Kawasan Waduk Cirata Diserbu Wisatawan
A
A
A
PURWAKARTA - Memasuki H+3 Idul Fitri 1435 H, kawasan bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata diserbu pengunjung, Kamis (31/7/2014). Padahal, waduk yang berada di perbatasan Kabupaten Purwakarta dan Bandung Barat ini tidak difungsikan sebagai objek pariwisata. Namun, wisatawan lokal yang datang ke tempat ini seakan tidak terbendung.
Daya tarik tempat ini adalah lokasinya yang dianggap cocok untuk dikunjungi. Waduk terbesar di Asia Tenggara ini dikelilingi hutan dan bukit yang terhampar luas. Air waduk yang tenang dihiasi lalu lalang perahu tradisional milik nelayan dan petani keramba jaring apung. Udaranya pun segar dan menyejukkan.
Pemandangan alam yang eksotik tersebut juga dilengkapi dengan kulinernya yang khas, yakni ikan bakar plus nasi liwet yang dijajakan di warung-warung sepanjang jalan di sekeliling waduk.
"Inilah yang membuat warga sering mengunjungi tempat ini (Waduk Cirata). Menurut saya tempat ini berbeda dari tempat lain, selain berwisata lebih murah kami juga bisa merasakan nikmatnya kuliner ikan bakar yang langsung diambil dari kolam jaring apung," kata Eka Darokatunaja (26), salah seorang pengunjung yang datang bersama keluarganya.
Karena kawasan Waduk Cirata tidak difungsikan sebagai objek wisata seperti halnya Waduk Jatiluhur, banyak pengunjung yang datang menyesalkan karena kawasan ini ternyata dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab. Setiap kendaraan pengunjung, roda empat maupun roda dua, yang parkir di pinggir-pinggir jalan dimintai sejumlah uang antara Rp3.000 sampai dengan Rp7.000 per kendaraan.
"Iya banyak pungutan liar (pungli). Modalnya hanya karcis parkir dan karcis kebersihan yang nggak jelas. Lahan parkirnya juga nggak jelas, tahu-tahu dimintai bayaran. Tadi saya berhenti di pinggir jalan mau beli minuman tiba-tiba saja ada pria yang datang meminta uang sambil memberikan saya karcis. Katanya karcis untuk memasuki kawasan Cirata," timpal Asep (45), pengunjung lainya.
Sementara itu, Isum (40), salah satu pedagang ikan bakar di kawasan Waduk Cirata mengaku, kawasan Waduk Cirata tak hanya ramai dikunjungi saat Lebaran. Setiap musim libur panjang tiba, pengunjung memadati kawasan ini. Misalnya, libur tahun baru dan juga libur kenaikan kelas. "Untuk itu, kami warga sekitar memanfaatkan untuk berjualan di tempat ini. Hasilnya ya lumayanlah, yang jelas lebih besar dari berjualan makanan di tempat lain," ujarnya.
Bisanya, menurut Isum, pengunjung yang datang ke kawasan Waduk Cirata didominasi wisatawan yang datang dari luar kota, seperti dari Karawang, Bandung, Cianjur, Subang, dan Jakarta. Hal itu salah satunya terlihat dari rombongan kendaraan yang berjubel memadati kawasan ini, rata-rata berpelat nomor dari kota/kabupaten tersebut.
"Meskipun ada juga pengunjung yang datang dari Purwakarta dan Bandung Barat sendiri. Tapi kalau lagi libur panjang kayak gini banyak dari luar kota," tambah Isum.
Seperti diketahui, PLTA Cirata merupakan pembangkit yang dioperasikan oleh anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN Persero) yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang disalurkan melalui saluran transmisi tenaga listrik 500 kilovolt (KV) ke sistem Jawa-Bali yang diatur oleh dispatcher PLN Pusat Pengatur Beban (P3B).
Dengan letak Sungai Citarum yang subur, bergunung-gunung dan dianugerahi curah hujan yang tinggi menjadi latar belakang didirikannya PLTA Cirata. Pembangunan proyek PLTA Cirata merupakan salah satu cara pemanfaatan potensi tenaga air di Sungai Citarum yang letaknya di wilayah Kabupaten Bandung, kurang lebih 60 km sebelah barat laut Kota Bandung atau 100 km dari Jakarta melalui jalan Purwakarta.
