Tak Bisa Melaut, Nelayan Terpaksa Bongkar Tabungan
A
A
A
PAMEKASAN - Sulit mendapatkan solar, para nelayan tidak bisa melaut. Akhirnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka terpaksa membongkar tabungan.
Hal itu dialami nelayan di Desa Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, yang terpaksa tidak melaut sejak dua pekan terakhir.
"Sejak dua minggu terakhir, saya bersama nelayan yang lain tidak melaut lagi. Karena sulit untuk mendapat solar," terang salah seorang nelayan di Desa Branta Pesisir, Achmad Subaidi, Senin (1/9/2014).
Ia menjelaskan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan tidak beroperasi lagi karena tidak mendapat pasokan solar. Sehingga, jika nelayan ingin melaut, masih harus antre di SPBU. Padahal, bila stok di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan ada, para nelayan tidak perlu antre ke SPBU. "Sudah mendapatkan solarnya sulit di SPBU, lalu hasil tangkapannya sedikit."
Biaya operasional yang dikeluarkan dengan penghasilan tidak seimbang alias merugi. "Lebih baik, kami tidak melaut," tambahnya.
Ia menambahkan, saat ini dirinya hanya mengisi waktu dengan memperbaiki perahu dan jaring yang rusak. Secara otomatis pemasukan pun tidak ada. Untuk memenuhi kebutuhan hidup terpaksa mengambil tabungan.
"Kalau yang tidak punya tabungan terpaksa mengutang pada tetangga. Kami berharap pemerintah memperhatikan nasib kami, dengan tidak menaikkan harga solar subsidi dan pasokannya harus distabilkan kembali," tandasnya.
Hal itu dialami nelayan di Desa Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, yang terpaksa tidak melaut sejak dua pekan terakhir.
"Sejak dua minggu terakhir, saya bersama nelayan yang lain tidak melaut lagi. Karena sulit untuk mendapat solar," terang salah seorang nelayan di Desa Branta Pesisir, Achmad Subaidi, Senin (1/9/2014).
Ia menjelaskan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan tidak beroperasi lagi karena tidak mendapat pasokan solar. Sehingga, jika nelayan ingin melaut, masih harus antre di SPBU. Padahal, bila stok di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan ada, para nelayan tidak perlu antre ke SPBU. "Sudah mendapatkan solarnya sulit di SPBU, lalu hasil tangkapannya sedikit."
Biaya operasional yang dikeluarkan dengan penghasilan tidak seimbang alias merugi. "Lebih baik, kami tidak melaut," tambahnya.
Ia menambahkan, saat ini dirinya hanya mengisi waktu dengan memperbaiki perahu dan jaring yang rusak. Secara otomatis pemasukan pun tidak ada. Untuk memenuhi kebutuhan hidup terpaksa mengambil tabungan.
"Kalau yang tidak punya tabungan terpaksa mengutang pada tetangga. Kami berharap pemerintah memperhatikan nasib kami, dengan tidak menaikkan harga solar subsidi dan pasokannya harus distabilkan kembali," tandasnya.
(zik)