Kasus perselingkuhan di Dinkes Boyolali tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Kasus perselingkuhan di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, ternyata tidak hanya dilakukan oleh, SN, oknum bidan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kasus perselingkuhan itu juga dilakukan oleh staf-staf lain di berbagai lini.
Keterangan yang dihimpun KORAN SINDO dari sumber yang enggan disebutkan namanya, mengatakan aksi perselingkuhan itu memang marak terjadi.
Menurutnya perselingkuhan itu terjadi pada rekan sekantor maupun dengan rekan yang berbeda kantor. Bahkan ada juga yang dilakukan dengan orang di luar struktur dinas kesehatan seperti yang dilakukan oleh SN.
Menurutnya perselingkuhan yang paling banyak terjadi adalah perselingkuhan sesama rekan kerja satu kantor. Kondisi itu dapat terjadi karena intensitas bertemu antara pasangan selingkuh itu cukup tinggi, baik di jam kerja normal maupun saat jam kerja piket.
“Kalau di Dinas Kesehatan itu ada kerja piket yang dilakukan di luar jam kerja resmi, biasanya itu terjadi pada rumah sakit dan puskesmas yang memiliki instalasi rawat inap,” ucapnya kepada KORAN SINDO, Rabu (30/4) siang.
Ia mengatakan kasus selingkuh itu sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, bahkan setiap tahunnya kasus perselingkuhan semakin meningkat. Hal itu terjadi lantaran banyaknya staf pegawai baru yang ada di lingkungan Dinkes.
Meskipun sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, kasus perselingkuhan itu jarang terendus oleh orang lain di luar pegawai Dinas Kesehatan. Bahkan para pelaku selingkuh itu tidak pernah mendapatkan sanksi dari Pemerintah Kabupaten Boyolali, lantaran banyak kasus yang tidak terungkap.
“Sebenarnya kasusnya banyak namun karena pegawai lain yang cuek jadi ya dibiarkan saja, tidak dilaporkan ke atasan,” tegasnya.
Sementara itu, Sosilog dari Universitas Sebelas Maret Solo, Drajat Trikartono, mengatakan banyaknya kasus perselingkuhan itu terjadi lantaran kontrol sosial di lingkungan Dinkes Boyolali sangat rendah.
Sehingga saat ada bibit-bibit perselingkuhan itu justru malah dibiarkan begitu saja, bahkan para pegawai seolah-oleh tidak mau tahu dengan apa yang terjadi.
Padahal jika kontrol sosial di lingkungan Dinkes itu tinggi, maka para kasus-kasus seperti itu tidak akan terjadi. “Selain kontrol sosial yang rendah, moral para pelaku itu juga sangat bobrok, mereka melakukan perselingkuhan di hadapan orang lain,” ucapnya.
Kondisi itu menurutnya perlu segera dievaluasi, hal itu dilakukan agar praktik selingkuh bisa dihentikan. Apalagi perselingkuhan yang dilakukan oleh PNS, itu sangatlah melenceng dari norma-norma sosial yang ada.
Hal itu akan menurunkan drajat dari Korps Pegawai republik Indonesia, yang menjunjung norma sosial dan hukum yang tinggi. “Kalau tidak dihentikan, nantinya kasus foto bugil SN dengan selingkuhannya bisa terjadi pada oknum PNS yang lain,” tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, salah seorang oknum Bidan PNS berinisial SN melakukan foto bugil bersama teman yang diduga selingkuhannya. Foto-foto itu kemudian tersebar luas dan menjadi konsumsi publik.
Keterangan yang dihimpun KORAN SINDO dari sumber yang enggan disebutkan namanya, mengatakan aksi perselingkuhan itu memang marak terjadi.
Menurutnya perselingkuhan itu terjadi pada rekan sekantor maupun dengan rekan yang berbeda kantor. Bahkan ada juga yang dilakukan dengan orang di luar struktur dinas kesehatan seperti yang dilakukan oleh SN.
Menurutnya perselingkuhan yang paling banyak terjadi adalah perselingkuhan sesama rekan kerja satu kantor. Kondisi itu dapat terjadi karena intensitas bertemu antara pasangan selingkuh itu cukup tinggi, baik di jam kerja normal maupun saat jam kerja piket.
“Kalau di Dinas Kesehatan itu ada kerja piket yang dilakukan di luar jam kerja resmi, biasanya itu terjadi pada rumah sakit dan puskesmas yang memiliki instalasi rawat inap,” ucapnya kepada KORAN SINDO, Rabu (30/4) siang.
Ia mengatakan kasus selingkuh itu sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, bahkan setiap tahunnya kasus perselingkuhan semakin meningkat. Hal itu terjadi lantaran banyaknya staf pegawai baru yang ada di lingkungan Dinkes.
Meskipun sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu, kasus perselingkuhan itu jarang terendus oleh orang lain di luar pegawai Dinas Kesehatan. Bahkan para pelaku selingkuh itu tidak pernah mendapatkan sanksi dari Pemerintah Kabupaten Boyolali, lantaran banyak kasus yang tidak terungkap.
“Sebenarnya kasusnya banyak namun karena pegawai lain yang cuek jadi ya dibiarkan saja, tidak dilaporkan ke atasan,” tegasnya.
Sementara itu, Sosilog dari Universitas Sebelas Maret Solo, Drajat Trikartono, mengatakan banyaknya kasus perselingkuhan itu terjadi lantaran kontrol sosial di lingkungan Dinkes Boyolali sangat rendah.
Sehingga saat ada bibit-bibit perselingkuhan itu justru malah dibiarkan begitu saja, bahkan para pegawai seolah-oleh tidak mau tahu dengan apa yang terjadi.
Padahal jika kontrol sosial di lingkungan Dinkes itu tinggi, maka para kasus-kasus seperti itu tidak akan terjadi. “Selain kontrol sosial yang rendah, moral para pelaku itu juga sangat bobrok, mereka melakukan perselingkuhan di hadapan orang lain,” ucapnya.
Kondisi itu menurutnya perlu segera dievaluasi, hal itu dilakukan agar praktik selingkuh bisa dihentikan. Apalagi perselingkuhan yang dilakukan oleh PNS, itu sangatlah melenceng dari norma-norma sosial yang ada.
Hal itu akan menurunkan drajat dari Korps Pegawai republik Indonesia, yang menjunjung norma sosial dan hukum yang tinggi. “Kalau tidak dihentikan, nantinya kasus foto bugil SN dengan selingkuhannya bisa terjadi pada oknum PNS yang lain,” tegasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, salah seorang oknum Bidan PNS berinisial SN melakukan foto bugil bersama teman yang diduga selingkuhannya. Foto-foto itu kemudian tersebar luas dan menjadi konsumsi publik.
(lns)