Nasib Puluhan Korban Selamat Ruko Ambruk Tidak Jelas
A
A
A
SAMARINDA - Sebanyak 72 pekerja bangunan yang membangun ruko tiga lantai yang ambruk di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) pada Selasa, 3 Juni 2014, lalu kini nasibnya tidak jelas. Pemulangan mereka ke daerah asal tidak menemui kejelasan, termasuk pengobatan yang luka.
Puluhan pekerja itu meminta untuk segera dipulangkan. Saat ini, seluruh pekerja yang berasal dari Provinsi Jawa Timur seperti daerah Ponorogo, Jombang, dan Trenggalek tersebut ditampung di sebuah rumah di sisi depan ruko yang runtuh.
Salah seorang korban asal Jombang, Muhammad Sobirin mengaku belum mengetahui pasti kapan dipulangkan.
Mereka meminta secepatnya untuk dipulangkan. Pemilik ruko dan kontraktor pembangunannya kini juga mangkir dari panggilan kepolisian.
Tidak hanya itu, korban yang mengalami luka-luka tak mendapat kejelasan soal pengobatan mereka selanjutnya. Termasuk bagaimana upaya penyembuhan setelah sampai di tempat asal nantinya.
“Kami menunggu tiket (kepulangan) dan bagaimana pengobatan kami selanjutnya,” kata Sobirin, Sabtu (7/6/2014).
Sobirin adalah korban yang berhasil keluar sendiri setelah ruko ambruk. Dia selamat berkat tumpukan bata yang ada di tengah bangunan ruko.
“Begitu runtuh, saya menunduk di samping tumpukan bata. Setelah itu langsung keluar mengikuti cahaya,” katanya.
Tulang kaki kanannya pun mengalami retak. Dia tidak tahu kakinya tertimpa apa. Sobirin baru tersadar setelah berada di luar bangunan dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Dia juga mengaku digaji Rp100 ribu per hari dengan jam kerja mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 18.00 WITA. Setiap pukul 12.00, para pekerja bangunan mendapat istirahat sekira satu jam.
Sementara itu, di lokasi ambruknya ruko, proses pembersihan material reruntuhan masih berlangsung.
Sejumlah alat berat disiapkan untuk proses pembersihan material. Untuk melokalisir reruntuhan, polisi telah memasang garis polisi. Hal ini dilakukan agar tidak ada yang melintas ke atas puing reruntuhan.
Setelah proses evakuasi dihentikan, warga sudah bisa melihat langsung puing reruntuhan. Sejumlah warga Samarinda tampak antusias ingin melihat puing reruntuhan bangunan ini.
Selama proses evakuasi, warga dilarang mendekat sehingga tak dapat melihat langsung ruko yang ambruk.
Puluhan pekerja itu meminta untuk segera dipulangkan. Saat ini, seluruh pekerja yang berasal dari Provinsi Jawa Timur seperti daerah Ponorogo, Jombang, dan Trenggalek tersebut ditampung di sebuah rumah di sisi depan ruko yang runtuh.
Salah seorang korban asal Jombang, Muhammad Sobirin mengaku belum mengetahui pasti kapan dipulangkan.
Mereka meminta secepatnya untuk dipulangkan. Pemilik ruko dan kontraktor pembangunannya kini juga mangkir dari panggilan kepolisian.
Tidak hanya itu, korban yang mengalami luka-luka tak mendapat kejelasan soal pengobatan mereka selanjutnya. Termasuk bagaimana upaya penyembuhan setelah sampai di tempat asal nantinya.
“Kami menunggu tiket (kepulangan) dan bagaimana pengobatan kami selanjutnya,” kata Sobirin, Sabtu (7/6/2014).
Sobirin adalah korban yang berhasil keluar sendiri setelah ruko ambruk. Dia selamat berkat tumpukan bata yang ada di tengah bangunan ruko.
“Begitu runtuh, saya menunduk di samping tumpukan bata. Setelah itu langsung keluar mengikuti cahaya,” katanya.
Tulang kaki kanannya pun mengalami retak. Dia tidak tahu kakinya tertimpa apa. Sobirin baru tersadar setelah berada di luar bangunan dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Dia juga mengaku digaji Rp100 ribu per hari dengan jam kerja mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 18.00 WITA. Setiap pukul 12.00, para pekerja bangunan mendapat istirahat sekira satu jam.
Sementara itu, di lokasi ambruknya ruko, proses pembersihan material reruntuhan masih berlangsung.
Sejumlah alat berat disiapkan untuk proses pembersihan material. Untuk melokalisir reruntuhan, polisi telah memasang garis polisi. Hal ini dilakukan agar tidak ada yang melintas ke atas puing reruntuhan.
Setelah proses evakuasi dihentikan, warga sudah bisa melihat langsung puing reruntuhan. Sejumlah warga Samarinda tampak antusias ingin melihat puing reruntuhan bangunan ini.
Selama proses evakuasi, warga dilarang mendekat sehingga tak dapat melihat langsung ruko yang ambruk.
(sms)