Lanud Adisutjipto Merasa Tak Dilibatkan
A
A
A
SLEMAN - Pangkalan udara (Lanud) Adisutjipto sebagai pembina olahraga dirgantara berencana akan melakukan klarifikasi kepada otoritas bandara wilayah timur, soal rencana penutupan landasan pesawat Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) DIY di Parangtritis. Sebab, terkait masalah ini, lanud belum pernah dilibatkan, terutama yang menyangkut aspek- aspek penerbangan dan kedirgantaraan.
Wacana penutupan tersebut, terkait pembangunan bandara baru di Kulonprogo. Dikhawatirkan, landasan di Parangtritis nantinya akan mengganggu penerbangan pesawat dari bandara tersebut. "Wacana itu harus dikaji dari berbagai aspek. Karena itu kami akan melakukan klarifikasi mengapa tidak dilibatkan," ungkap Danlanud Adisutjipto Marsma TNI Yadi Indrayadi Sutanandika usai melepas peserta ujian lisensi pilot FASI DIY ke Malang di lanud setempat, kemarin.
Yadi mengatakan, sesuai ketentuan, landasan yang mengganggu penerbangan yaitu dari ujung landasan bandara dengan landasan terdekat berjarak 15 mil. Padahal, jarak bandara Kulonprogo dengan landasan di Parangtritis 27 mil. Sehingga dengan melihat kondisi ini, jelas tidak akan mengganggu. "Selain itu, ketinggian pesawat FASI, juga tidak akan overlaping, sebab untuk ketinggian penerbangan di sekitar Parangtritis di bawah 500 kaki. Sehingga, bila dilihat dari ujung landasan baru dengan Parangtritis, ketinggian pesawat dari bandara baru di atas 1.000-1.500 kaki," ucapnya.
Menurut Yadi, dengan melihat fakta tersebut, selain mengkaji ulang, juga harus ada solusi lain. Sehingga eksistensi olahraga dirgantara tetap dapat terjaga. Apalagi, DIY juga merupakan pusat olahraga di Indonesia. Untuk itu, perlu pembahasan bersama untuk memecahkan masalah ini."Bila landasan itu ditutup bukan saja akan berdampak pada perkembangan olahraga dirgantara, namun juga kepariwisataan di DIY," paparnya.
Ketua olahraga dirgantara maikrolet FASI DIY Arif Efendi mengatakan, bila landasan FASI di Parangtritis ditutup, akan sangat sulit mencari tempat pengganti bahkan dapat dikatakan landasan itu tidak bisa tergantikan.
Sebab, hanya landasan tersebut yang bisa digunakan untuk aktivitas olahraga kedirgantaraan. Seperti untuk paralayang, paramotor, training gantole, maupun untuk landasan pesawat FASI bermesin.
"Karena itu, saya tidak mengerti mengapa landasan Parangtritis harus ditutup, padahal dari segi jarak terbang tidak mengganggu dengan aktivitas bandara baru nanti. Termasuk belum ada koordinasi baik dengan FASI maupun lanud," ucapnya.
Priyo setyawan
SABTU 25 OKTOBER 2014
Wacana penutupan tersebut, terkait pembangunan bandara baru di Kulonprogo. Dikhawatirkan, landasan di Parangtritis nantinya akan mengganggu penerbangan pesawat dari bandara tersebut. "Wacana itu harus dikaji dari berbagai aspek. Karena itu kami akan melakukan klarifikasi mengapa tidak dilibatkan," ungkap Danlanud Adisutjipto Marsma TNI Yadi Indrayadi Sutanandika usai melepas peserta ujian lisensi pilot FASI DIY ke Malang di lanud setempat, kemarin.
Yadi mengatakan, sesuai ketentuan, landasan yang mengganggu penerbangan yaitu dari ujung landasan bandara dengan landasan terdekat berjarak 15 mil. Padahal, jarak bandara Kulonprogo dengan landasan di Parangtritis 27 mil. Sehingga dengan melihat kondisi ini, jelas tidak akan mengganggu. "Selain itu, ketinggian pesawat FASI, juga tidak akan overlaping, sebab untuk ketinggian penerbangan di sekitar Parangtritis di bawah 500 kaki. Sehingga, bila dilihat dari ujung landasan baru dengan Parangtritis, ketinggian pesawat dari bandara baru di atas 1.000-1.500 kaki," ucapnya.
Menurut Yadi, dengan melihat fakta tersebut, selain mengkaji ulang, juga harus ada solusi lain. Sehingga eksistensi olahraga dirgantara tetap dapat terjaga. Apalagi, DIY juga merupakan pusat olahraga di Indonesia. Untuk itu, perlu pembahasan bersama untuk memecahkan masalah ini."Bila landasan itu ditutup bukan saja akan berdampak pada perkembangan olahraga dirgantara, namun juga kepariwisataan di DIY," paparnya.
Ketua olahraga dirgantara maikrolet FASI DIY Arif Efendi mengatakan, bila landasan FASI di Parangtritis ditutup, akan sangat sulit mencari tempat pengganti bahkan dapat dikatakan landasan itu tidak bisa tergantikan.
Sebab, hanya landasan tersebut yang bisa digunakan untuk aktivitas olahraga kedirgantaraan. Seperti untuk paralayang, paramotor, training gantole, maupun untuk landasan pesawat FASI bermesin.
"Karena itu, saya tidak mengerti mengapa landasan Parangtritis harus ditutup, padahal dari segi jarak terbang tidak mengganggu dengan aktivitas bandara baru nanti. Termasuk belum ada koordinasi baik dengan FASI maupun lanud," ucapnya.
Priyo setyawan
SABTU 25 OKTOBER 2014
(bbg)