8 siswa SD jadi korban asusila temannya sendiri

8 siswa SD jadi korban asusila temannya sendiri
A
A
A
Sindonews.com - Kasus dugaan kejahatan asusila menggemparkan warga Dusun Jabalkanil, Desa Bandardawung, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar.
Salah satu bocah di dusun setempat berinisial D diduga melakukan tindakan asusila terhadap delapan teman sekaligus tetangganya sendiri.
Kasus itu terbongkar ketika salah satu anak yang ditengarai menjadi korban tengah melakukan gerakan seperti orang bersenggama.
Tingkat aneh tersebut dilihat salah satu guru di sekolahnya. Ketika ditanya, siswa tersebut mengaku menirukan gerakan D terhadap dirinya.
Siswa yang bersangkutan juga menyebut sejumlah nama yang mengalami peristiwa serupa. Terdapat delapan anak yang mendapat perlakuan semacam itu.
Enam diantaranya adalah anak laki-laki dan dua lainnya anak perempuan. Para korban rata-rata masih duduk di kelas III dan IV di desa setempat.
Sedangkan D duduk di kelas IV di sekolah lain yang berjarak sekitar empat kilometer dari Desa Bandardawung.
“Mereka semua bertetangga. Guru itu kemudian menceritakan kepada orangtua masing-masing,” kata Narno, Kepala Dusun (Kadus) Jabalkanil, Minggu (11/5/2014).
Kejadian itu pun lalu dilaporkan ke Polisi. Sabtu malam 10 Mei 2014, kemudian digelar mediasi yang melibatkan Polisi, keluarga D dan keluarga anak-anak yang diduga menjadi korban.
Dari mediasi itu terkuak jika perbuatan dilakukan di rumah D. Para korban diiming-imingi mainan kemudian diajak masuk ke rumah.
Setelah itu diduga dicabuli di kamar kakeknya. Para korban diancam akan dihajar jika menolak.
Sebagai balasan jika menurut, para korban diperbolehkan menggunakan mainan D yang melimpah.
Yang mencengangkan, mereka mengaku diperlakukan tak senonoh lebih dari satu kali. Para korban juga mengaku disuruh minum minuman oplosan obat flu yang dicampur dengan minuman berenergi.
Bahkan ada yang mengaku diperlakukan tak senonoh antara lima hingga delapan kali. “Para orangtua korban masih menunggu hasil visum dulu sebelum melangkah lebih jauh,” timpalnya. Saat ini, hasil visum di Puskesmas Tawangmangu belum keluar.
Selama ini, D tinggal bersama Karsono Pono, kakeknya. D adalah anak pindahan dari Jakarta dua tahun silam.
Kedua orangtuanya menjadi wiraswasta di Jakarta sebagai pedagang bakso. Sedangkan yang asli warga Jabalkanil adalah ibunya.
Keduanya sesekali waktu datang mengunjungi D. Ditengarai karena jauh dari pengawasan orangtua, D menunjukkan kenakalannya. “Mungkin itu terpengaruh video mesum,” ujarnya.
Dalam keseharian, D memiliki sifat keinginannya harus selalu dipenuhi. Orangtua D sendiri pasrah apakah anaknya akan diproses sesuai hukum atau disuruh pergi dari desa.
Sementara itu, Polisi terlihat melakukan pengawasan terhadap rumah D dan para korban. Kapolsek Tawangmangu AKP Riyanta enggan memberikan keterangan seputar kejadian itu.
Kapolres Karanganyar AKBP Martireni Narmadiana juga menolak memberikan penjelasan dengan alasan belum menerima laporan secara detail.
Salah satu bocah di dusun setempat berinisial D diduga melakukan tindakan asusila terhadap delapan teman sekaligus tetangganya sendiri.
Kasus itu terbongkar ketika salah satu anak yang ditengarai menjadi korban tengah melakukan gerakan seperti orang bersenggama.
Tingkat aneh tersebut dilihat salah satu guru di sekolahnya. Ketika ditanya, siswa tersebut mengaku menirukan gerakan D terhadap dirinya.
Siswa yang bersangkutan juga menyebut sejumlah nama yang mengalami peristiwa serupa. Terdapat delapan anak yang mendapat perlakuan semacam itu.
Enam diantaranya adalah anak laki-laki dan dua lainnya anak perempuan. Para korban rata-rata masih duduk di kelas III dan IV di desa setempat.
Sedangkan D duduk di kelas IV di sekolah lain yang berjarak sekitar empat kilometer dari Desa Bandardawung.
“Mereka semua bertetangga. Guru itu kemudian menceritakan kepada orangtua masing-masing,” kata Narno, Kepala Dusun (Kadus) Jabalkanil, Minggu (11/5/2014).
Kejadian itu pun lalu dilaporkan ke Polisi. Sabtu malam 10 Mei 2014, kemudian digelar mediasi yang melibatkan Polisi, keluarga D dan keluarga anak-anak yang diduga menjadi korban.
Dari mediasi itu terkuak jika perbuatan dilakukan di rumah D. Para korban diiming-imingi mainan kemudian diajak masuk ke rumah.
Setelah itu diduga dicabuli di kamar kakeknya. Para korban diancam akan dihajar jika menolak.
Sebagai balasan jika menurut, para korban diperbolehkan menggunakan mainan D yang melimpah.
Yang mencengangkan, mereka mengaku diperlakukan tak senonoh lebih dari satu kali. Para korban juga mengaku disuruh minum minuman oplosan obat flu yang dicampur dengan minuman berenergi.
Bahkan ada yang mengaku diperlakukan tak senonoh antara lima hingga delapan kali. “Para orangtua korban masih menunggu hasil visum dulu sebelum melangkah lebih jauh,” timpalnya. Saat ini, hasil visum di Puskesmas Tawangmangu belum keluar.
Selama ini, D tinggal bersama Karsono Pono, kakeknya. D adalah anak pindahan dari Jakarta dua tahun silam.
Kedua orangtuanya menjadi wiraswasta di Jakarta sebagai pedagang bakso. Sedangkan yang asli warga Jabalkanil adalah ibunya.
Keduanya sesekali waktu datang mengunjungi D. Ditengarai karena jauh dari pengawasan orangtua, D menunjukkan kenakalannya. “Mungkin itu terpengaruh video mesum,” ujarnya.
Dalam keseharian, D memiliki sifat keinginannya harus selalu dipenuhi. Orangtua D sendiri pasrah apakah anaknya akan diproses sesuai hukum atau disuruh pergi dari desa.
Sementara itu, Polisi terlihat melakukan pengawasan terhadap rumah D dan para korban. Kapolsek Tawangmangu AKP Riyanta enggan memberikan keterangan seputar kejadian itu.
Kapolres Karanganyar AKBP Martireni Narmadiana juga menolak memberikan penjelasan dengan alasan belum menerima laporan secara detail.
(sms)