Peringatan 5 Tahun Gempa Bumi di Sumatera Barat
A
A
A
PADANG - Gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR), di Sumatera Barat, pada 30 September 2009, merupakan bencana besar yang tidak akan terlupakan. Berbagai kenangan yang menyayat hati mengenai peristiwa itu masih berbekas hingga kini.
Gempa yang meluluhlantakan ranah minang, itu terjadi pada pukul 17.16 WIB, dilepas pantai Sumatera, sekitar 50 Km barat laut Kota Padang. Sebanyak 1.128 orang dinyatakan tewas dalam peristiwa itu.
Seluruh korban jiwa terdapat di tiga kota, dan empat kabupaten, di Sumbar. Ribuan rumah warga mengalami rusak berat, sedang, dan ringan. Saat itu, situasi sangat memperihatinkan.
Lima tahun telah berlalu, masyarakat Sumbar, telah bangkit dari keterpurukan. Berjuta harapan pun kembali dibangun. Kendati syok akibat peristiwa itu terus membekas dalam ingatan. Kehidupan harus terus berjalan.
Sadar dengan kenangan pahit warganya, Pemerintah Kota (Pemkot) Padang mengambil inisiatif mendirikan tugu dan museum gempa, pada 30 September 2010, di Jalan Bundo Kanduang, Kota Padang. Di tugu ini, kenangan pahit masyarakat dikubur. Terdapat sebanyak 1.128 nama korban jiwa akibat gempa 7,6 SR yang diukir di monumen ini.
Tak jarang, setiap tahunnya, monumen ini didatangi oleh keluarga korban gempa. Termasuk kalangan jurnalis di Sumbar yang datang ke lokasi ini guna mengenang keluarga, rekan, dan saudara mereka yang meninggal akibat peristiwa tersebut.
Begitu juga di museum gempa, sebanyak 50 ribu foto disimpan di dalam museum gempa ini yang menggambarkan betapa dahsyatnya bencana alam yang menimpa ranah minang kala itu.
Monumen ini selain untuk membangun tradisi tulisan, juga meninggalkan catatan fakta sejarah, kala semua bangunan sudah direhab atau diganti, ketika musim berubah dan jalan pikiran beralih dari monumen tersebut.
Melalui tugu dan monumen itu, diharapkan para generasi yang akan datang dapat melihat semangat masyarakat Sumbar untuk bangkit dari keterpurukan pasca gempa.
Gempa yang meluluhlantakan ranah minang, itu terjadi pada pukul 17.16 WIB, dilepas pantai Sumatera, sekitar 50 Km barat laut Kota Padang. Sebanyak 1.128 orang dinyatakan tewas dalam peristiwa itu.
Seluruh korban jiwa terdapat di tiga kota, dan empat kabupaten, di Sumbar. Ribuan rumah warga mengalami rusak berat, sedang, dan ringan. Saat itu, situasi sangat memperihatinkan.
Lima tahun telah berlalu, masyarakat Sumbar, telah bangkit dari keterpurukan. Berjuta harapan pun kembali dibangun. Kendati syok akibat peristiwa itu terus membekas dalam ingatan. Kehidupan harus terus berjalan.
Sadar dengan kenangan pahit warganya, Pemerintah Kota (Pemkot) Padang mengambil inisiatif mendirikan tugu dan museum gempa, pada 30 September 2010, di Jalan Bundo Kanduang, Kota Padang. Di tugu ini, kenangan pahit masyarakat dikubur. Terdapat sebanyak 1.128 nama korban jiwa akibat gempa 7,6 SR yang diukir di monumen ini.
Tak jarang, setiap tahunnya, monumen ini didatangi oleh keluarga korban gempa. Termasuk kalangan jurnalis di Sumbar yang datang ke lokasi ini guna mengenang keluarga, rekan, dan saudara mereka yang meninggal akibat peristiwa tersebut.
Begitu juga di museum gempa, sebanyak 50 ribu foto disimpan di dalam museum gempa ini yang menggambarkan betapa dahsyatnya bencana alam yang menimpa ranah minang kala itu.
Monumen ini selain untuk membangun tradisi tulisan, juga meninggalkan catatan fakta sejarah, kala semua bangunan sudah direhab atau diganti, ketika musim berubah dan jalan pikiran beralih dari monumen tersebut.
Melalui tugu dan monumen itu, diharapkan para generasi yang akan datang dapat melihat semangat masyarakat Sumbar untuk bangkit dari keterpurukan pasca gempa.
(san)