Kerap Mengamuk, Pria Paruh Baya Dipasung

Selasa, 27 Mei 2014 - 13:38 WIB
Kerap Mengamuk, Pria Paruh Baya Dipasung
Kerap Mengamuk, Pria Paruh Baya Dipasung
A A A
CIREBON - Kerap merusak rumah dan menyakiti diri, Usman (35) warga RT 01/02 Blok Jemika, Desa Balad, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, terpaksa dipasung keluarganya.

Kondisi ekonomi keluarga membuat sang ibu, Biah (70) tak mampu mengobati gangguan jiwa Usman ke dokter spesialis.

Wanita yang telah renta inipun terpaksa melakukan cara klasik yang diketahuinya, memasung sang anak dengan rantai yang membelenggu kaki dan tangan kirinya. Rantai itu bahkan dibenamkan ke dalam tanah dengan cara dicor.

Tak cukup dengan memasang rantai, Usman pun harus menerima ditempatkan di sebuah kamar tanpa penerangan.

Saat ditemui, pria itu bahkan tak mengenakan pakaian, hanya selembar sarung yang menjadi alas duduk dan berbaringnya.

Usman merupakan anak keempat dari enam bersaudara yang mengalami pemasungan sejak sekitar lima tahun terakhir.

“Sebenarnya saya tak tega, tapi Usman suka merusak rumah dan menyakiti diri saat kambuh. Demi kebaikan bersama, kami pun terpaksa memasungnya,” ungkap Biah.

Biah menambahkan, sudah tak ada apapun lagi yang bisa dijual untuk menyembuhkan gangguan jiwa Usman.

Dia menuturkan, gangguan jiwa Usman setidaknya bermula ketika usaha yang dilakoninya di Jakarta pada 2006 tak berkembang sesuai harapan. Kala itu, Usman menjual jamu di Jakarta.

Namun, karena tak mengalami kemajuan Usman memutuskan pulang kampung. Ketika itu, Usman sempat membeli sepeda motor jenis bebek.

Hanya saja, tanpa Biah ketahui alasannya, sepeda motor itu dijual Usman dan uang hasil penjualan pun perlahan habis.

Saat itulah, lanjut Biah, Usman kerap murung dan melamun, hingga bicara sendiri. Dia bahkan mulai bertingkah lebih membahayakan dengan memecahkan kaca rumah milik tetangga. Akibatnya, Biah pun harus mengganti kerugian kaca yang pecah tersebut.

“Padahal Usman anak baik, nggak tahu kenapa jadi begini,” tutur dia dengan air mata yang menitik.

Biah mengaku, sempat membawa Usman berobat ke RS Gunung Jati, Kota Cirebon, dengan harapan gangguan jiwanya membaik seperti sediakala. Pria itu pun mendapat perawatan hingga pulih dan dapat beraktivitas seperti sebelumnya.

Menurut Biah, Usman juga pernah memintanya dibelikan sepeda motor agar bisa ngojek. Keinginan itu dipenuhi Biah, sehingga Usman pun sempat ngojek menggunakan sepeda motor baru yang dibeli dengan cara kredit.

Sayangnya, selama perjalanan itu kredit sepeda motor Usman tak berjalan lancar. Akibatnya, pihak dealer menarik kembali sepeda motor tersebut dari tangan Usman.

Biah ingat, saat itulah jiwa Usman kembali terguncang hingga kini. Tak hanya Biah, kondisi Usman juga mengundang kesedihan kakak pertamanya, Bunyamin (43) yang mengaku tak memiliki pilihan lain selain merantai sang adik.

“Saya sedih melihat Usman dirantai, sedih pula melihat ibu sedih. Tapi kami tak punya uang lagi untuk biaya berobat Usman,” kata dia.

Menurut dia, biaya pengobatan Usman dulu serta uang muka sepeda motor yang dibelikan Biah untuk Usman, berasal dari penjualan tanah sawah seluas 420 meter persegi yang dihargai Rp12 juta. Setelah itu, pihak keluarga tak lagi memiliki cukup uang untuk mengobatinya.

Selain mengunjungi RS Gunung Jati, pihak keluarga pun pernah mendatangi Pondok Pesantren Kempek sebagai upaya lain menyembuhkan gangguan jiwa Usman.

Namun tetap belum berhasil hingga kini. Pihak keluarga berharap, pemerintah daerah melalui pemerintah desa dapat membantu pengobatan Usman.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7292 seconds (0.1#10.140)