Derita Korban Geng Motor di Cirebon
A
A
A
CIREBON - IF (19), hanya bisa mengernyitkan alis sesekali, menahan ngilu yang dirasakannya. Memandangi ujung pergelangan tangan yang dibebat perban sedemikian rupa, dia mencoba tetap bekerja baik dengan mengoptimalkan tangannya yang lain.
Padahal, karyawan swasta asal Kabupaten Cirebon ini membutuhkan kedua tangannya untuk bekerja. Putra anggota polisi militer (PM) ini merupakan salah satu dari sekian banyak korban kesadisan kawanan orang yang diduga geng motor.
Perlakuan kejam yang diterimanya membuat alumni salah satu sekolah menengah kejuruan di Kabupaten Cirebon tersebut harus kehilangan saraf pada jari-jari tangan kirinya. Meski kejadian yang dialami IF berlangsung sekitar dua minggu lalu, akibat yang dirasakannya berlangsung hingga kini dan seterusnya.
"Malam takbiran Lebaran lalu saya sedang keliling bersama teman-teman dengan sepeda motor sekitar pukul 00.30 WIB. Saat hendak pulang dan melintas di Jalan Talun (Kabupaten Cirebon), dari arah belakang datang gerombolan bermotor," beber dia saat ditemui sejumlah media di tempat kerjanya, Rabu (6/8/2014).
Gerombolan yang diduga geng motor dengan jumlah puluhan orang itu menghampiri IF dan teman-temannya, kemudian sekonyong-konyong menyerang mereka. Sayang, saat teman-teman IF berhasil meloloskan diri dari ancaman geng motor, anak pertama dari tiga bersaudara itu justru terlambat menyelamatkan diri.
IF pun menjadi bulan-bulanan anggota geng motor. Salah satu orang sempat menebaskan pedang samurainya ke arah IF, namun ditangkisnya. Nahas, tangkisan pada bagian tajam pedang itu justru mengenai jari-jari IF yang terjatuh. Saat itulah, IF dipukuli menggunakan batu pada bagian telapak tangannya.
Kejadian itu menyebabkan IF mengalami luka parah. Saat gerombolan motor itu pergi, teman-teman IF pun berusaha menyelamatkannya sebelum kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.
"Saya sempat dilarikan ke rumah sakit dan harus menjalani perawatan. Tiga jari di tangan kiri saya sarafnya putus, dokter menyarankan jari-jari saya harus diamputasi tapi saya tak mau dan masih ingin diobati dulu," kata dia.
IF mengaku sempat melihat seorang di antara anggota geng motor itu membawa senjata api. Meski terluka parah pada tangannya, IF sendiri tetap bekerja. Namun, dia terpaksa hanya mengandalkan tangan kanannya.
IF pun berharap kepolisian segera menahan para pelaku. Menurut dia, kekejaman geng motor sudah di luar batas mengingat tak lagi pandang bulu. Kondisi itu pun mencemaskan IF, juga masyarakat lainnya.
Padahal, karyawan swasta asal Kabupaten Cirebon ini membutuhkan kedua tangannya untuk bekerja. Putra anggota polisi militer (PM) ini merupakan salah satu dari sekian banyak korban kesadisan kawanan orang yang diduga geng motor.
Perlakuan kejam yang diterimanya membuat alumni salah satu sekolah menengah kejuruan di Kabupaten Cirebon tersebut harus kehilangan saraf pada jari-jari tangan kirinya. Meski kejadian yang dialami IF berlangsung sekitar dua minggu lalu, akibat yang dirasakannya berlangsung hingga kini dan seterusnya.
"Malam takbiran Lebaran lalu saya sedang keliling bersama teman-teman dengan sepeda motor sekitar pukul 00.30 WIB. Saat hendak pulang dan melintas di Jalan Talun (Kabupaten Cirebon), dari arah belakang datang gerombolan bermotor," beber dia saat ditemui sejumlah media di tempat kerjanya, Rabu (6/8/2014).
Gerombolan yang diduga geng motor dengan jumlah puluhan orang itu menghampiri IF dan teman-temannya, kemudian sekonyong-konyong menyerang mereka. Sayang, saat teman-teman IF berhasil meloloskan diri dari ancaman geng motor, anak pertama dari tiga bersaudara itu justru terlambat menyelamatkan diri.
IF pun menjadi bulan-bulanan anggota geng motor. Salah satu orang sempat menebaskan pedang samurainya ke arah IF, namun ditangkisnya. Nahas, tangkisan pada bagian tajam pedang itu justru mengenai jari-jari IF yang terjatuh. Saat itulah, IF dipukuli menggunakan batu pada bagian telapak tangannya.
Kejadian itu menyebabkan IF mengalami luka parah. Saat gerombolan motor itu pergi, teman-teman IF pun berusaha menyelamatkannya sebelum kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.
"Saya sempat dilarikan ke rumah sakit dan harus menjalani perawatan. Tiga jari di tangan kiri saya sarafnya putus, dokter menyarankan jari-jari saya harus diamputasi tapi saya tak mau dan masih ingin diobati dulu," kata dia.
IF mengaku sempat melihat seorang di antara anggota geng motor itu membawa senjata api. Meski terluka parah pada tangannya, IF sendiri tetap bekerja. Namun, dia terpaksa hanya mengandalkan tangan kanannya.
IF pun berharap kepolisian segera menahan para pelaku. Menurut dia, kekejaman geng motor sudah di luar batas mengingat tak lagi pandang bulu. Kondisi itu pun mencemaskan IF, juga masyarakat lainnya.
(zik)