Sungai Cilamaya Tercemar, Ribuan Hektare Sawah Rusak

Senin, 27 Oktober 2014 - 15:10 WIB
Sungai Cilamaya Tercemar, Ribuan Hektare Sawah Rusak
Sungai Cilamaya Tercemar, Ribuan Hektare Sawah Rusak
A A A
SUBANG - Ribuan hektare areal persawahan di empat kecamatan di Kabupaten Subang, yakni Pabuaran, Cipeundeuy, Patokbeusi, dan Blanakan, rusak. Sebab, sawah-sawah tersebut diairi Sungai Cilamaya yang telah tercemar limbah berbahaya dari sejumlah pabrik di kawasan Purwakarta, Subang, dan Karawang (purwasuka).

Kerusakan tersebut mengakibatkan ribuan hektare sawah itu terancam puso, sehingga bisa menimbulkan kerugian besar bagi para petani.

Petani Desa Cihambulu, Kecamatan Pabuaran, Tajudin (50), mengaku tidak punya pilihan lain untuk mengairi lahan sawahnya yang kekeringan selain mengambil air dari Sungai Cilamaya. Namun, akibat sungai tercemar limbah, dirinya terpaksa harus merugi karena sawahnya rusak.

"Tadinya saya pengin nyelamatin sawah yang kekeringan. Karena Sungai Cilamaya sumber air satu-satunya yang masih ada, saya bersama petani lainnya terpaksa ambil air dari sungai itu. Tapi celakanya, karena pencemaran sungainya makin parah, tanaman padi saya malah rusak. Saya bisa gagal panen," keluhnya kepada KORAN SINDO, Senin (27/10/2014).

Petani lainnya asal Dusun Grinting, Desa Cilamaya Girang, Kecamatan Blanakan, Kadafi (55), menyebut air sungai yang tercemar tidak hanya merusak tanaman padi, tapi juga menimbulkan sejumlah penyakit seperti gatal-gatal dan gangguan pernapasan. Bahkan, ratusan hektare tambak ikan dan udang di kawasan Blanakan turut rusak.

"Air sungainya hitam pekat kayak oli bekas, baunya bikin pusing. Banyak warga di sini menderita sesak napas gara-gara menghirup bau itu," tuturnya.

Kepala Desa Cihambulu, Kecamatan Pabuaran Hasan Abdul Munir mengatakan, setiap musim kemarau pencemaran sungai terlihat sangat kentara. Air berwarna hitam pekat dan berbau busuk. Dia memastikan, pencemaran bersumber dari limbah sejumlah pabrik di kawasan purwasuka.

"Sekarang ini air sungainya makin pekat, lengket, dan berbau sangat busuk. Enggak ada lagi kehidupan di sungai itu. Hektaran tanaman padi pun rusak karena pengairannya mengambil dari sungai tersebut."

Terpisah, saat dikonfirmasi lewat ponselnya, Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Subang Nano Sumpena mengakui, pencemaran yang menimpa Sungai Cilamaya seolah sudah menjadi 'penyakit tahunan' yang rutin mencapai puncaknya setiap memasuki musim kemarau.

Untuk mengatasi ini, pihaknya sudah berkali-kali berkoordinasi dengan Pemprov Jabar dengan melibatkan dua pemkab tetangga, yakni Pemkab Karawang dan Purwakarta.

"Untuk mengatasi pencemaran ini, kami enggak mungkin bertindak sendiri. Sebab, penanganannya harus libatkan Purwakarta dan Karawang, karena sungai ini melintasi tiga daerah, yakni purwasuka. Terlebih, pabrik-pabrik yang diduga berkontribusi pada pencemaran juga tersebar di tiga kabupaten tersebut. Jadi, penanganannya harus kerja sama," pungkas Nano.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5033 seconds (0.1#10.140)