supardjiono justru me minta pengusutan tuntas tidak saja pa da pertandingan yang melibat kan PSS-PSIS, melainkan seluruh kasus sejak awal kompetisi. Ini berkaitan dengan isu adanya tim promosi yang sudah diskenario sejak awal. “Kemarin sebenarnya sudah mau tampil fight tapi PSIS sama sekali tidak mau menyerang sehingga PSS ingin membuktikan apa benar ada skenario itu,” ki lahnya.
Pada laga yang berlangsung Ming gu (26/10) sore di Stadion Sasana Krida AAU, kedua tim tak melakukan tekanan dan hanya saling kontrol bola saja di area pertahanan. Bahkan hanya sesekali saja, para pemain kedua tim berlari mengejar bola.
Ini terulang di babak kedua. Menit ke 86, Hermawan Putra Jati melakukan tendangan jarak jauh ke gawangnya yang dijaga oleh Riyono. Gol bunuh diri mengubah skor menjadi 0-1 untuk keunggulan PSIS.
Selang satu menit kemudian, gelandang bertahan PSS, Agus Awang Setyawan kembali melakukan gol bunuh diri. Menit ke- 90, PSIS berbalik melakukan gol bunuh diri melalui Fadli Manan.
Di babak perpanjangan waktu, PSIS kembali melakukan dua gol bunuh diri oleh pemain belakangnya, Komaedi. Membuat skor berubah menjadi 3-2 untuk kemenangan PSS.
Sodik
Kedua tim mempertontonkan sepakbola gajah yang berakhir 3- 2 untuk kemenangan tuan rumah. Perjuangan kedua tim yang tak kenal lelah hingga masuk ke laga pamungkas grup N, justru dirusak oleh permainan tidak sportif. Kedua tim pun terancam kena skorsing, diskualifikasi hukuman terberat dibubarkan.
CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono dalam laman resmi Liga Indonesia menyebut akan melakukan investigasi mendalam. Tujuannya untuk memproteksi integritas sepakbola dari upaya mencederai fair play. “Kejadian seperti ini yang telah melanggar fair play kompetisi, bisa berbuah skorsing hingga diskualifikasi dari kompetisi,” tegas Joko.
Ketua Komisi Disiplin PSSI Hinca Panjaitan pun memastikan segera menggelar sidang untuk membahas persoalan ini. “Besok (hari ini) kita sidang. Hasilnya seperti apa, tunggu besok saja,” ucap Hinca.
Pengamat Sepakbola, Zen Rahmat Sugito menilai yang terjadi pada laga antara PSS kontra PSIS merupakan salah satu keliaran yang ada di Divisi Utama. Keliaran ini, kata dia, sudah bersifat massif dan terstruktur. “Ada keliaran yang massif dan terstruktur di Divisi Utama. Dalam dua pekan misalnya ada suporter yang tewas. Apa yang terjadi di lapangan AAU sangat berhubungan dengan keliaran-keliaran yang ada di Divisi Utama. Keliaran itu yang membuat banyak sekali keanehan,” ujar Zen.
Soal adanya dugaan pengaturan laga, Zen mengatakan kedua tim seharusnya tak perlu takut untuk berhadapan dengan siapapun bahkan dengan tim yang dianakemaskan. Kedua tim, lanjut Zen, bisa belajar banyak pada Persibo Bojonegoro tahun 2010 saat mengarungi delapan besar Liga Joss Indonesia.
“Belajar dari Persibo Bojonegoro tahun 2010. Mereka di delapan besar dikerjain habis-habisan sama wasit. Mulai dari dikasari tapi wasit diam sampai di curangi dengan banyak penalti. Waktu di final, mereka juga dikerjain. Tapi para pemain berjuang, sampai akhirnya mereka juara,” jelasnya.
Dia menambahkan, akbat perilaku tidak sportif yang dilakukan kedua tim, maka keduanya layak mendapatkan hukuman keras berupa diskualifikasi. “Mereka layak mendapat kan itu,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur PT PSS Supardjiono justru me minta pengusutan tuntas tidak saja pa da pertandingan yang melibat kan PSS-PSIS, melainkan seluruh kasus sejak awal kompetisi. Ini berkaitan dengan isu adanya tim promosi yang sudah diskenario sejak awal. “Kemarin sebenarnya sudah mau tampil fight tapi PSIS sama sekali tidak mau menyerang sehingga PSS ingin membuktikan apa benar ada skenario itu,” ki lahnya.
Pada laga yang berlangsung Ming gu (26/10) sore di Stadion Sasana Krida AAU, kedua tim tak melakukan tekanan dan hanya saling kontrol bola saja di area pertahanan. Bahkan hanya sesekali saja, para pemain kedua tim berlari mengejar bola.
Ini terulang di babak kedua. Menit ke 86, Hermawan Putra Jati melakukan tendangan jarak jauh ke gawangnya yang dijaga oleh Riyono. Gol bunuh diri mengubah skor menjadi 0-1 untuk keunggulan PSIS.
Selang satu menit kemudian, gelandang bertahan PSS, Agus Awang Setyawan kembali melakukan gol bunuh diri. Menit ke- 90, PSIS berbalik melakukan gol bunuh diri melalui Fadli Manan.
Di babak perpanjangan waktu, PSIS kembali melakukan dua gol bunuh diri oleh pemain belakangnya, Komaedi. Membuat skor berubah menjadi 3-2 untuk kemenangan PSS.
Sodik
(ftr)