Melihat Lebih Dekat Sumur Trinilan di Dukuh Plabuan

Sabtu, 12 Juli 2014 - 03:10 WIB
Melihat Lebih Dekat...
Melihat Lebih Dekat Sumur Trinilan di Dukuh Plabuan
A A A
BATANG - Suara debur ombak menghantam bebatuan yang berada di sekitar pantai di Dukuh Plabuan, Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, memberikan pemandangan yang menarik bagi pengunjung. Selain itu, laju kereta api (KA) yang melintas juga memberikan kesan yang berbeda dibanding dengan obyek wisata di daerah lain. Sebab, di situ terdapat Stasiun KA Plabuan.

Bukan hanya itu, di tengah pemukiman, pantai yang masih terjaga kemurniannya ini memiliki sebuah sumur yang airnya berasa tawar, padahal letaknya hanya beberapa meter dari bibir pantai. Di sebelah barat sumur itu berdiri Masjid Nurul Huda, yang biasa digunakan untuk menunaikan ibadah masyarakat sekitar yang mayoritas warga Nahdhatul Ulama (NU).

Konon, sumur itu merupakan peninggalan tokoh Islam bernama Mbah Nur Anom, atau biasa dikenal masyarakat sekitar Mbah Nurul Anom yang lahir di Desa Geritan, Wonopringgo, Pekalongan pada tahun 1.650 Masehi. Ayahnya adalah M Nur atau Prabu Bahurekso yang garis keturunannya ke atas sampai kepada Sunan Ampel.

"Sumur Trinilan ini adalah peninggalan Mbah Nur Anom. Beliau tokoh Islam, yang sekarang makamnya ada di Kompleks Pemakaman Kampung Kranji Kedungwuni Kabupaten Pekalongan," ujar pengurus Masjid Nurul Huda, Ma'arif kepada KORAN SINDO.

Banyak kalangan peziarah yang sengaja mendatangi Sumur Trinilan ini. Mereka di antaranya datang dari Semarang, Demak, Pati, Jepara, serta dari luar Jawa Tengah seperti Jawa Barat dan Jawa Timur. Hal itu lantaran air yang bersumber dari sumur itu diyakini mangandung berkah. "Bisa menjadi media apa saja yang diinginkan oleh yang datang ke sini. Tapi sebagai perantara, memintanya tetap kepada Allah," lanjutnya.

Menurutnya, air yang bersumber dari Sumur Trinilan memiliki rasa tawar seperti pada sumur umumnya. Padahal, letaknya hanya berjarak beberapa meter dari bibir pantai. Selain itu, airnya juga bening, tak kalah dengan air mineral kemasan. "Kalau disandingkan antara air Sumur Trinilan dengan air mineral tidak ada bedanya soal kebeningannya. Airnya sangat bening dan bersih," ungkap dia.

Kendati demikian, masyarakat setempat tidak memperlakukan Sumur Trinilan secara spesial. Hanya saja, saat ini sumur tersebut dibangunkan seperti rumah kecil, sehingga terlindungi. "Tapi tidak ada perlakuan khusus, kami bebaskan bagi siapa pun yang berkunjung. Asalkan mereka tetap menjaga kebersihan, itu saja. Tak sedikit pengunjung yang mengambil air membawa jeriken besar," imbuh Ma'arif.

Saudah (35), seorang warga setempat menambahkan bahwa pantai yang berada di desanya itu masih tidak seperti obyek wisata pantai yang lain. "Tidak seramai pantai yang lain. Orang datang ke sini hanya mancing. Hanya suatu waktu ada yang datang ke Sumur Trinilan. Soalnya aksesnya cukup sulit, yakni sekitar 12 kilometer dari Jalan Raya Pantura Gringsing," katanya.

Humas PT KAI Daop 4 Semarang Suprapto menyampaikan, Stasiun Plabuan sudah beroperasi seiring di-launchingnya KA Pekalongan Ekspres. Sehingga diharapkan akan mampu menarik para wisatawan untuk datang ke Pantai Plabuan ini.

"Dari Tawang, KA Pekalongan Ekspres ini berangkat pukul 10.30 WIB dan sampai di Plabuan pukul 11.29 WIB. Bagi yang mau kembali ke Semarang juga bisa berangkat dari Stasiun Plabuan pukul 13.45 WIB. Kami akan berkoordinasi dengan pihak kecamatan setempat sekaligus warga setempat supaya bisa berkembang wisatanya," tandasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7192 seconds (0.1#10.140)