Daya tarik tempat ini adalah lokasinya yang dianggap cocok untuk dikunjungi. Waduk terbesar di Asia Tenggara ini dikelilingi hutan dan bukit yang terhampar luas. Air waduk yang tenang dihiasi lalu lalang perahu tradisional milik nelayan dan petani keramba jaring apung. Udaranya pun segar dan menyejukkan.
Pemandangan alam yang eksotik tersebut juga dilengkapi dengan kulinernya yang khas, yakni ikan bakar plus nasi liwet yang dijajakan di warung-warung sepanjang jalan di sekeliling waduk.
"Inilah yang membuat warga sering mengunjungi tempat ini (Waduk Cirata). Menurut saya tempat ini berbeda dari tempat lain, selain berwisata lebih murah kami juga bisa merasakan nikmatnya kuliner ikan bakar yang langsung diambil dari kolam jaring apung," kata Eka Darokatunaja (26), salah seorang pengunjung yang datang bersama keluarganya.
Karena kawasan Waduk Cirata tidak difungsikan sebagai objek wisata seperti halnya Waduk Jatiluhur, banyak pengunjung yang datang menyesalkan karena kawasan ini ternyata dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab. Setiap kendaraan pengunjung, roda empat maupun roda dua, yang parkir di pinggir-pinggir jalan dimintai sejumlah uang antara Rp3.000 sampai dengan Rp7.000 per kendaraan.
"Iya banyak pungutan liar (pungli). Modalnya hanya karcis parkir dan karcis kebersihan yang nggak jelas. Lahan parkirnya juga nggak jelas, tahu-tahu dimintai bayaran. Tadi saya berhenti di pinggir jalan mau beli minuman tiba-tiba saja ada pria yang datang meminta uang sambil memberikan saya karcis. Katanya karcis untuk memasuki kawasan Cirata," timpal Asep (45), pengunjung lainya.
Sementara itu, Isum (40), salah satu pedagang ikan bakar di kawasan Waduk Cirata mengaku, kawasan Waduk Cirata tak hanya ramai dikunjungi saat Lebaran. Setiap musim libur panjang tiba, pengunjung memadati kawasan ini. Misalnya, libur tahun baru dan juga libur kenaikan kelas. "Untuk itu, kami warga sekitar memanfaatkan untuk berjualan di tempat ini. Hasilnya ya lumayanlah, yang jelas lebih besar dari berjualan makanan di tempat lain," ujarnya.
Bisanya, menurut Isum, pengunjung yang datang ke kawasan Waduk Cirata didominasi wisatawan yang datang dari luar kota, seperti dari Karawang, Bandung, Cianjur, Subang, dan Jakarta. Hal itu salah satunya terlihat dari rombongan kendaraan yang berjubel memadati kawasan ini, rata-rata berpelat nomor dari kota/kabupaten tersebut.
"Meskipun ada juga pengunjung yang datang dari Purwakarta dan Bandung Barat sendiri. Tapi kalau lagi libur panjang kayak gini banyak dari luar kota," tambah Isum.
Seperti diketahui, PLTA Cirata merupakan pembangkit yang dioperasikan oleh anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN Persero) yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) yang disalurkan melalui saluran transmisi tenaga listrik 500 kilovolt (KV) ke sistem Jawa-Bali yang diatur oleh dispatcher PLN Pusat Pengatur Beban (P3B).
Dengan letak Sungai Citarum yang subur, bergunung-gunung dan dianugerahi curah hujan yang tinggi menjadi latar belakang didirikannya PLTA Cirata. Pembangunan proyek PLTA Cirata merupakan salah satu cara pemanfaatan potensi tenaga air di Sungai Citarum yang letaknya di wilayah Kabupaten Bandung, kurang lebih 60 km sebelah barat laut Kota Bandung atau 100 km dari Jakarta melalui jalan Purwakarta.
(zik)