Pagi Ini Keraton Yogyakarta Gelar Labuhan Alit di Gunung Lawu
A
A
A
YOGYAKARTA - Keraton Yogyakarta menggelar upacara Labuhan Alit di Gunung Lawu pagi ini. Labuhan Alit merupakan ritual sebagai rangkaian peringatan Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwana (HB) X.
Dalam upacara itu, ubo rampe berupa sepuluh ageman Sultan HB X seperti kampuh poleng, dhestar bango tulak, paningset jinggo, sinjang cangkring, sinjang gadung, sinjang teluh watu dan semekan akan diarak menuju Gunung Lawu.
Ubo rampe itu disimpan dalam dua kotak berwarna merah. Kotak bertuliskan Redi Lawu Kaneman dan Redi Lawu Kasepuhan akan dibawa oleh abdi dalem menuju puncak Gunung Lawu.
"Labuhan alit bagian dari rangkaian kegiatan yang dimulai di Parang Kusumo dan berakhir serentak di Gunung Merapi dan Gunung Lawu," kata Abdi Dalem Widyo Budoyo Keraton Kasultanan Yogyakarta Kanjeng Mas Tumenggung Hardoyudo.
Ubo rampe kemudian diserahkan kepada juru kunci Gunung Lawu untuk dibawa ke pendopo petilasan di Dusun Nano, Kelurahan/Kecamatan Tawangmangu. Ubo rampe disemayamkan sebelum dibawa ke puncak Gunung Lawu.
Menurut Widyo, makna upacara sebagai rasa syukur karena tempat-tempat itu dulunya menjadi lokasi bertapa para Raja Mataram. Selain itu juga bertujuan mendoakan keselamatan Sri Sultan, Keraton Yogyakarta dan rakyatnya.
Rombongan Keraton Yogyakarta dalam kesempatan itu juga menyerahkan oleh-oleh dua kue apem kepada Bupati Juliyatmono. Upacara labuhan telah ada sejak Keraton dipimpin Panembahan Senopati. Pelaksanaannya digelar rutin setiap tanggal 30 Rajab di penanggalan Jawa.
Kepala Lingkungan Kelurahan/Kecamatan Tawangmangu Surono mengatakan, ubo rampe labuhan akan dibawa rombongan menuju puncak Lawu Sabtu pagi pukul 04.00 WIB.
Sebelumnya, padepokan akan melaksanakan selamatan pada malam persinggahan ubo rampe di Tawangmangu. "Setelah dari puncak Lawu kemudian turun ke persemayaman. Sesaji lama dilengser untuk digantikan ubo rampe ini," ujar Surono.
Empat abdi dalem yang membawa labuhan menempuh rute napak tilas panembahan Senopati menuju puncak Lawu melalui jalur Gondosuli. Rute jalur setapak ditempuh sekitar empat jam perjalanan. Ritual menjadi agenda rutin setiap tahun di Tawangmanngu dan selalu menarik minat wisatawan.
Dalam upacara itu, ubo rampe berupa sepuluh ageman Sultan HB X seperti kampuh poleng, dhestar bango tulak, paningset jinggo, sinjang cangkring, sinjang gadung, sinjang teluh watu dan semekan akan diarak menuju Gunung Lawu.
Ubo rampe itu disimpan dalam dua kotak berwarna merah. Kotak bertuliskan Redi Lawu Kaneman dan Redi Lawu Kasepuhan akan dibawa oleh abdi dalem menuju puncak Gunung Lawu.
"Labuhan alit bagian dari rangkaian kegiatan yang dimulai di Parang Kusumo dan berakhir serentak di Gunung Merapi dan Gunung Lawu," kata Abdi Dalem Widyo Budoyo Keraton Kasultanan Yogyakarta Kanjeng Mas Tumenggung Hardoyudo.
Ubo rampe kemudian diserahkan kepada juru kunci Gunung Lawu untuk dibawa ke pendopo petilasan di Dusun Nano, Kelurahan/Kecamatan Tawangmangu. Ubo rampe disemayamkan sebelum dibawa ke puncak Gunung Lawu.
Menurut Widyo, makna upacara sebagai rasa syukur karena tempat-tempat itu dulunya menjadi lokasi bertapa para Raja Mataram. Selain itu juga bertujuan mendoakan keselamatan Sri Sultan, Keraton Yogyakarta dan rakyatnya.
Rombongan Keraton Yogyakarta dalam kesempatan itu juga menyerahkan oleh-oleh dua kue apem kepada Bupati Juliyatmono. Upacara labuhan telah ada sejak Keraton dipimpin Panembahan Senopati. Pelaksanaannya digelar rutin setiap tanggal 30 Rajab di penanggalan Jawa.
Kepala Lingkungan Kelurahan/Kecamatan Tawangmangu Surono mengatakan, ubo rampe labuhan akan dibawa rombongan menuju puncak Lawu Sabtu pagi pukul 04.00 WIB.
Sebelumnya, padepokan akan melaksanakan selamatan pada malam persinggahan ubo rampe di Tawangmangu. "Setelah dari puncak Lawu kemudian turun ke persemayaman. Sesaji lama dilengser untuk digantikan ubo rampe ini," ujar Surono.
Empat abdi dalem yang membawa labuhan menempuh rute napak tilas panembahan Senopati menuju puncak Lawu melalui jalur Gondosuli. Rute jalur setapak ditempuh sekitar empat jam perjalanan. Ritual menjadi agenda rutin setiap tahun di Tawangmanngu dan selalu menarik minat wisatawan.
(lns)