Pedagang Tolak Tempati Pasar Turi
A
A
A
Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta pedagang Pasar Turi untuk berjualan pada bulan puasa mendatang. Namun, permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh pedagang. Pasalnya, pedagang tidak berani mengambil risiko berjualan di pasar yang pembangunannya jauh dari kata selesai.
Ketua Kelompok Pedagang (Kompag) Pasar Turi H Syukur mengatakan, di antara sekitar 6.000 stan, belum ada satu pun yang bisa ditempati. Sehingga, tidak ada tempat bagi pedagang untuk berjualan. Tak hanya itu, keselamatan pembeli juga dikhawatirkan karena bangunannya belum selesai. Kalaupun pedagang tetap berjualan di dalam pasar yang menelan investasi Rp1 triliun lebih itu, kemungkinan besar tidak ada pembeli yang berbelanja. Sebab, lantainya belum siap.
Kemudian, fasilitas pendukungnya seperti aliran listrik dan air serta pendingin ruangan atau air conditioner (AC) juga belum terpasang. "Kami dengan tegas menolak menempati stan yang belum selesai. Kami akan masuk ke Pasar Turi jika bangunan sudah selesai 100 persen," katanya, Minggu (18/5/2014)
Syukur menegaskan, semua pedagang, baik yang ada di Tempat Penampungan Sementara (TPS) maupun yang berada di luar TPS sepakat tidak masuk pada bulan puasa tahun ini. Pedagang akan menempati areal stan ketika sudah ada serah terima dari investor ke Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, uji kelayakan, dan soft opening. Sampai saat ini, investor Pasar Turi, PT Gala Mega Investment JO (Join Operation) yang terdiri atas PT Gala Bumi Perkasa, PT Lucida Sejahtera dan PT Central Asia Investment masih mengebut untuk menyelesaikan pembangunan fisik. Pasar yang dikonsep perpaduan tradisional dan modern itu berlantai sembilan. Sedangkan pengerjaan baru delapan lantai.
"Risma tidak pernah melihat progres pembangunan di lapangan. Penundaan penyelesaian yang berlagsung hingga beberapa kali tidak bisa dibenarkan. Alasan apa pun dari investor hanya akal-akalan saja," ujarnya.
Syukur menambahkan, para pedagang hanya ingin pemkot memutus kontrak dengan investor. Sebab, selama ini investor hanya menuntut kewajiban pedagang harus dibayar. Sedangkan hak-haknya belum diberikan sama sekali. Bahkan, pedagang dibebani bunga ketika menunggak membayar cicilan. Dengan jumlah tenaga kerja yang cukup sedikit ini, dia pesimistis dalam jangka waktu satu hingga dua tahun, pembangunan Pasar Turi bisa rampung.
"Saya minta, investor harus menaati aturan, jangan sampai kami yang jadi korban. Nantinya, Pasar Turi ini juga akan dikelola investor, maka penderitaan kami juga akan tambah panjang," tegasnya.
Sebelumnya, Risma meminta pada pedagang bisa berjualan pada bulan Ramadhan mendatang. Bahkan, pedagang juga diminta berjualan tidak hanya pada bulan Ramadhan, tapi juga seterusnya. Permintaan orang nomor satu di Surabaya itu dikarenakan pedagang sudah lama tidak berjualan di bekas pusat grosir terbesar di Indonesia timur tersebut. Risma mengakui, kondisi bangunan masih belum siap untuk ditempati untuk berjualan. Tapi, pihaknya tetap meminta agar kontraktor tetap bisa menyelesaikan pembangunan sesegera mungkin.
"Pedagang nanti saya harap bisa terus berjualan. Kalau masalah mengganggu atau tidak dalam pembangunan, itu bisa disiasati. Waktu saya membangun sentra PKL (pedagang kaki lima) kan tidak harus memindahkan pada pedagang," pintanya.
Ketua Kelompok Pedagang (Kompag) Pasar Turi H Syukur mengatakan, di antara sekitar 6.000 stan, belum ada satu pun yang bisa ditempati. Sehingga, tidak ada tempat bagi pedagang untuk berjualan. Tak hanya itu, keselamatan pembeli juga dikhawatirkan karena bangunannya belum selesai. Kalaupun pedagang tetap berjualan di dalam pasar yang menelan investasi Rp1 triliun lebih itu, kemungkinan besar tidak ada pembeli yang berbelanja. Sebab, lantainya belum siap.
Kemudian, fasilitas pendukungnya seperti aliran listrik dan air serta pendingin ruangan atau air conditioner (AC) juga belum terpasang. "Kami dengan tegas menolak menempati stan yang belum selesai. Kami akan masuk ke Pasar Turi jika bangunan sudah selesai 100 persen," katanya, Minggu (18/5/2014)
Syukur menegaskan, semua pedagang, baik yang ada di Tempat Penampungan Sementara (TPS) maupun yang berada di luar TPS sepakat tidak masuk pada bulan puasa tahun ini. Pedagang akan menempati areal stan ketika sudah ada serah terima dari investor ke Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, uji kelayakan, dan soft opening. Sampai saat ini, investor Pasar Turi, PT Gala Mega Investment JO (Join Operation) yang terdiri atas PT Gala Bumi Perkasa, PT Lucida Sejahtera dan PT Central Asia Investment masih mengebut untuk menyelesaikan pembangunan fisik. Pasar yang dikonsep perpaduan tradisional dan modern itu berlantai sembilan. Sedangkan pengerjaan baru delapan lantai.
"Risma tidak pernah melihat progres pembangunan di lapangan. Penundaan penyelesaian yang berlagsung hingga beberapa kali tidak bisa dibenarkan. Alasan apa pun dari investor hanya akal-akalan saja," ujarnya.
Syukur menambahkan, para pedagang hanya ingin pemkot memutus kontrak dengan investor. Sebab, selama ini investor hanya menuntut kewajiban pedagang harus dibayar. Sedangkan hak-haknya belum diberikan sama sekali. Bahkan, pedagang dibebani bunga ketika menunggak membayar cicilan. Dengan jumlah tenaga kerja yang cukup sedikit ini, dia pesimistis dalam jangka waktu satu hingga dua tahun, pembangunan Pasar Turi bisa rampung.
"Saya minta, investor harus menaati aturan, jangan sampai kami yang jadi korban. Nantinya, Pasar Turi ini juga akan dikelola investor, maka penderitaan kami juga akan tambah panjang," tegasnya.
Sebelumnya, Risma meminta pada pedagang bisa berjualan pada bulan Ramadhan mendatang. Bahkan, pedagang juga diminta berjualan tidak hanya pada bulan Ramadhan, tapi juga seterusnya. Permintaan orang nomor satu di Surabaya itu dikarenakan pedagang sudah lama tidak berjualan di bekas pusat grosir terbesar di Indonesia timur tersebut. Risma mengakui, kondisi bangunan masih belum siap untuk ditempati untuk berjualan. Tapi, pihaknya tetap meminta agar kontraktor tetap bisa menyelesaikan pembangunan sesegera mungkin.
"Pedagang nanti saya harap bisa terus berjualan. Kalau masalah mengganggu atau tidak dalam pembangunan, itu bisa disiasati. Waktu saya membangun sentra PKL (pedagang kaki lima) kan tidak harus memindahkan pada pedagang," pintanya.
(zik)