Ramadan, Tawuran Marak di Makassar
A
A
A
MAKASSAR - Aksi tawuran di bulan Ramadan marak terjadi di sejumlah titik di Kota Makassar. Dua peristiwa perang kelompok terjadi usai salat tarawih di Kecamatan Panakukkang dan Kecamatan Mariso.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, bentrok terjadi di Kecamatan Panakukkang, antara warga Jalan Gotong Royong, Kelurahan Tamamaung, dengan warga Kelurahan Bara Barayya.
Warga Jalan Gotong Royong secara tiba-tiba diserang oleh sekelompok anak di bawah umur yang belum diketahui identitasnya. Serangan itu menggunakan bom molotov, batu, serta bambu.
Saksi mata Said mengatakan, aksi penyerangan terjadi tadi malam. Dirinya sempat menengahi warga Jalan Gotong Royong agar tidak membalas serangan itu. Namun warga terlanjur emosi dan balik melakukan serangan.
"Anak-anak membalas penyerangan itu dan kelompok menyerang akhirnya mundur," ujar Said, kepada wartawan, Jumat (4/7/2014).
Pihaknya kemudian melapor ke polisi dan langsung menerjunkan personelnya ke lokasi bentrokan. Dari lokasi kejadian, petugas berhasil menemukan sejumlah botol yan digunakan untuk bom molotov.
"Peristiwa itu tidak menimbulkan korban jiwa dan materil. Anggota melakukan penjagaan di lokasi hingga pukul 03.00 WITA. Sampai saat ini belum ada laporan resmi," kata Kompol Trihambodo Kapolsekta Panakukkang.
Di tempat terpisah, aksi tawuran juga terjadi di Jalan Cendrawasih (depan Bank BNI Cabang Matoangin) yang melibatkan gabungan kelompok pemuda Asrama Mattoangin, Wipayana, Anoa dan Armed, dengan anak Lorong 7 menggunakan batu dan busur.
Informasi yang diperoleh, tawuran berawal dari kelompok pemuda asrama Mattoangin yang mendatangi anak lorong 7 dan langsung melempar dengan menggunakan batu dan petasan, kemudian kelompok anak Lorong 7 membalasnya dengan batu dan busur.
Bentrok dua kelompok pemuda ini diduga dipicu dendam lama. Tidak lama setelah bentrok terjadi, anggota Koramil Mariso tiba dan menangkap dua pelaku tawuran yang masih di bawah umur, yakni Akbar (16) dan Gufran (15).
Dari tangan kedua bocah itu, diamankan enam busur yang digunakan untuk menyerang. Atas kejadian itu, dua pintu kaca ATM BNI Cabang Mattoangin pecah.
Sementara itu, Krimonolog Hery Tahir mengatakan, aksi tawuran yang terjadi setiap tahunnya itu seharusnya bisa dicegah. Polisi bisa melakukan identifikasi titik kerawanan, seperti di Jalan Veteran dan sejumlah lokasi lainnya.
"Sebaiknya polisi melakukan dan meningkatkan patroli di wilayah masing masing yang kategori rawan. Jangan ketika sudah terjadi dan ada korban baru ke lokasi," ujar pengamat dari UNM ini.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, bentrok terjadi di Kecamatan Panakukkang, antara warga Jalan Gotong Royong, Kelurahan Tamamaung, dengan warga Kelurahan Bara Barayya.
Warga Jalan Gotong Royong secara tiba-tiba diserang oleh sekelompok anak di bawah umur yang belum diketahui identitasnya. Serangan itu menggunakan bom molotov, batu, serta bambu.
Saksi mata Said mengatakan, aksi penyerangan terjadi tadi malam. Dirinya sempat menengahi warga Jalan Gotong Royong agar tidak membalas serangan itu. Namun warga terlanjur emosi dan balik melakukan serangan.
"Anak-anak membalas penyerangan itu dan kelompok menyerang akhirnya mundur," ujar Said, kepada wartawan, Jumat (4/7/2014).
Pihaknya kemudian melapor ke polisi dan langsung menerjunkan personelnya ke lokasi bentrokan. Dari lokasi kejadian, petugas berhasil menemukan sejumlah botol yan digunakan untuk bom molotov.
"Peristiwa itu tidak menimbulkan korban jiwa dan materil. Anggota melakukan penjagaan di lokasi hingga pukul 03.00 WITA. Sampai saat ini belum ada laporan resmi," kata Kompol Trihambodo Kapolsekta Panakukkang.
Di tempat terpisah, aksi tawuran juga terjadi di Jalan Cendrawasih (depan Bank BNI Cabang Matoangin) yang melibatkan gabungan kelompok pemuda Asrama Mattoangin, Wipayana, Anoa dan Armed, dengan anak Lorong 7 menggunakan batu dan busur.
Informasi yang diperoleh, tawuran berawal dari kelompok pemuda asrama Mattoangin yang mendatangi anak lorong 7 dan langsung melempar dengan menggunakan batu dan petasan, kemudian kelompok anak Lorong 7 membalasnya dengan batu dan busur.
Bentrok dua kelompok pemuda ini diduga dipicu dendam lama. Tidak lama setelah bentrok terjadi, anggota Koramil Mariso tiba dan menangkap dua pelaku tawuran yang masih di bawah umur, yakni Akbar (16) dan Gufran (15).
Dari tangan kedua bocah itu, diamankan enam busur yang digunakan untuk menyerang. Atas kejadian itu, dua pintu kaca ATM BNI Cabang Mattoangin pecah.
Sementara itu, Krimonolog Hery Tahir mengatakan, aksi tawuran yang terjadi setiap tahunnya itu seharusnya bisa dicegah. Polisi bisa melakukan identifikasi titik kerawanan, seperti di Jalan Veteran dan sejumlah lokasi lainnya.
"Sebaiknya polisi melakukan dan meningkatkan patroli di wilayah masing masing yang kategori rawan. Jangan ketika sudah terjadi dan ada korban baru ke lokasi," ujar pengamat dari UNM ini.
(san)