Lesu, Wisata di Sulawesi Utara Butuh Perhatian
A
A
A
MANADO - Banyaknya tempat wisata di Sulawesi Utara (Sulut) yang bisa merangsang pertumbuhan aset daerah (PAD), melesu akibat infrastruktur yang belum maksimal.
Padahal menurut Pakar ekonomi Sulut Robert Winerungan, selain Bunaken yang kini menjadi salah satu tren wisata dunia di Indonesia, masih banyak tempat wisata lain di Sulut. Seperti Pulau Lembeh, Batu Nona, Pantai Firdaus, Danau Tondano, dan masih banyak lagi lainnya.
"Yang jadi masalah saat ini, akses menuju tempat wisata itu masih terbengkala diinfrastruktur, utamanya jalan dan penataan tempat wisata itu sendiri," jelasnya, di Manado, Selasa (3/6/2014).
Yang jadi perhatian saat ini, masyarakat Sulut sangat kurang welcome terhadap tempat wisata lokal. Contohnya, beberapa tempat wisata di Sulut sebagian besar hanya dikelola/membuka usaha adalah WNA.
"WNA juga ini kadang tak tinggal lama, lantaran minat WNA masih jauh lebih tinggi dibanding warga lokal sendiri," ujarnya sembari menyebut saat ini Thailand rusuh, bagaimana pemerintah agar bisa menarik wisatawan itu ke Sulut atau Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), wisatawan mancanegara (wisman) pada April 2014 melalui pintu masuk (point of entry) Bandara Sam Ratulangi Manado sebanyak 1.079 orang. Jumlah ini menurun 684 orang dibandingkan dengan bulan yang sama 2013 year on year (yoy) atau terjadi penurunan sebesar 38,80 persen.
Secara mont to month (mtom) posisi Maret turun 261 orang atau sebesar 19,48 persen. "Dari total kunjungan pada April 1.079 orang, didominasi warga China 237 orang atau menyumbang 21,96 persen, Jerman 9,08 persen, dan Singapura 7,41 persen," terang Kepala BPS Sulut Faizal Anwar.
Jika dibandingkan tingkat kunjungan dan tingkat penghunian kamar (TPK) justru meningkat. Yakni pada April sebesar 46,84 persen atau meningkat sekitar 4,13 poin dibandingkan yoy April 2013 sebesar 42,71% dan mtom April meningkat dibanding Maret sebesar 3,11 poin. April 2014, TPK hotel berbintang 43,73 persen.
"Rata-rata lama menginap, WNA mencapai 3,20 per hari, menurun 1,96 poin dibanding Maret 5,16 hari," ungkapnya.
Sementara itu, General Manager PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Sam Ratulangi Manado Maslin Panggabean mengatakan, pertumbuhan penumpang pada awal tahun ini meleset dari target. Rata-rata penumpang di Bandara Sam Ratulangi hanya sekitar 3.500 orang dari yang ditargetkan 3.800 orang per hari.
"Manajemen pada awal tahun memproyeksikan terjadi pertumbuhan penumpang 14 persen, Namun, hingga awal tahun ini, jumlah penumpang tercatat hanya tumbuh 6 persen," katanya.
Penurunan ini, terjadi karena pengaruh banjir pada awal tahun kemarin. Selain itu, beberapa maskapai belum merealisasikan rencana penerbangannya menuju (dan dari) Manado.
"Penurunan penumpang juga terjadi karena sektor pariwisata yang menjadi salah satu daya tarik Manado belum tertata dengan baik. Penambahan penumpang terjadi hanya karena beberapa kegiatan MICE yang diselenggarakan di Manado," jelas Panggabean.
Tiga tahun lalu, jumlah penumpang di Bandara Internasional Sam Ratulangi tiga kali lipat lebih banyak dari Balikpapan. Namun, saat ini terjadi sebaliknya.
Padahal menurut Pakar ekonomi Sulut Robert Winerungan, selain Bunaken yang kini menjadi salah satu tren wisata dunia di Indonesia, masih banyak tempat wisata lain di Sulut. Seperti Pulau Lembeh, Batu Nona, Pantai Firdaus, Danau Tondano, dan masih banyak lagi lainnya.
"Yang jadi masalah saat ini, akses menuju tempat wisata itu masih terbengkala diinfrastruktur, utamanya jalan dan penataan tempat wisata itu sendiri," jelasnya, di Manado, Selasa (3/6/2014).
Yang jadi perhatian saat ini, masyarakat Sulut sangat kurang welcome terhadap tempat wisata lokal. Contohnya, beberapa tempat wisata di Sulut sebagian besar hanya dikelola/membuka usaha adalah WNA.
"WNA juga ini kadang tak tinggal lama, lantaran minat WNA masih jauh lebih tinggi dibanding warga lokal sendiri," ujarnya sembari menyebut saat ini Thailand rusuh, bagaimana pemerintah agar bisa menarik wisatawan itu ke Sulut atau Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), wisatawan mancanegara (wisman) pada April 2014 melalui pintu masuk (point of entry) Bandara Sam Ratulangi Manado sebanyak 1.079 orang. Jumlah ini menurun 684 orang dibandingkan dengan bulan yang sama 2013 year on year (yoy) atau terjadi penurunan sebesar 38,80 persen.
Secara mont to month (mtom) posisi Maret turun 261 orang atau sebesar 19,48 persen. "Dari total kunjungan pada April 1.079 orang, didominasi warga China 237 orang atau menyumbang 21,96 persen, Jerman 9,08 persen, dan Singapura 7,41 persen," terang Kepala BPS Sulut Faizal Anwar.
Jika dibandingkan tingkat kunjungan dan tingkat penghunian kamar (TPK) justru meningkat. Yakni pada April sebesar 46,84 persen atau meningkat sekitar 4,13 poin dibandingkan yoy April 2013 sebesar 42,71% dan mtom April meningkat dibanding Maret sebesar 3,11 poin. April 2014, TPK hotel berbintang 43,73 persen.
"Rata-rata lama menginap, WNA mencapai 3,20 per hari, menurun 1,96 poin dibanding Maret 5,16 hari," ungkapnya.
Sementara itu, General Manager PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Sam Ratulangi Manado Maslin Panggabean mengatakan, pertumbuhan penumpang pada awal tahun ini meleset dari target. Rata-rata penumpang di Bandara Sam Ratulangi hanya sekitar 3.500 orang dari yang ditargetkan 3.800 orang per hari.
"Manajemen pada awal tahun memproyeksikan terjadi pertumbuhan penumpang 14 persen, Namun, hingga awal tahun ini, jumlah penumpang tercatat hanya tumbuh 6 persen," katanya.
Penurunan ini, terjadi karena pengaruh banjir pada awal tahun kemarin. Selain itu, beberapa maskapai belum merealisasikan rencana penerbangannya menuju (dan dari) Manado.
"Penurunan penumpang juga terjadi karena sektor pariwisata yang menjadi salah satu daya tarik Manado belum tertata dengan baik. Penambahan penumpang terjadi hanya karena beberapa kegiatan MICE yang diselenggarakan di Manado," jelas Panggabean.
Tiga tahun lalu, jumlah penumpang di Bandara Internasional Sam Ratulangi tiga kali lipat lebih banyak dari Balikpapan. Namun, saat ini terjadi sebaliknya.
(san)