Bantul Gratiskan Warga Kawin Suntik Sapi

Rabu, 22 Oktober 2014 - 16:53 WIB
Bantul Gratiskan Warga Kawin Suntik Sapi
Bantul Gratiskan Warga Kawin Suntik Sapi
A A A
BANTUL - Untuk meningkatkan ketersediaan sapi lokal di Kabupaten Bantul, Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Bantul melakukan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik gratis, kecuali bagi para pebisnis.

Plt Dispertahut Bantul Partogi Pakpahan mengatakan, IB gratis ini merupakan upaya dari Dispertahut Bantul mempertahankan jenis sapi lokal Peranakan Ongole (PO) yang saat ini jumlahnya terus menurun. Sapi-sapi milik warga akan mendapatkan bibit dari IB gratis, dengan jenis sapi putih PO yang memang memiliki berbagai keunggulan.

“Saat ini populasi sapi kita memang sangat sedikit,” terangnya, kepada wartawan, Rabu (22/10/2014).

Partogi mengklaim, saat ini stok sapi di Bantul, hanya sekitar 51 ribu ekor dengan asumsi 40 ribu, di antaranya merupakan sapi betina. Dengan adanya IB gratis tersebut, maka diharapkan pasokan dan stok sapi semakin meningkat dan mampu memenuhi kebutuhan sapi di daerah, bahkan bisa diekspor ke luar daerah, seperti di Jakarta.

Partogi menargetkan, tahun 2017 akan ada MOU atau kerjasama antara Bantul dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Bantul akan menjadi pemasok utama sapi ke DKI Jakarta, dan harapannya, Bantul juga mampu swasembada sapi.

“Kami mentargetkan produksi sapi dua kali lipat dari tahun ini,” tandasnya.

Menanggapi hal itu, Bupati Bantul Sri Suryawidati mengaku, pihaknya mendukung penuh apa yang dilakukan oleh Dispertahut Bantul, untuk menambah pasokan sapi. Karena selama ini, Ida sapaannya mengaku, kekurangan pasokan sapi, bahkan kini bibit-bibit sapi sudah sangat susah untuk ditemukan, karena regenerasi sapi masih kurang.

“Harapannya, ada swasembada sapi nantinya,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Pedagang Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) Pleret Ilham Ahmadi menilai, selama ini program sapi produktif yang digaungkan oleh pemerintah gagal total. Alih-alih menambah jumlah sapi, justru jumlah sapi menyusut.

Akibatnya, sapi-sapi produktif (biasanya betina) justru banyak disembelih. Imbasnya, regenerasi sapi di Kabupaten Bantul mulai mengalami kendala.

Menurutnya, penyembelihan sapi betina produktif terus terjadi, bahkan melebihi jumlah sapi pejantan. Hal ini menunjukkan program sapi produktif yang dikembangkan pemerintah gagal. PPDSS menyebut, setidaknya 70-90% sapi yang disembelih di Bantul, merupakan sapi betina produktif.

“Bagaimana bisa swasembada sapi, wong sapi produktif saja disembelih,” ungkapnya.

Menurut Ilham, tidak adanya pengawasan dan pembinaan secara intens terhadap program sapi produktif ini, mengakibatkan program ini gagal. Tak hanya itu, pemerintah hanya sekedar meluncurkan program, namun ketiadaan punish and reward menjadikan program ini bagaikan omong kosong semata.

Padahal, program sapi produktif ini merupakan amanah Undang-undang (UU) Tentang Kehewanan. Dalam UU tersebut, dilarang penyembelihan sapi betina, kecuali hewan tersebut sudah tak lagi dapat bereproduksi.

Selama ini, lanjut Ilham, baik peternak maupun pedagang, terpaksa menyembelih sapi betina, karena sapi semakin langka, terlebih sapi pejantan.

"Selain karena sapi pejantan yang awalnya memang paling sering dimanfaatkan, misalnya dijadikan hewan kurban saat Idul Adha, program pembibitan sapi kini tak berjalan maksimal," tukasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7815 seconds (0.1#10.140)