Harga Cabai Terjun Bebas, Petani Kecewa

Minggu, 25 Mei 2014 - 18:22 WIB
Harga Cabai Terjun Bebas, Petani Kecewa
Harga Cabai Terjun Bebas, Petani Kecewa
A A A
BOYOLALI - Para petani di wilayah Karanggede, Boyolali, Jawa Tengah, mengaku kecewa dengan turunnya harga cabai akhir-akhir ini. Akibatnya, para petani mengalami kerugian yang tidak sedikit.

Rusno, salah seorang petani di Desa Baturono, mengatakan, harga cabai di tingkat petani saat ini cukup murah, yakni sekitar Rp8.000-Rp10.000 tiap kilogram untuk jenis cabai rawit merah. Padahal, sebelumnya harga jual cabai itu mencapai Rp40.000-Rp50.000 setiap kilogram.

Hal serupa juga terjadi pada jenis cabai rawit hijau dan cabai merah besar. Jika biasanya masing-masing cabai itu berharga Rp20.000 dan Rp25.000, kini harga cabai itu hanya berkisar pada angka Rp3.000-Rp5.000 setiap kilogram.

Ia mengatakan, akibat harga cabai yang terjun bebas itu pihaknya mengalami kerugian yang cukup banyak. Ia mengatakan, biaya bibit, pupuk, dan perawatan cabai tersebut tidak berbanding dengan harga jual. "Satu petak lahan itu memerlukan biaya ratusan ribu, padahal harga jualnya tidak sampai sebanyak itu, jadi kita rugi," ucapnya, Minggu (25/5/2014).

Petani lainnya, Wardi, menilai turunnya harga cabai itu disebabkan oleh permainan para oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal itu terbukti dari naik turunnya harga cabai yang sangat cepat, bahkan hanya memiliki rentang waktu sekitar satu pekan. Selain itu, stok cabai juga cukup stabil dan tidak mengalami kelangkaan, sehingga naik turunnya harga itu dinilai tidak wajar.

"Stok hampir sama, karena yang bertani cabai itu orangnya tidak berubah, sehingga kalau harganya yang berubah cepat, itu kemungkinan ada yang salah," ucapnya.

Sementara itu, menurunnya harga cabai, justru membuat pembeli menurun. Murni, salah seorang pedagang di Pasar Karanggede, mengatakan masyarakat memborong cabai saat awal-awal penurunan harga. Setelah itu, yang membeli justru semakin menyusut dan membuat stok para pedagang menumpuk. "Kemungkinan cabai yang diborong itu stoknya masih, jadi masyarakat masih enggan beli lagi," tegasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.9010 seconds (0.1#10.140)