Bahaya Anak Hafal Lagu-lagu Dewasa
A
A
A
MALANG - Fenomena anak-anak yang hafal dan fasih lagu-lagu dewasa bernuansa dangdut koplo dan bertema percintaan, sangat mempengaruhi perkembangan pskologis anak.
Menurut Psikolog Anak dan Remaja Dian Fitriaswaty, anak adalah peniru ulung dan di masa anak-anak, segala informasi begitu mudah diserap. Jika lagu-lagu yang dinyanyikan berlirik dengan yang tidak mendidik tentu sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya anak.
Menurut Dian, anak akan belajar kata-kata yang seharusnya hanya pantas diucapkan orang dewasa seperti kata-kata di dalam lirik lagu-lagu cinta yang marak di Indonesia.
"Bahayanya anak akan mudah menerapkan romantisme di usianya yang belum pantas untuk itu," kata Dian, Psikolog di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Selasa (23/9/2014).
Perempuan yang juga pernah mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang ini mengingatkan, orangtua agar membatasi aktivitas menonton televisi untuk anak. Orangtua, katanya, harus selektif terhadap tayangan-tayangan yang bisa ditonton anak.
Idealnya, anak harus memiliki banyak aktivitas fisik untuk mengasah berbagai perkembangan psikologisnya. Di antaranya berupa permaianan-permainan fisik, olahraga, kesenian, yang seharusnya mendominasi aktivitas anak di luar sekolah. "Bukan banyak menonton televisi," katanya.
Untuk meminimalisir pengaruh lagu-lagu dewasa, anak-anak juga harus diperbanyak bermain yang edukatif dan kenalkan juga lagu-lagu anak-anak yang populer dengan mendownload atau beli kasetnya.
Menurut Psikolog Anak dan Remaja Dian Fitriaswaty, anak adalah peniru ulung dan di masa anak-anak, segala informasi begitu mudah diserap. Jika lagu-lagu yang dinyanyikan berlirik dengan yang tidak mendidik tentu sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya anak.
Menurut Dian, anak akan belajar kata-kata yang seharusnya hanya pantas diucapkan orang dewasa seperti kata-kata di dalam lirik lagu-lagu cinta yang marak di Indonesia.
"Bahayanya anak akan mudah menerapkan romantisme di usianya yang belum pantas untuk itu," kata Dian, Psikolog di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Selasa (23/9/2014).
Perempuan yang juga pernah mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang ini mengingatkan, orangtua agar membatasi aktivitas menonton televisi untuk anak. Orangtua, katanya, harus selektif terhadap tayangan-tayangan yang bisa ditonton anak.
Idealnya, anak harus memiliki banyak aktivitas fisik untuk mengasah berbagai perkembangan psikologisnya. Di antaranya berupa permaianan-permainan fisik, olahraga, kesenian, yang seharusnya mendominasi aktivitas anak di luar sekolah. "Bukan banyak menonton televisi," katanya.
Untuk meminimalisir pengaruh lagu-lagu dewasa, anak-anak juga harus diperbanyak bermain yang edukatif dan kenalkan juga lagu-lagu anak-anak yang populer dengan mendownload atau beli kasetnya.
(san)