Warga Tolak Pabrik Sepatu Korsel
A
A
A
GARUT - Peresmian pembangunan pabrik sepatu milik perusahaan Korea Selatan (Korsel) di Desa Haruman, Kecamatan Leles, Garut, ditolak warga.
Puluhan warga Perumahan Qoryah Thoyibah menggelar aksi penolakan peresmian pembangunan pabrik sepatu milik Korea Selatan (Korsel), PT Chang Shin. Aksi penolakan diduga disebabkan tidak digubrisnya permintaan warga yang pernah melakukan aksi serupa pada Juni 2014.
Aksi dilakukan sejak Kamis (28/8/2014) pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Warga yang berpartisipasi dalam aksi menolak pembangunan pabrik sepatu asal Korsel itu menggelar orasi dan membentangkan spanduk berisi penolakan di sekitar lokasi pembangunan pabrik.
Menurut warga, perusahaan asal Korea Selatan itu tidak pernah bernegosiasi dengan mereka perihal keluhan warga terkait pembangunan pabrik yang sedang berlangsung. Koordinator Forum Warga Qoryah Thoyibah Solihin Saefulloh mengatakan, Bupati Garut Rudy Gunawan sebelumnya telah mengeluarkan surat bernomor 530/1548/BPMPT tertanggal 27 Juni 2014, yang berisi agar PT Chang Shin melakukan koordinasi dengan warga.
"Sejak surat itu dikeluarkan, PT Chang Shin tidak pernah bernegosiasi dengan warga. Padahal, jelas-jelas Bupati Garut menginstruksikan agar perusahaan pembuat sepatu itu duduk bersama dengan kami, untuk membahas perihal pembebasan tanah dan bangunan sebagai bentuk ganti rugi. Sampai sekarang sama sekali tidak ada itikad baik dari perusahaan tersebut," kata Solihin di sekitar lokasi pembangunan pabrik, Kamis (28/8/2014).
Dia berujar, selama ini warga Perumahan Qoryah Thoyibah selalu mengalami ekses negatif selama pembangunan pabrik ini dilakukan. Getaran alat berat saat meratakan tanah yang berdampingan langsung dengan permukiman mereka telah membuat retakan-retakan pada dinding rumah mereka.
"Banyak debu sekarang di lingkungan tempat kami tinggal. Sudah udara menjadi pengap, suasananya juga bising. Apalagi, pabrik itu dibangun persis di atas tebing yang berbatasan langsung dengan perumahan. Dengan kata lain, pabrik itu berada di atas lokasi perumahan," ujarnya.
Letak pabrik yang berada di atas permukiman ini juga dipersoalkan warga. Karena berbatasan langsung, warga khawatir benteng pembatas pabrik dengan perumahan akan ambruk karena dibangun dengan kedalaman pondasi yang dangkal dan berkualitas buruk.
"Itu fondasi benteng jika disentuh oleh tangan, betonnya bergoyang dan mudah hancur. Apalagi ternyata hanya digali sedalam 20 cm saja. Belakang rumah saya kebetulan berbatasan langsung dengan benteng ini. Kalau terjadi longsor, pasti bangunan benteng setinggi tiga meter ini akan mudah ambrol dan menimpa rumah kami," tuturnya.
Dari informasi yang dia terima, rencana peresmian pembangunan pabrik sepatu bermerek oleh PT Chang Shin ini akan dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintahan pada pukul 14.00 WIB. Solihin mengatakan, warga akan kembali melakukan aksi pada waktu tersebut dengan harapan dapat menyampaikan aspirasi kepada pejabat pemerintah ini.
"Informasinya, peletakan batu pertama pembangunan pabrik ini akan dihadiri oleh pejabat. Masih simpang siur, info yang kami terima Bupati Garut atau Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar yang akan datang. Kami akan menunggu mereka dan melakukan aksi lagi siang nanti," ujarnya.
Puluhan warga Perumahan Qoryah Thoyibah menggelar aksi penolakan peresmian pembangunan pabrik sepatu milik Korea Selatan (Korsel), PT Chang Shin. Aksi penolakan diduga disebabkan tidak digubrisnya permintaan warga yang pernah melakukan aksi serupa pada Juni 2014.
Aksi dilakukan sejak Kamis (28/8/2014) pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Warga yang berpartisipasi dalam aksi menolak pembangunan pabrik sepatu asal Korsel itu menggelar orasi dan membentangkan spanduk berisi penolakan di sekitar lokasi pembangunan pabrik.
Menurut warga, perusahaan asal Korea Selatan itu tidak pernah bernegosiasi dengan mereka perihal keluhan warga terkait pembangunan pabrik yang sedang berlangsung. Koordinator Forum Warga Qoryah Thoyibah Solihin Saefulloh mengatakan, Bupati Garut Rudy Gunawan sebelumnya telah mengeluarkan surat bernomor 530/1548/BPMPT tertanggal 27 Juni 2014, yang berisi agar PT Chang Shin melakukan koordinasi dengan warga.
"Sejak surat itu dikeluarkan, PT Chang Shin tidak pernah bernegosiasi dengan warga. Padahal, jelas-jelas Bupati Garut menginstruksikan agar perusahaan pembuat sepatu itu duduk bersama dengan kami, untuk membahas perihal pembebasan tanah dan bangunan sebagai bentuk ganti rugi. Sampai sekarang sama sekali tidak ada itikad baik dari perusahaan tersebut," kata Solihin di sekitar lokasi pembangunan pabrik, Kamis (28/8/2014).
Dia berujar, selama ini warga Perumahan Qoryah Thoyibah selalu mengalami ekses negatif selama pembangunan pabrik ini dilakukan. Getaran alat berat saat meratakan tanah yang berdampingan langsung dengan permukiman mereka telah membuat retakan-retakan pada dinding rumah mereka.
"Banyak debu sekarang di lingkungan tempat kami tinggal. Sudah udara menjadi pengap, suasananya juga bising. Apalagi, pabrik itu dibangun persis di atas tebing yang berbatasan langsung dengan perumahan. Dengan kata lain, pabrik itu berada di atas lokasi perumahan," ujarnya.
Letak pabrik yang berada di atas permukiman ini juga dipersoalkan warga. Karena berbatasan langsung, warga khawatir benteng pembatas pabrik dengan perumahan akan ambruk karena dibangun dengan kedalaman pondasi yang dangkal dan berkualitas buruk.
"Itu fondasi benteng jika disentuh oleh tangan, betonnya bergoyang dan mudah hancur. Apalagi ternyata hanya digali sedalam 20 cm saja. Belakang rumah saya kebetulan berbatasan langsung dengan benteng ini. Kalau terjadi longsor, pasti bangunan benteng setinggi tiga meter ini akan mudah ambrol dan menimpa rumah kami," tuturnya.
Dari informasi yang dia terima, rencana peresmian pembangunan pabrik sepatu bermerek oleh PT Chang Shin ini akan dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintahan pada pukul 14.00 WIB. Solihin mengatakan, warga akan kembali melakukan aksi pada waktu tersebut dengan harapan dapat menyampaikan aspirasi kepada pejabat pemerintah ini.
"Informasinya, peletakan batu pertama pembangunan pabrik ini akan dihadiri oleh pejabat. Masih simpang siur, info yang kami terima Bupati Garut atau Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar yang akan datang. Kami akan menunggu mereka dan melakukan aksi lagi siang nanti," ujarnya.
(zik)